“Jika ilmu akhirat itu padi, maka ilmu dunia adalah rumput. Barang siapa menanam padi maka rumput biasanya ikut tumbuh, tapi barang siapa menanam rumput, maka jangan pernah bermimpi padi tumbuh mengikuti.”
Barangkali inilah analogi yang tepat dalam paradigma menuntut ilmu. Jika kita menuntut ilmu akhirat, maka dunia akan mengikutinya. Tapi jika kita hanya mengutamakan ilmu dunia, maka akhirat jangan harap selamat. Seringkali sebagian dari kita mengutamakan ilmu dunia dibanding ilmu akhirat/agama. Pandai dalam ilmu politik, misalnya, namun tidak faham tajwid Al Qur’an. Cerdas dalam bidang sains, namun tidak tahu bagaimana cara perhitungan zakat. Berlabel Profesor namun tidak meyakini keberadaan Tuhan.
ILMU WAJIB ADALAH ILMU AGAMA
Allah berfirman: “...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat”. (Q.S. Al Mujadalah: 11)
Rasulullah juga bersabda: “Sesungguhnya Para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham melainkan mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang besar” (H.R. Abu Dawud)
Bahkan Allah memberi perintah: “Katakanlah: ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (Q.S. Thoha: 114)
Kita bisa melihat memang Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan, orang yang berilmu, dan mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu. Namun yang perlu kita fahami adalah ilmu yang dimaksud bukanlah sembarang ilmu, melainkan ilmu agama/syari’at. Terkait ayat di atas (Thoha: 114), Ibnu Hajar Al Asqolani (Faath al Baari) mengatakan: “Maksud ilmu disini adalah ilmu syari’at yang berguna untuk mengetahui apa-apa yang diwajibkan kepada setiap orang yang mukallaf dari urusan agamanya, seperti: ibadah, muamalah, berilmu dengan nama-nama dan sifat Alloh, kewajiban yang harus ditunaikan dari apa yang diperintahkan kepadanya, membersihkan sifat-sifat Alloh yang dikurangi, dan yang berkisar sekitarnya dari tafsir, hadits serta fikih”.
ILMU DUNIA..?!
Cukup jelas bahwa ilmu yang diwajibkan bagi umat manusia adalah ilmu agama, bukan yang lain. Tentunya di akhirat kelak kita tidak akan ditanya berapa nilai IPK, ujian Bahasa Indonesia dapat berapa, atau masuk ke surga dengan tiket ijazah S. Pd., sama sekali bukan, satu-satunya yang kita bawa adalah seberapa besar amal kita.
Namun di sini bukan berarti meniadakan ilmu dunia, yang perlu dicatat adalah harus adanya prioritas dalam menuntut ilmu, jangan sampai kita sibuk dengan berbagai ilmu dunia dan urusannya, sementara kita mengesampingkan keperluan kita kelak di akhirat.
Satu hal yang paling penting sebagaimana kita ketahui adalah segala sesuatu akan kembali sesuai dengan apa yang diniatkan (Hadits Arba’in No. 1). Kita dituntut untuk berniat karena Allah dalam mencari ilmu. Rasulullah Saw. bersabda: ”Barang siapa mencari ilmu bukan karena mencari ridha Allah, namun karena harta dunia, maka Allah tidak akan memberinya ilmu dan ia juga tidak akan mendapat semerbaknya harum surga”.
Di sinilah pentingnya orientasi. Selain adanya prioritas dalam mencari ilmu, kita juga hendaknya memiliki niat ikhlas karena Allah. Karena dengan seperti ini, bahkan ilmu duniapun bisa berpahala di akhirat, insyaallah.
Wallahu a’lam.
oleh; Diar Rosdayana