Kamis, 19 Oktober 2017

Tags
Sholih dan Cerdas? Siapa takut!

Bismillahirrahmanirrohim. Wahai pembaca yang budiman, menjadi mahasiswa adalah hal  yang ditunggu-tunggu oleh setia siswa SMA. Euforia meledak tatkala diterima d iUniversitas yang ditujunya. Perasaan senang, sedih, malu, minder,bangga, penasaran ataupun biasa aja bercampur menjadi satu(kayak nano-nano gitu ya!). Perasaan senang bertemu dengan teman-teman baru. Sedih ketika harus meninggalkan masa-masa SMA nya. Ataupun malu dan minder ketika harus bergaul dengan banyak orang yang belum dikenalnya. Maka jangan heran ketika bertemu sesama maba laininya banyak pertanyaan yang akan dilontarkan seperti berkenalan asal darimana, masuk fakultas apa dan jurusan mana. Yap, maka resmilah pembaca yang budiman masuk kedunia MABA(Mahasiswa Baru).
Sudah menjadi ciri khas seorang mahasiswa baru untuk memiliki rasa ingin tahu yang lebih. Oleh karena itu, banyak maba yang akan mencari info-info mengenai ormawa-ormawa dan kegiatan kampus. Dan banyak juga yang pada akhirnya nanti terlalu tenggelam dalam organisasi kampus dan meninggalkan kuliah atau terlalu tenggelam dalam kuliah dan meninggalkan organisasi kampus. Namun bukan berarti kita harus terlalu larut dalam kegiatan yang ada dikampus dan melupakan ibadah.
Di era yang serba modern ini menjadi mahasiswa sholih sering ditakut-takutkan. Pemberitaan dari media-media massa tentang rohis kampus sebagai sarang radikalisme dan pemahaman-pemahaman sesat mebuat banyak orang menilai negativ terhadap rohis kampus. Stigma-stigma seperti inilah yang mengakibatkan orang tua menjagi lebih tenang ketika anaknya bergaul dengan lawan jenisnya ketimbang rajin mengaji dan beribadah. Padahal Rasulullah sendiri telah menjamin bahwa diantara tujuh golongan yang memperoleh naungan pada saat tiada naungan kecuali naungan dari-Nya pada hari kiamat adalah pemuda yang tumbuh dalam kerangka beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Pergaulan bebas diatas didukung pula oleh perkembangan teknologi saat ini. arus informasi yang berkembang pesat membuat seorang mahasiswa lebih mudah mengakses informasi. Dilansir dari Asosiasi Penyelanggara Jasa Internet(APJI) Indonesia bahwa pada kategori 20-24 tahun ditemukan 22,3 juta jiwa yang setara dengan 82% dari total penduduk pada usia itu. Sedangkan pada kelompok usia 25-29 tahun terdapat 24 juta pengguna atau setara dengan 80% penduduk pada usia tersebut. Survei yang dilakukan ada tahun 2016 ini menyebutkan bahwa mahasiswa merupakan profesi yang paling banyak menggunakan internet dibanding sektor lain. Maka jangan heran di era kini mahasiswa akan tampak lebih akrab dengan gadgetnya ketimbang dengan Al-Qur’an.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud r .a. dari Nabi Muhammad saw. Bersabda, “Sesungguhnya Al-Quran adalah hidangan Allah, maka terimalah hidangan-Nya semampu kalian. Sesungguhnya Al-Quran adalah hablullah (Tali Allah), Nur (Cahaya), yang menerangi, Syifa (penyembuh) yang bermanfaat, perlindungan bagi siapa yang berpegang teguh kepadanya, keselamatan bagi yang mengikutinya, tidak menyimpang sehingga perlu dicari-carikan alasan, tidak bengkok sehingga perlu diluruskan, keajaiban-keajaibannya tidak akan habis, tidak akan usang karena diulang-ulang. Bacalah ia, karena sesungguhnya Allah memberikan pahala bacaan kepada kalian untuk setiap huruf sepuluh kebaikan. Ketauhilah, aku tidak mengatakan kepada kalian bahwa alif, lam, dan mim( masing-masing satu huruf)”.
Dari hadis tadi dapat dijelaskan bahwa didalam al-Quran terkandung manfaat yang luar biasa. Alqu’an menjadi kunci bagi keselamatan manusia. Oleh karena itu siapa yang berpegang teguh pada Al-Quran maka hidupnya aka selamat. Hal ini tak dapat dipungkiri  bahkan Rasulullah SAW pun pernah berkata bahwa siapa yang berpegang teguh pada Quran dan hadis maka dia akan selamat.
Di dalam sejarah islam telah disebutkan tentang sosok- sosok penghapal Quran yang tak hanya sholih tetapi juga cerdas. Salah satu tokoh itu adalah Al Farabi yang bernama lengkap Abu Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Farabi yang selain dikenal sebagai ilmuan dan filsuh islam beliau juga seorang pengahapal Qur’an. Al Farabi dianggap sebagai salah satu pemikir terkemuka pada abad pertengahan. Selama hidupnya beliau banyak mengahasilkan karya-karya ilmu pengetahuan.  Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah(Kota atau negara Utama) yang membahas tentang pencapaian kebahagiaan melalui kehidupan politik dan hubungan rezim yang baik menurut pemahaman Plato dengan berdasarkan hukum Ilahia islam. Tak hanya Al Farabi di tanah Persia juga terdapat seorang Filsuf, Ilmuan, dan juga seorang dokter yang selain cerdas juga ternyata seorang penghapal Qur’an. Beliau adalah Ibnu Sina. Di dunia barat Ibnu Sina lebih dikenal sebagai Avicena. Kontribusinya dalam dunia kedokteran sangatlah besar. Bahkan bukunya yang berjudul al-Qanun fi at-Tibb menjadi referensi di bidang kedokteran selama berabad-abad. Sehingga wajar jika beliau mendapat panggilan Bapak Pengobatan Modern.
Dari kedua tokoh Islam tadi dapat dibuktikan bahwa orang yang senantian dekat dengan Al-Qur’an bukan berarti tak bisa berpresatasi. Menjadi seseorang yang sholih bukan berarti tidak menjadi cerdas dan menjadi cerdas bukan berarti tak menjadi sholih. Tapi menjadi sholih dan cerdas adalah bagaimana bentuk upaya kita agar intelektualitas dapat diselaraskan untuk kemaslahatan umat. Oleh karena itulah wahai pembaca yang budiman, penting bagi kita untuk selalu meng uprage diri tak hanya sebagai seorang yang cerdas tetapi juga sebagi seseorang yang sholih.

Laman