Oleh: Shirhi Athmainnah
Pengertian degradasi moral remaja
Degradarsi secara harfiah, berarti kemunduran; kemerosotan; penurunan. Sedangkan istilah moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan atau adat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, moral diartikan dengan ajaran tertentu mengenai baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya.
Remaja diartikan sebagai manusia yang sudah mulai dewasa atau sudah sampai umur untuk kawin. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan degradasi moral remaja adalah penurunan kepekaan norma-norma luhur pada diri remaja.
Dalam tulisan ini akan dipaparkan mengenai degradasi moral remaja muslim dan upaya untuk meredamnya. Sangat mudah untuk menemukan wacana tentang tema ini. Indonesia dengan mayoritas masyarakatnya beragama Islam menjadi salah satu alasannya. Disamping itu, fenomena pudarnya nilai-nilai luhur keislaman dan nilai-nilai luhur pancasila dapat disaksikan pada abad ini.
Masa remaja adalah masa transisi sekaligus masa kegemilangan. Dikatakan masa transisi karena perpindahan dari usia anak-anak menuju usia remaja yang lebih menuntut kedewasaan. Disamping itu, pada masa remaja, manusia bisa melakukan banyak hal yang produktif dalam hidupnya. Kekuatan fisik yang mendukung, juga semangat muda yang menggelora, menjadikan remaja (baca: pemuda atau pemudi) menjadi tonggak peradaban ummat manusia.
Beradab atau tidaknya suatu bangsa, dapat dilihat dari peran pemudanya (remaja) hari ini. Terlebih pada aspek akhlaknya (budi pekerti luhur). Bangsa yang memiliki pemuda yang santun, pekerja keras, kredibel, dan bertanggungjawab serta mempunyai loyalitas yang tinggi, maka dapat dipastikan bangsa tersebut kedepannya menjadi sebuah bangsa yang bermartabat.
Beragam bentuk kriminalitas yang dilakukan oleh remaja bukan barang baru di negeri ini. Mulai dari penghisapan sabu, minum-minuman keras, perzinahan dengan berbagai jenisnya, tawuran, dan baru-baru ini ada yang disebut geng motor.
Kriminalitas remaja dalam bentuknya yang usang tersebut pada satu dasawarsa terakhir ini mengalami peningkatan secara kuantitas dan motifnya. Telah marak terjadi prostitusi di negeri yang dikenal ramah dan beradab ini, yang sangat mengiris hati yakni dilakukan oleh remaja. Hal ini tersurat dalam kasus tertangkapanya seorang remaja berinisial MS berumur 19 tahun yang melakukan perdagangan perempuan (trafficking) pada 22 Februari 2012 lalu. Selain itu, free sex (seks bebas) telah menjadi fenomena baru di negeri yang memegang prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab ini. Free sex bukan lagi sesuatu yang tabu, bahkan telah menjadi alternatif pesta remaja dalam merayakan hari bahagia. Sebut saja perayaan ulang tahun atau hari kelulusan ujian nasional.
Berdasarkan data BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) tahun 2012, 47% remaja perempuan telah terbiasa melakukan seks bebas. Angka tertinggi seks bebas berada di Surabaya sebanyak 54%, Medan 52%, dan Yogyakarta 37%. Apa yang diistilahkan dengan married by accident (MBA) pun bukan barang langka di negeri yang berpenduduk mayoritas muslim ini. Jika sepuluh tahun yang lalu jarang ditemukan remaja yang hamil di luar nikah, sekarang dalam satu desa (baca: pelosok) pun dapat ditemukan puluhan perempuan yang hamil di luar nikah. Bahkan ada sebagian masyarakat yang menganggapnya sesuatu yang wajar, dengan mengasumsikan “trend zaman sekarang adalah hamil dahulu, nikah kemudian.”
Tawuran antar pelajar kerap terjadi. Tidak hanya di kota-kota besar, namun juga tengah merambah ke daerah-daerah (baca: pelosok). Hal ini diperparah dengan tanggapan dari para pendidik maupun warga masyarakat dengan mengatakan bahwa tawuran itu sudah menjadi tradisi. Memang tidak bisa disalahkan, istilah tersebut muncul akibat sering terjadinya tawuran antar pelajar yang dianggap sebagai tonggak masa depan itu.
Faktor-faktor pemicu degradasi moral remaja
1. Budaya baca sangat rendah. Remaja di Indonesia lebih senang dan terlihat bergengsi ketika menggenggam HP/Blackberry/iphone/tablet PC dan sejenisnya, daripada memegang buku tebal dan usang.
2. Forum diskusi yang kian dihindari. Remaja Indonesia lebih senang bergosip mengenai selebritis kegemarannya, dibanding berdiskusi tentang perjuangan para pahlawan, sirah nabawiyah, ulama besar, ilmuwan, dan sebagainya.
3. Terbawa budaya hedonis dan konsumtif. Hedonis telah mengikis kesahajaan yang ada pada generasi muda muslim. Budaya konsumtif juga tidak kalah berpengaruh dalam membentuk kepribadian remaja muslim.
4. Peran keluarga yang kurang dominan. Keluarga tidak bisa lepas dari tanggungjawab degradasi moral yang terjadi pada remaja. Karena sehebat apapun remaja tersebut, pastilah berasal dari sebuah keluarga. Pola didik dan pola asuh dari orang tua sangat berefek pada anak tersebut.
5. Budaya asing yang masuk bagai jamur di musim hujan. Tidak adanya filter yang ketat atas masuknya budaya asing ke Indonesia. Semua yang menguntungkan para pemodal, akan diizinkan dengan mudah masuk ke negeri ini.
6. Jauhnya remaja Indonesia dari agama. Agama bukan lagi jadi pegangan, tapi hanya mata pelajaran satu kali seminggu saja. Tidak akan merasa merugi sama sekali jika meninggalkan sholat. Namun akan merasa merugi jika satu hari tidak menggenggam HP (Handphone).
7. Mengidolakan orang yang salah dan bermasalah. Tidak hanya salah mengidolakan seseorang, tetapi juga mengidolakan orang bermasalah. Sebut saja selebritis yang jelas-jelas punya kepribadian buruk, tetap saja disanjung dan dipuja tiada henti. Rasulullah SAW., seakan tergeser ribuan kilometer. Teladan yang harusnya dicontoh oleh remaja Muslim, seakan tergeletak pada kisah-kisah Nabi dalam buku-buku Islam.
Tentu masih banyak lagi faktor-faktor penyebab degradasi moral. Yang bertanggungjawab atas semua ini adalah semua elemen bangsa. Mulai dari pejabat (baca: pemerintah) sampai rakyat jelata. Namun, ada yang sewajarnya sangat bertanggungjawab atas situasi ini. Yang didalamnya mengalir darah juang yang deras, pemikiran yang cerdas, dan hati yang ikhlas. Yakni, pemuda Islam. Islam sebagai agama rahmat, yang diwakili oleh para pemudanya, dapat menjadi tonggak perjuangan untuk meluruskan akhlak ummat. Nabi muhammad sebagai teladan telah berpesan bahwa ia diutus tidak lain adalah untuk menyempunakan akhlak. Remaja Islam sebagai tongkat estafet, seharusnyalah bergegas mengaplikasikan warisan Nabi yang mulia ini.
Bagaimana remaja muslim menepis degradasi moral?
Banyak orang-orang besar yang dibesarkan oleh organisasi. Banyak juga orang besar karena organisasi yang didirikannya. Dalam tulisan ini titik tekan yang ditawarkan bukan mengajak remaja muslim untuk berlomba-lomba mendirikan organisasi. Dengan melihat begitu banyaknya organisasi yang telah berdiri dan bergerak di Indonesia, seyogyanya telah cukup untuk mewadahi para remaja muslim untuk mengikuti satu atau beberapa dari organisasi yang ada. Aktif dan loyal dalam suatu organisasi tidak ada ruginya sama sekali. Selain menambah ilmu dan pengalaman, organisasi adalah instrumen yang paling efektif untuk mendakwahkan kebaikan dan membentuk kepribadian.
Agar lebih jelas, disini akan dipaparkan terlebih dahulu pengertian organisasi. Menurut Stoner, organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama. James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Chester I. Bernard, organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Jauhnya remaja Islam dari aktivitas berorganisasi, tidak mengejutkan jika kegiatan-kegiatan sia-sialah yang senantiasa terlukis dalam kegiatan sehari-hari mereka. Dengan berorganisasi, remaja akan belajar bertanggungjawab. Misal akan menyelenggarakan sebuah pentas seni, maka susunan acara dan segala keperluannya harus direncanakan sematang mungkin agar acara dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
Pada dasarnya organisasi-organisasi selalu memiliki unsur-unsur, yakni:
a. Personil atau anggota yang menggabungkan diri kedalam ikatan formal.
b. Visi, yaitu pandangan atau citra para anggota mengenai keadaan organisasinya di masa depan dan tujuan, yaiut apa yang mau dicapainya yang sesuai dengan visinya tadi.
c. Misi organisasi, atau tugas besar yang harus diemban oleh organisasi dan tugas atau fungsi yang dibagikan kepada anggota untuk dilaksanakan.
d. Wewenang, yang merupakan legitimasi hak bertindak tiap orang dalam melaksanakan tugas.
e. Struktur, yang menunjukkan kedudukan tiap orang didalam kelompoknya.
f. Hubungan-hubungan, yang menjadi dasar kerjasama antar anggota.
g. Formalitas, yaitu aturan tretulis yang mengatur semua unsur agar menjadi resmi, sehingga organisasi menjadi formal.
h. Sumber energi, yang mendukung gerak kelompok atau organisasi, sehingga organisasi selalu dinamis. Tak ada organisasi yang statis, kecuali bagan strukturnya yang ditempel didinding kantor.
i. Proses kegiatan organisasi yang dilakukan oleh semua orang untuk mencapai tujuan (administrasi). Di dalam administrasi inilah adanya proses khusus yang disebut manajemen.
Adapun manfaat berorganisasi adalah sebagai berikut:
1. Menyalurkan bakat dan minat
2. Belajar bertanggungjawab
3. Ajang mensosialisasikan kebaikan
4. Meredam kegiatan sia-sia
Kiat memilih organisasi:
1. Jelas visi misi organisasinya
2. Sesuai dengan minat dan bakat
3. Mempunyai kegiatan rutin/temporal yang menuju kebaikan
Tawaran untuk masuk dalam organisasi ini merupakan instrumen untuk meredam degradasi moral. Waktu yang digunakan akan bermanfaat, dapat bergaul dengan teman senasib dan seperjuangan, bakat dan minat dapat tersalurkan, diskusi-diskusi dapat dilaksanakan, sehingga mendorong minat baca, dan berakhir dengan tumbuhnya kesadaran untuk menjadi pribadi yang berkarakter. Terjun ke dalam organisasi tidak lain juga untuk mendapatkan teman yang baik dan saling mendukung. Harapan ini sesuai dengan hadis Nabi yang berbunyi:
“Seseorang dapat dinilai dari kadar agama temannya, oleh karena itu hendaknya salah satu dari kalian meneliti dahulu siapa yang akan ia jadikan teman.”
(HR. al Hakim)
Tulisan ini tidak menuntut banyak dalam upaya meredam degradasi moral. Hanya satu yang ditawarkan. Yakni remaja muslim harus berani menceburkan diri ke dalam organisasi. Untuk mencegah terbuangnya masa muda dengan sia-sia. Akan banyak manfaat yang didapat dari berorganisasi. Sehingga memungkinkan penekanan degradasi moral ke titik serendah-rendahnya.
R E F E R E N S I
http://dwizeru.wordpress.com/2010/10/01/pentingnya-organisasi/
http://www.islamedia.web.id
http://massofa.wordpress.com/2008/11/17/pengertian-etika-moral-dan-etiket/
http://news.detik.com/read/2012/04/19/145807/1896501/10/tidak-benar-tawuran-pelajar-akibat-mutu-pendidikan-menurun
http://forum.kompas.com/perempuan/67362-wow-47-persen-remaja-bandung-gandrungi-seks-bebas.html
http://www.annida-online.com/artikel-5220-trafficking-dan-degradasi-moral-remaja-.html
http://swayanaka.wordpress.com/2011/09/29/membangun-moralitas-anak-bangsa-melalui-penerapan-metode-spiritual-parenting-kepada-anak-sejak-dini/
http://www.ahmarembang.com/2008/09/hancurnya-moral-remaja.html
http://sosbud.kompasiana.com/2010/06/30/degradasi-moral-remaja-masa-kini/
BIODATA PENULIS
Nama: Shirhi Athmainnah
Ttl: Indramayu, 6 Juli 1990
Alamat Asal :Desa Parean Girang, Kec. Kandanghaur Kab. Indramayu Jawa Barat
Alamat Kost :Kost Sunrise, Kp. Sapen Gk-1 No.573 Kelurahan Demangan Kec. Gondokus, Yogyakarta 55221
Pekerjaan: Mahasiswi Uin Sunan Kalijaga
Hobi: Membaca Dan Jalan-Jalan
Cita-Cita: Penulis Produktif
Motto Hidup: Hilangkan Segala Kekhawatiran Dengan Membaca!
E-Mail: calm_five@yahoo.com
HP: 085 759 815 118
Pengertian degradasi moral remaja
Degradarsi secara harfiah, berarti kemunduran; kemerosotan; penurunan. Sedangkan istilah moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan atau adat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, moral diartikan dengan ajaran tertentu mengenai baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya.
Remaja diartikan sebagai manusia yang sudah mulai dewasa atau sudah sampai umur untuk kawin. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan degradasi moral remaja adalah penurunan kepekaan norma-norma luhur pada diri remaja.
Dalam tulisan ini akan dipaparkan mengenai degradasi moral remaja muslim dan upaya untuk meredamnya. Sangat mudah untuk menemukan wacana tentang tema ini. Indonesia dengan mayoritas masyarakatnya beragama Islam menjadi salah satu alasannya. Disamping itu, fenomena pudarnya nilai-nilai luhur keislaman dan nilai-nilai luhur pancasila dapat disaksikan pada abad ini.
Masa remaja adalah masa transisi sekaligus masa kegemilangan. Dikatakan masa transisi karena perpindahan dari usia anak-anak menuju usia remaja yang lebih menuntut kedewasaan. Disamping itu, pada masa remaja, manusia bisa melakukan banyak hal yang produktif dalam hidupnya. Kekuatan fisik yang mendukung, juga semangat muda yang menggelora, menjadikan remaja (baca: pemuda atau pemudi) menjadi tonggak peradaban ummat manusia.
Beradab atau tidaknya suatu bangsa, dapat dilihat dari peran pemudanya (remaja) hari ini. Terlebih pada aspek akhlaknya (budi pekerti luhur). Bangsa yang memiliki pemuda yang santun, pekerja keras, kredibel, dan bertanggungjawab serta mempunyai loyalitas yang tinggi, maka dapat dipastikan bangsa tersebut kedepannya menjadi sebuah bangsa yang bermartabat.
Beragam bentuk kriminalitas yang dilakukan oleh remaja bukan barang baru di negeri ini. Mulai dari penghisapan sabu, minum-minuman keras, perzinahan dengan berbagai jenisnya, tawuran, dan baru-baru ini ada yang disebut geng motor.
Kriminalitas remaja dalam bentuknya yang usang tersebut pada satu dasawarsa terakhir ini mengalami peningkatan secara kuantitas dan motifnya. Telah marak terjadi prostitusi di negeri yang dikenal ramah dan beradab ini, yang sangat mengiris hati yakni dilakukan oleh remaja. Hal ini tersurat dalam kasus tertangkapanya seorang remaja berinisial MS berumur 19 tahun yang melakukan perdagangan perempuan (trafficking) pada 22 Februari 2012 lalu. Selain itu, free sex (seks bebas) telah menjadi fenomena baru di negeri yang memegang prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab ini. Free sex bukan lagi sesuatu yang tabu, bahkan telah menjadi alternatif pesta remaja dalam merayakan hari bahagia. Sebut saja perayaan ulang tahun atau hari kelulusan ujian nasional.
Berdasarkan data BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) tahun 2012, 47% remaja perempuan telah terbiasa melakukan seks bebas. Angka tertinggi seks bebas berada di Surabaya sebanyak 54%, Medan 52%, dan Yogyakarta 37%. Apa yang diistilahkan dengan married by accident (MBA) pun bukan barang langka di negeri yang berpenduduk mayoritas muslim ini. Jika sepuluh tahun yang lalu jarang ditemukan remaja yang hamil di luar nikah, sekarang dalam satu desa (baca: pelosok) pun dapat ditemukan puluhan perempuan yang hamil di luar nikah. Bahkan ada sebagian masyarakat yang menganggapnya sesuatu yang wajar, dengan mengasumsikan “trend zaman sekarang adalah hamil dahulu, nikah kemudian.”
Tawuran antar pelajar kerap terjadi. Tidak hanya di kota-kota besar, namun juga tengah merambah ke daerah-daerah (baca: pelosok). Hal ini diperparah dengan tanggapan dari para pendidik maupun warga masyarakat dengan mengatakan bahwa tawuran itu sudah menjadi tradisi. Memang tidak bisa disalahkan, istilah tersebut muncul akibat sering terjadinya tawuran antar pelajar yang dianggap sebagai tonggak masa depan itu.
Faktor-faktor pemicu degradasi moral remaja
1. Budaya baca sangat rendah. Remaja di Indonesia lebih senang dan terlihat bergengsi ketika menggenggam HP/Blackberry/iphone/tablet PC dan sejenisnya, daripada memegang buku tebal dan usang.
2. Forum diskusi yang kian dihindari. Remaja Indonesia lebih senang bergosip mengenai selebritis kegemarannya, dibanding berdiskusi tentang perjuangan para pahlawan, sirah nabawiyah, ulama besar, ilmuwan, dan sebagainya.
3. Terbawa budaya hedonis dan konsumtif. Hedonis telah mengikis kesahajaan yang ada pada generasi muda muslim. Budaya konsumtif juga tidak kalah berpengaruh dalam membentuk kepribadian remaja muslim.
4. Peran keluarga yang kurang dominan. Keluarga tidak bisa lepas dari tanggungjawab degradasi moral yang terjadi pada remaja. Karena sehebat apapun remaja tersebut, pastilah berasal dari sebuah keluarga. Pola didik dan pola asuh dari orang tua sangat berefek pada anak tersebut.
5. Budaya asing yang masuk bagai jamur di musim hujan. Tidak adanya filter yang ketat atas masuknya budaya asing ke Indonesia. Semua yang menguntungkan para pemodal, akan diizinkan dengan mudah masuk ke negeri ini.
6. Jauhnya remaja Indonesia dari agama. Agama bukan lagi jadi pegangan, tapi hanya mata pelajaran satu kali seminggu saja. Tidak akan merasa merugi sama sekali jika meninggalkan sholat. Namun akan merasa merugi jika satu hari tidak menggenggam HP (Handphone).
7. Mengidolakan orang yang salah dan bermasalah. Tidak hanya salah mengidolakan seseorang, tetapi juga mengidolakan orang bermasalah. Sebut saja selebritis yang jelas-jelas punya kepribadian buruk, tetap saja disanjung dan dipuja tiada henti. Rasulullah SAW., seakan tergeser ribuan kilometer. Teladan yang harusnya dicontoh oleh remaja Muslim, seakan tergeletak pada kisah-kisah Nabi dalam buku-buku Islam.
Tentu masih banyak lagi faktor-faktor penyebab degradasi moral. Yang bertanggungjawab atas semua ini adalah semua elemen bangsa. Mulai dari pejabat (baca: pemerintah) sampai rakyat jelata. Namun, ada yang sewajarnya sangat bertanggungjawab atas situasi ini. Yang didalamnya mengalir darah juang yang deras, pemikiran yang cerdas, dan hati yang ikhlas. Yakni, pemuda Islam. Islam sebagai agama rahmat, yang diwakili oleh para pemudanya, dapat menjadi tonggak perjuangan untuk meluruskan akhlak ummat. Nabi muhammad sebagai teladan telah berpesan bahwa ia diutus tidak lain adalah untuk menyempunakan akhlak. Remaja Islam sebagai tongkat estafet, seharusnyalah bergegas mengaplikasikan warisan Nabi yang mulia ini.
Bagaimana remaja muslim menepis degradasi moral?
Banyak orang-orang besar yang dibesarkan oleh organisasi. Banyak juga orang besar karena organisasi yang didirikannya. Dalam tulisan ini titik tekan yang ditawarkan bukan mengajak remaja muslim untuk berlomba-lomba mendirikan organisasi. Dengan melihat begitu banyaknya organisasi yang telah berdiri dan bergerak di Indonesia, seyogyanya telah cukup untuk mewadahi para remaja muslim untuk mengikuti satu atau beberapa dari organisasi yang ada. Aktif dan loyal dalam suatu organisasi tidak ada ruginya sama sekali. Selain menambah ilmu dan pengalaman, organisasi adalah instrumen yang paling efektif untuk mendakwahkan kebaikan dan membentuk kepribadian.
Agar lebih jelas, disini akan dipaparkan terlebih dahulu pengertian organisasi. Menurut Stoner, organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama. James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Chester I. Bernard, organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Jauhnya remaja Islam dari aktivitas berorganisasi, tidak mengejutkan jika kegiatan-kegiatan sia-sialah yang senantiasa terlukis dalam kegiatan sehari-hari mereka. Dengan berorganisasi, remaja akan belajar bertanggungjawab. Misal akan menyelenggarakan sebuah pentas seni, maka susunan acara dan segala keperluannya harus direncanakan sematang mungkin agar acara dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
Pada dasarnya organisasi-organisasi selalu memiliki unsur-unsur, yakni:
a. Personil atau anggota yang menggabungkan diri kedalam ikatan formal.
b. Visi, yaitu pandangan atau citra para anggota mengenai keadaan organisasinya di masa depan dan tujuan, yaiut apa yang mau dicapainya yang sesuai dengan visinya tadi.
c. Misi organisasi, atau tugas besar yang harus diemban oleh organisasi dan tugas atau fungsi yang dibagikan kepada anggota untuk dilaksanakan.
d. Wewenang, yang merupakan legitimasi hak bertindak tiap orang dalam melaksanakan tugas.
e. Struktur, yang menunjukkan kedudukan tiap orang didalam kelompoknya.
f. Hubungan-hubungan, yang menjadi dasar kerjasama antar anggota.
g. Formalitas, yaitu aturan tretulis yang mengatur semua unsur agar menjadi resmi, sehingga organisasi menjadi formal.
h. Sumber energi, yang mendukung gerak kelompok atau organisasi, sehingga organisasi selalu dinamis. Tak ada organisasi yang statis, kecuali bagan strukturnya yang ditempel didinding kantor.
i. Proses kegiatan organisasi yang dilakukan oleh semua orang untuk mencapai tujuan (administrasi). Di dalam administrasi inilah adanya proses khusus yang disebut manajemen.
Adapun manfaat berorganisasi adalah sebagai berikut:
1. Menyalurkan bakat dan minat
2. Belajar bertanggungjawab
3. Ajang mensosialisasikan kebaikan
4. Meredam kegiatan sia-sia
Kiat memilih organisasi:
1. Jelas visi misi organisasinya
2. Sesuai dengan minat dan bakat
3. Mempunyai kegiatan rutin/temporal yang menuju kebaikan
Tawaran untuk masuk dalam organisasi ini merupakan instrumen untuk meredam degradasi moral. Waktu yang digunakan akan bermanfaat, dapat bergaul dengan teman senasib dan seperjuangan, bakat dan minat dapat tersalurkan, diskusi-diskusi dapat dilaksanakan, sehingga mendorong minat baca, dan berakhir dengan tumbuhnya kesadaran untuk menjadi pribadi yang berkarakter. Terjun ke dalam organisasi tidak lain juga untuk mendapatkan teman yang baik dan saling mendukung. Harapan ini sesuai dengan hadis Nabi yang berbunyi:
“Seseorang dapat dinilai dari kadar agama temannya, oleh karena itu hendaknya salah satu dari kalian meneliti dahulu siapa yang akan ia jadikan teman.”
(HR. al Hakim)
Tulisan ini tidak menuntut banyak dalam upaya meredam degradasi moral. Hanya satu yang ditawarkan. Yakni remaja muslim harus berani menceburkan diri ke dalam organisasi. Untuk mencegah terbuangnya masa muda dengan sia-sia. Akan banyak manfaat yang didapat dari berorganisasi. Sehingga memungkinkan penekanan degradasi moral ke titik serendah-rendahnya.
R E F E R E N S I
http://dwizeru.wordpress.com/2010/10/01/pentingnya-organisasi/
http://www.islamedia.web.id
http://massofa.wordpress.com/2008/11/17/pengertian-etika-moral-dan-etiket/
http://news.detik.com/read/2012/04/19/145807/1896501/10/tidak-benar-tawuran-pelajar-akibat-mutu-pendidikan-menurun
http://forum.kompas.com/perempuan/67362-wow-47-persen-remaja-bandung-gandrungi-seks-bebas.html
http://www.annida-online.com/artikel-5220-trafficking-dan-degradasi-moral-remaja-.html
http://swayanaka.wordpress.com/2011/09/29/membangun-moralitas-anak-bangsa-melalui-penerapan-metode-spiritual-parenting-kepada-anak-sejak-dini/
http://www.ahmarembang.com/2008/09/hancurnya-moral-remaja.html
http://sosbud.kompasiana.com/2010/06/30/degradasi-moral-remaja-masa-kini/
BIODATA PENULIS
Nama: Shirhi Athmainnah
Ttl: Indramayu, 6 Juli 1990
Alamat Asal :Desa Parean Girang, Kec. Kandanghaur Kab. Indramayu Jawa Barat
Alamat Kost :Kost Sunrise, Kp. Sapen Gk-1 No.573 Kelurahan Demangan Kec. Gondokus, Yogyakarta 55221
Pekerjaan: Mahasiswi Uin Sunan Kalijaga
Hobi: Membaca Dan Jalan-Jalan
Cita-Cita: Penulis Produktif
Motto Hidup: Hilangkan Segala Kekhawatiran Dengan Membaca!
E-Mail: calm_five@yahoo.com
HP: 085 759 815 118
EmoticonEmoticon