Selasa, 24 Januari 2012

Makna Pendidikan

Tags
Oleh Rakhyan Risnu S.
Sedikit tergelitik ketika saya ditanya, tentang susahnya mencari nilai. Bukan satu dua kali ini saja, beberapa kali, bahkan ketika saya menjadi mahasiswa baru. Kakak-kakak tingkat yang selayaknya memberikan motivasi dan spirit, justru mereka malah memberikan gambaran  menakutkan dari jurusan yang saya masuki. Bagi saya, itu sangat menggelitik.

Ketika saya menuliskan catatn ini, jadi teringat tokoh Rancho atau Wangdu nama aslinya dalam film "3 idiots". Dia berhasil membebaskan dirinya dari tekanan universitas yang sangat menekankan pada hasil dalam bentuk simbol nilai, peringkat, dan yang sangat inspiratif adalah tentang dua metode belajar dari Rancho dan Chatur. Chatur yang menggunakan metode menghafal, dan Rancho yang berhasil menggunakan metodenya untuk memahami dan mencintai yang dia pelajari. Sampai tertawa pula ketia dia mengatakan, "Sekolah tidak membayar, tapi perlu seragam." Dia berhasil menunjukkan bahwa kegigihan dan kecintaannya pada ilmu "mesin" telah membawanya pada sebah kesempurnaan.

Banyak lagi kisah menarik lainnya, misalnya saja dalam film "I'm Not Stupid Too". Setiap manusia memiliki potensinya masing-masing, dan metode pendidikan tidak seharusnya dilakukan dengan cara yang keras, memberikan tugas yang banyak dan waktu yang sangat terbatas, sehingga tdak memberikan ruang berkarya bagi peserta didiknya. Misalnya sebuah kampus yang menekankan mahasiswanya untuk segera lulus, namun tidak pernah diajari bagaimana cara bersikap pada yang lebih tua, pendidik yang tak diajarkan bagaimana caranya untuk memahami peserta didiknya, atau mengucapkan maaf ketika salah, terimakasih saat dibantu atau telah melakukan sesuatu. Kampus atau institusi pendidikan hanya menuntut kecerdasan kognitif, piskomotor dan afektif hanya sebuah simbolis. Misalnya saja nih, pada hari tertentu menggunakan batik dan di hari yang lain menggunakan pakaian muslim/koko. Dalam hal lainnya, ketika sedang ramai-ramainya membicarakan tentang karakter, institusi pendidikan ramai-ramai menerapkan pendidikan karakter ke dalam sebuah mata pelajaran, bahkan sampai dibuat mata kuliah khusus. Saya rasa ini sangatlah simbolis dan tidak esensial. Hal-hal sepele yang telah disampaikan di atas, seperti minta maaf, ucapan terimakasih, selamat, mengucapkan salam, berdoa ketika akan memulai dan mengakhiri belajar, membuang sampah pada tempatnya, atau tersenyum, ini hal yang sepele tapi esensial. Pendidik dan peserta didik diajarkan untuk dapat menghormati sesamanya dan kepada yang lebih tua atau muda.

Film lain yang juga menginspirasi adalah "Front of the Class". Seorang kepala sekolah yang sangat bijaksana, berhasil membangkitkan kembali semangat belajar Brad Cohen yang menderita penyakit Tourette syndrome. Dia tersisihkan di sekolahnya karena seorang guru yang tidak bisa memahami dia, kepala sekolah yang tak bisa melindunginya, hingga akhirnya ia tiba di sebuah sekolah yang merubah dirinya. Seorang kepala sekolah yang sangat memahaminya. Dalam percakapan itu, kepala sekolah itu menanyakan tentang "Pendapatmu sekolah itu buat apa?" pada Brad. Brad tidak langsung menjawab, dia justru meminta maaf karena penyakitnya itu yang telah menggangu di kelas. Lalu kepala sekolah itu mengatakan, "Untuk mendidik, bukan?" Ya sekolah itu tidak hanya sebagai tempat untuk mencari pengetahuan, tapi selain itu sebagai tranfer nilai. Dia menunjukkan kepada semuanya, bahwa Brad layak dan harus diperlakukan sama layaknya orang-orang normal lainnya. Yang menjadi pertanyaan adalah, "Sudahkan sekolah atau tempat belajar kita mampu menerapkan fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang tak hanya tempat menuntut ilmu, tapi sebagai transfer nilai?" Jangan-jangan selama ini nilai-nilai yang ada di sekolah atau kampus kita sebatas nilai-nilai simbolis semata. Sehingga wajar ketika banyak peserta didik yang mengambil jalan pintas untuk mencontek, melakukan segala macam cara untuk mendapatkan nilai bagus tanpa peduli cara yang dilakukannya benar atau salah.

Perlu adanya evaluasi mendasar tentang tujuan pendidikan sebenarnya. Agar tak sebatas simbol dan meninggalkan hal yang lebih esensial dari pendidikan. Sesuatu yang negatif yang dilakukan terus menerus, akan menjadi sebuah kebiasaan dan berlanjut, kebiasaan itu akan dianggap benar. Sehingga memang tidak akan mudah untuk memperbaikinya, akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Maka, memerlukan kerja sama semua pihak dalam proses pembenahan tentang arti esensial dari sebuah pendidikan.

Dimuat juga dalam http://www.rakhyanalfatih.co.cc/2012/01/tentang-arti-sebuah-pendidikan.html

Senin, 23 Januari 2012

Open Recruitment Al-Ishlah 2012

Tags
Ayo Buruan daftar!!!!!!!!!!
Download formulir klik Formulir OR Al Ishlah 2012

Minggu, 22 Januari 2012

Desain Jaket Jamaish

Tags
Desian Jaket Jamaish dengan double jaket.
Untuk lebih jelas ketika mengamati, bisa di unduh dgn klik gambar desain jaket ini.
Tipe ke1


Tipe ke 2

Desain jaket ini insyaAllah akan dieksekusi dalam waktu dekat...

Selasa, 17 Januari 2012

Sang Harimau "Sebuah Inspirasi"

Tags

Oleh Rakhyan Risnu S.
Sebuah kisah yang hadir dalam catatn harian kecilku. Sebuah kisah tentang seekor anak harimau kecil yang kehilangan induknya. Sendiri di tengah hutan belantara yang siap membunuhnya. Auman kecil bayi harimau sedikit mengusik seekor domba betina dalam kawanannya yang sedang melintasi hutan tempat bayi harimau itu berada. Dia merasa iba dan tak tega membiarkannya sendiri di tengah hutan itu. Dengan penuh iba akhirnya dia membawanya dan berjanji pada dirinya sendiri akan merwatnya, selayaknya anaknya sendiri.

Seiring bergulirnya waktu, bayi harimua itupun mulai tumbuh dan menampakkan bentuk keganasannya. Bersamanya, dia hidup bersama induk domba yang telah mempunyai seekor anak domba yang lucu. Dia merasa bahwa anak domba itu adalah saudaranya. Karena sejak kecil mereka hidup bersama dirawat oleh induk domba. Tumbuh dan terus tumbuh, dia merasa bahwa dirinya juga adalah bagian dari kawanan domba itu. Dia mengikuti papa yang dilakukan oleh domba-domba yang lainnya. Dia mengembik, makan rumput, dan kegiatan domba-domba lainnya. Tak sekalipun dia merasakan kalau dia adalah seekorharimau yang perkasa dan sang raja hutan.

Hingga pada suatu waktu, dari ujung bukit dekat kawanan domba itu mencari makan. Seekor serigala datang untuk mencari makan dan mengintai kawanan domba itu dari semak-semak. Saat kondisi mulai tenang dan domba-domba sedang lengah, bersiaplah serigala itu berlari dan mengejar kawanan domba itu. Lari dan mengejar, akhirnya dia menangkap anak dari induk domba. Sang induk berteriak meminta tolong pada anak harimua itu untuk menolong anaknya. "Hai harimau, ayo tolonglah saudaramu itu." Sang Harimau menjawab, "Aku takut, aku tidak bisa menolongnya" Seraya bersembunyi dibalik induk domba. Serigala itu kebingungan, karena di dalam kawanan domba ada seekor harimau yang besar namun dia sama sekali tak menyerangnya, malah bersembunyi di balik badan induk domba. Dengan sedikit ketakutan akhirnya anak domba itu dimangsa oleh serigala hanas itu.

Kesedihan menimpa induk domba. Sang harimau merasa bersalah dan mencoba meminta maaf pada induk kambing. Tapi induk kambing itu tak menghiraukannya, dia merasa kecewa padanya. Sang harimau bingung, dia merasa bahwa dirinya adalah domba bukanlah harimau seperti yang dikira oleh induk domba. "Kau itu bukanlah domba, kau adalah harimua sang penguasa hutan. Seharusnya kamu tadi dapat menolong saudaramu, bukan malah bersembunyi di balik badanku" Dengan sangat sedih induk domba memarahi anak harimau itu.

Di hari berikutnya serigala itu datang lagi dan mencoba memasatika kebenaran yang dia lihat sebelumnya. Seekor harimau besar yang ada dalam kawanan domba. Dia berlari dan mengejar-ngejar kawanan domba lagi. Kali ini sang induk domba yang tertangkap. Induk domba itu berteriak meminta tolong pada anak harimau itu. "Tolonglah aku anak harimau, kau adalah harimau sang raja hutan, penguasa hutan. Apakah kau akan membiarkanku yang merawatmu dimangsa oleh serigala jahat ini?" Dengan rasa takut dan keinginan untuk menolong induk domba, akhirnya anak harimau itu menyelamatkan induk domba. Namun serigala merasa keanehan, harimau itu menanduknya. Padahal dia sudah merasa kalau anak harimau tadi akan menerkamnya dan mencabik-cabik dagingnya. Selain itu harimau itu mengembik layaknya para domba, bukannnya mengaung sekeras sang raja hutan. "embeeeee, pergilah dan lepaskan ibuku" Sang serigala penasaran dan melawan anak harimau itu. sekarang kedudukan justru menjadi terbalik. Anak harimau itu diserang habis-habisan oleh serigala itu. Karena merasa iba dengan anak harimau itu, induk domba berbalik menolongnya. Dan akhirnya serigala itu pergi dan tidak membawa apa-apa kali ini. Setelah itu induk domba mengatakan, "Hai anak harimau, kamu adalah anak harimau, bukanlah domba. Kamu bukanlah domba seperti kami, seharusnya kamu itu mengaung bukanlah mengembik." Namun sang anak harimau tetap merasa bahwa dirinya adalah anak domba, berkali-kali dia mencoba mengaung, tapi yang keluar dari mulutnya adalah sebuah embikan domba.

Anak harimau merasa sedih, meski dia berhasil menyelamatkan induk domba. tapi dia berkali-kali dikatakan bahwa dia bukanlah domba, padahal dalah hatinya dia merasakan bahwa dirinya adalah domba. Kemudian dia lari ketengah hutan dan tibalah di sebuah danau. ternyata di sana terdapat seekor binatang yang menganung keras. Aungannya sangat keras dan mengglegar, membuat tubuh anak harimau itu berketar. Dia kemudian mengembik ketakutan. Suaranya pun terdengar oleh Harimau perkasa itu, harimau itu kemudian mendatangi anak harimau itu dan bertanya padanya. "hai anak harimau, apa yang sedang kau lakukan di sini? dan mengapa pula kamu mengembik layaknya seekor domba?" Anak harimau menjawab, "Saya sedang sedih,  saya merasa bahwa saya bukanlah seekor harimau seperti yang kamu kira." Harimau itu kemudian mengatakan pada anak harimau itu, "hai anak harimau, kamu bukanlah anak domba. kamu adalah anak harimau, kau sama denganku. Berkacalah dalam danau itu dan lihatlah dirimu yang memiliki rupa sama denganku." Anak harimau itu menurutinya, dan dia terkejut melihat dirinya yang memiliki rupa sama dengannya. "Benar, akau memiliki rupa yang sama denganmu. Aku adalah harimau sang raja hutan. Tapi aku tidak tahu caranya mengaung, sejak aku kecil aku sudah dirawat oleh seekor domba" Kemudian dia diajari mengaung oleh harimau itu, dia ajarkan cara aungan yang keras dan siap menggoncang seluruh isi hutan. Akhirnya dia bisa mengaung dan kini telah benar-benar merasa bahwa dia adalah seekor harimau. "Terima kasih hatimau, kau telah ajarkan aku mengaung." Kemudian anak harimau itu kembai pada kawanan domba.

Ketika itu, dengan penasaran serigala yang telah dikalahkan oleh anak harimau yang seperti domba itu merasa dilecehkan. Dia tidak terima dan berusaha membalas dendam. Kali ini dia akan langsung mengejar kawanan domba dan akan membalas dendam pada anak harimau itu. Saat serigala itu mengejar-ngejar kawanan domba, dia mendapati anak harimau itu. Namun kali ini denga gagah berani, anak harimau itu mengaung dengan sangat keras. Serigala itu terkejut dan bergetarlah seluruh tubuhnya. Dia merasa ketakutan dan kemudian lari terbirit-birit. para domba dan induk domba itu berterima kasih pada anak harimau itu yang telah menyelamatkan mereka. Kini dia benar-benar merasa bahwa dirinya adalah raja hutan yang siap untuk mengaung dan memimpin hutan. Sekali lagi dia mengaung dan suaranya terdengar sampai ke serigala itu. Dengan ketakutan, lari serigala itu semakin kencang. Karena dia merasa bahwa dirinya dikejar-kejar oleh anak harimau itu.

Nah dari kisah di atas dapat diambil sebuah ibrah. Betapa sering kita merasa kecil, mental kita ciut sebelum kita menunjukkan kemampuan kita yang sesungguhnya. Tak menyadari potensi yang luar biasa dala diri kita. melihat kawan kita hebat dan mempunyai bakat luar biasa, kita yang belum sempat menunjukkan bakat kita merasa ciut dan seakan-akan sangatlah lemah dan tak mampu menunjukkan bakat dahsyat yang ada dalam diri kita. Ketika orang mengatakan diri kita bodoh, tak berbakat, tak pantas, dan hujatan-hujatan lain yang melemahkan mental. Justru kita malah menurutinya dan mengikuti kata-kata orang lain itu. Sedikit kisah yang dialami oleh Brad Cohen dalam Film Fron of the class saya rasa dapat dijadikan sebuah inspirasi. Seorang penderita Tourette syndrome yang bercita-cita menjadi seorang guru. Dia tidak membiarkan dirinya kalah oleh penyakitnya itu. Dengan dukungan cinta dari orang-orang terdekatnya, keluarganya ibu, adiknya Jeff, nency, & sahabtnya. Dia tidak membiarkan dirinya kalah oleh penyakitnya. Hingga akhirnya dia mampu menjadi seorang guru di sebuah sekolah, dan dia mengajar kelas dua. Dengan tekad yang luar biasa, dan kreatifiatsnya. Dia mampu memperoleh kemenangan besar, sebagai "Guru Terkini/Terbaik" di Amerika Serikat. Itulah yang seharusnya kita lakukan, begitu juga yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Memberikan dukungan, bukan malah menghujat dan melemahkan mental saudaranya.

Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Wallahualam bi shawab...

Senin, 09 Januari 2012

Ini dia! 9 Langkah Praktis agar Anda Cekatan dalam Menulis

Tags
Oleh Diar Rosdayana
Catatan:
Maksud "menulis" di sini bukan dalam arti sekedar 'menulis' asal jadi. Satu atau dua kalimat doang. Menulis sms atau menulis status. Tapi maksud saya 'menulis' di sini dalam pengertian yang dipersempit. Semisal menulis artikel, cerpen, novel, de el el. OK lets go! (Lha malah nyuruh pergi..?!)

***
Sebagian besar orang berfikir bahwa menulis adalah pekerjaan orang-orang tertentu. Menulis itu merupakan bakat yang timbul sejak lahir. Tidak bisa sembarang orang melakukannya. Hal ini memberi kesan bahwa para penulis hebat itu memang sudah lahir sebagai penulis. Atau mungkin jika dilihat di rahim ibu para penulis, bisa dilihat di dalamnya udah ada corat-coret dari si jabang bayi. Si orok udah aktif menulis di perut ibunya sejak dalam kandungan.. (halah).

Apakah Anda termasuk orang yang berfikir seperti itu? Semoga saja tidak. Karena menulis itu sebenarnya ‘created’ bukan ‘born’ (ejaan londonya bener ga ya ini..?! Kalo ada anak2 FBS yang baca.. Tolooooonnnggg..!!). Intinya menurut saya penulis itu diciptakan, bukan dilahirkan. Atau ya, lebih tepatnya, dilahirkan dulu ding, terus belajar sendiri gitu biar bisa nulis.

Sebenarnya agar bisa menulis itu gampang saja. Berikut adalah 9 (sembilan) langkah agar Anda terbiasa dan cekatan dalam menulis. Apa saja itu? Cekidooooottt!
  1. Mulailah menulis
  2. Mulailah menulis
  3. Mulailah menulis
  4. Mulailah menulis
  5. Mulailah menulis
  6. Mulailah menulis
  7. Mulailah menulis
  8. Mulailah menulis
  9. Nunggu apa lagi..?! Ayo MENULIS..!!
Jadi, katanya sih, menulis itu seperti latihan beladiri. Kita ga tiba-tiba jago berantem dengan nonton film kungfu di TV. Harus praktek. Harus latihan. Terus menerus hingga bakatpun terasah. Menulis juga gitu, kita ga akan langsung jago menulis dengan mengikuti banyak pelatihan kesana-kemari (membawa alamat), atau dengan membaca novel-novel best seller, tapi tidak pernah mencoba untuk mempraktekannya. Maka, mulailah sekarang!

NB 1:
Note ini terinspirasi dari beberapa artikel di internet seputar dunia menulis.

NB 2:
Note ini buat saya sendiri, karena saya juga masih belepotan dalam menulis. Tapi, ya karena note ini ditulis di FB dan di tag. Terima aja deh yaa... :-)

Robot Manja yang Ingin Cantik

Tags
Oleh Diar Rosdayana
Di zaman yang semakin modern ini, di satu sisi manusia semakin dimanjakan, di sisi lain ia dianggap seperti robot. Dimanjakan karena sekarang sudah banyak alat bantu yang semakin canggih dalam segala hal. Seperti robot karena banyak sekali alat yang diciptakan untuk ‘memperbaiki’ bagian-bagian tubuh manusia. Bingung? Sama. Mari kita lihat satu persatu.

DIMANJAKAN
Dulu, tukang pos merupakan segalanya. Mulai dari kirim surat, kirim uang, kirim barang. Sekarang? PT Pos Indonesia harus beberapa kali revisi pekerjaan karena sebagaian besar fungsinya sudah tergantikan dengan perangkat-perangkat lain. Ada bank dengan ATM-nya. Ada e-mail yang bisa kirim surat secepat kilat, bahkan kta tidak sempat membeli bakso untuk menunggunya. Tak perlu kertas, tak perlu pulpen. Belum lagi adanya telfon dan sms. Biayanyapun semakin murah. Dulu, kartu sellular itu, harga perdananya bisa seharga HP di masa sekarang. Hari ini, kartu perdana bahkan ada yang harganya 1000 perak! (mahal juga, coba aja punya 1000 bijih perak). Ya, maksudnya 1000 rupiah a.k.a. Rp 1.000, 00.

Masalah transportasi? Jangan ditanya. Ingin menjadi haji, di zaman Orde Lama dan jauh sebelum itu perlu waktu sampai 3 bulan untuk pergi ke Arab Saudi. Tidak sedikit orang yang meninggal di laut sebelum sampai ke Baitullah. Saat ini, berangkat dari tanah air setelah terbit matahari, dan bisa melihat matahari terbenam di jazirah Arab. Yup. Tidak sampai sehari.

Berita-berita di seluruh pelosok dunia bisa diketahui sangat cepat. Ada jarum jatuh di Palestina, suaranya bisa langsung terdengar di pelosok Gunung Kidul (eh, gunung kidul itu pelosok ga sih..?! :-). Jual beli barang yang sebagian masih harus tawar menawar di Pasar, lengkap sama berbagai aromanya, sekarang bisa dilakukan cukup dengan klak-klik depan komputer. Jadi ingat di salah satu film Hollywood yang menceritakan ketika seluruh manusia meakukan aktivitas hidupnya memakai robot. Bahkan untuk berjalanpun dia duduk di atas kursi yang bisa terbang. Akhirnya mereka menjadi manusia-manusia yang mengalami obesitas dan tidak bisa berjalan sama sekali. Karena sejak kecil tidak pernah menggunakan semua anggota tubuhya buat melakukan sesuatu. Semuanya dengan memakai bantuan mesin. Ah, benar-benar dimanjakan bukan?

SEPERTI ROBOT
Dibalik kehidupan yang serba canggih, harusnya kan semakin enak tuh. Tubuh kita lebih sering istirahat. Tapi yang terjadi sekarang, manusia ini seolah-olah seperti robot, yang setiap komponen-komponennya memerlukan bahan-bahan kimia sebagai perawatan. Lihat saja produk-produk dan berbagai iklan di media massa. Berbagai ‘service’ dan ‘suku cadang’ ditawarkan untuk memperbaiki robot bernama manusia.

Sejak ibu hamil, dia sudah dianjurkan mengkonsumsi berbagai bahan pabrikan. Ketika bayi lahir, ada susu khusus baik untuk ibu maupun anaknya. Setiap usia bayi dianjurkan mendapat jatah susu berbeda. Rambut rontok? Tenang, ada obatnya. Rambut lepek, berketombe dan beracun? Semua ada samponya sendiri-sendiri. Perut membesar, obesitas, badan tidak langsing? Ada ‘service’-nya. Kulit yang kasar, kusam berjerawat? Ini perlu service! Sialakan beli obatnya. Bahkan ada juga obat kulit yang memiliki slogan seperti peserta PEMILU tingkat RT: “Memberi bukti, bukan janji.”

JADINYA
Efek samping dari keluarnya produk-produk itu yang pailng berbahaya menurut saya adalah timbulnya berbagai penafsiran baru tentang makna keindahan. Sekarang, telah banyak reduksi terhadap pengertian beberapa hal. Misal nih, dengan adanya berbagai iklan obat kecantikan dan kosmetik, secara tidak sadar kita juga digiring untuk memberi pamahaman bahwa yang disebut cantik itu adalah berkulit putih, rambut tidak berketombe, bibir tipis, bentuk badan seperti gitar (padahal kalau ada wanita berbadan seperti gitar, maka saya akan jadi orang pertama yang kabur karena takut, apalagi kalo dia bersenar). Atau ada juga iklan yang mengatakan: “Cantik itu, kulit mulus bebas bulu”. Wah, kalau ini berlaku, maka yang paling cantik di dunia adalah belut, kulitnya mulus, dan tidak berbulu. Kasian juga monyet nanti, dia penuh bulu. Berarti jelek banget. Bebagai media juga mengisyaratkan, bahwa yang disebut kaya itu harus memiliki rumah mewah, HP bermerk, baju perlente dan berbagai kemewahan lainnya.

Hal ini memberi pengaruh yang sangat besar. Coba kita lihat, berapa banyak remaja-remaja yang lebih sibuk memikirkan satu buah jerawat di hidungnya daripada mengurusi sholatnya yang masih bolong-bolong. Atau, betapa mereka stress karena perutnya yang gendut daripada memikirkan bacaan Qur’annya yang masih terbata-bata. Tidak sedikit juga yang terus membayangkan agar bisa menjadi kaya raya bagaimanapun caranya, daripada memikirkan bagaimana agar sesedikit apapun, hartanya bisa berkah dan diperoleh dengan cara yang baik.

Ya, entah kelemahan manusia yang membuat produk-produk itu muncul atau justru produk-produk itu muncul untuk melemahkan manusia. Padahal sejak dulu, jauh sebelum produk-produk modern itu ada, manusia juga sehat-sehat saja, tetep bisa hidup dan berketurunan. Bukan, saya bukan membenci modernitas atau tidak senang dengan kecanggihan dan kemudahan di era sekarang. Atau melarang manusia untuk cantik dan kaya. Tapi cobalah memandang hidup ini lebih bermakna dan sederhana. Allah menciptakan manusia dengan segala potensinya. Kita tidak akan masuk neraka karena kulit tidak putih, muka berjerawat atau rambut berketombe. Modern boleh, tapi tidak perlu lebay dan mari tetap bijak. Allah melihat hati daripada fisik.

 “Allah tidak melihat fisik dan rupa kalian, akan tetapi Allah melihat hati kalian.” (HR. Muslim no. 2564)

Jumat, 06 Januari 2012

Paradigma Kaderisasi “Kaderisasi tiada henti”

Tags
Oleh Rakhyan Risnu Sasongko
Sehebat apapun sebuah gerakan atau organisasi jika tidak memiliki kaderisasi yang baik, maka akan menjadi sebuah bom waktu yang siap meledak kapanpun. Kita sama-sama tahu bahwa usia manusia itu terus bertambah, dan semakin bertambahnya usia seseorang maka dia akan semakin renta dan kemudian mati. Hilang...!! punah...!! ketika sebuah gerakan atau organisasi itu tidak memiliki kaderisasi yang baik. Kaderisasi itu bukan dalam rangka open rekrutmen saja atau ngajak orang gabung kemudian terserah dia selanjutnya mau ngapain. Sekali lagi bukan itu kaderasi.

Setiap organisasi (mari kita samakan saja organisasi) pasti membutuhkan sebuah kaderisasi untuk menciptakan generasi-generasi muda yang siap melanjutkan estafet kepemimpinan kita. Sehingga membutuhkan sebuah kepercayaan dari seorang senior kepada juniornya untuk turut berkontribusi dalam menjalankan tujuan organisasi. Bukankah itu kita ini pasti akan ada masanya untuk usai dari jabatan kita. Seotoriter atau selama apapun seseorang – misalnya saja penguasa Korea Utara, Kim Jong-il yang kini telah tutp usia. Dia telah mempersiapkan putra mahkotanya Kim Jong-un untuk menggantikannya. Telah lama sebelum Kim Jong-il tutp usia, dia telah mempersiapkan Kim Jong-un sebagai penggantinya dengan memberikan baginya untuk dapat mengabdi bagi negaranya. Begitu juga Muammar Gaddafi, penguasa yang telah digulingkan. Dia juga telah mempersiapkan putra mahkotanya untuk menggantikannya kelak. – ini bukti pentingnya kaderisasi. Mungkin yang terpikirkan setelah membaca cintoh yang saya berikan ini tidak menunjukkan contoh organisasinya, tapi dua contoh di atas menunjukkan bahwa kaderiasi itu sangatlah penting.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kaderisasi berarti proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. Dalam kehidupan kampus, kaderisasi ini bertujuan untuk membentuk kader yang bisa menggerakkan organisasi, himpunan, ataupun kelompok dengan kepentingan masing-masing agar dapat terus berkembang. Rasulullah Muhammad saw merupakan contoh pemimpin luar biasa yang sangat layak kita contoh sistem kaderisasinya. Melalui tangan dingin nya pengaruh islam menyebar keseluruh pelosok dunia hanya dalam tempo 23 tahun sejak kerasulannya. Sebut saja Umar bin Khattab, ketika menjadi khalifah pengaruh islam semakin kuat. Hal ini terbukti dengan banyaknya daerah kekuasaan islam saat itu. Daerah kekuasaan Kekaisaran Byzantium dan Persia yang meliputi Palestina, Suriah, Iran, dan Turki tak luput dari penguasaan umat islam. Lalu bagaimana dengan kita? Sudah sesiap apa kita mempersiapkan kaderisasi untuk organisasi kita? Pertanyaan itu, silahkan dijawab sendiri dalam hati pembaca sekalian.

Allah telah menyampaikan dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 110 tentang umat terbaik. “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”  Jelas Allah di sini menyeru agar kita mempersiapkan pengganti atau penerus estafet kepemimpinan kita adalah mereka yang terbaik, sosok yang memiliki keimanan yang kuat, dia yang siap untuk dapat menyeru yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Sehingga membutuhkan sebuah manajerial yang baik, yang disiapkan dengan sungguh-sungguh. Bukan asal rekrut, asal bina, asal pantau, dan asal dikaryakan. Atau bahkan ekstrimnya, yang penting ada orang yang melanjutkan. Inilah sebuah kemalasan, hal yang sangat bertentangan dengan Islam. Rasulullah telah mengajarkan kita untuk melakukan sesuatu hal khususnya kaderiasi selalu teratur dan terencana. Allah telah memberikan sebuah kuncinya dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaf ayat 4 “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”

Disinilah dibutuhkan ilmu manajemen organisasi, hal ini penting untuk menjaga agar kaderisasi tetap berlangsung. Jika manajemen organisasinya buruk, maka akan dapat dipastikan sistem kaderiasinya juga akan mengalami kelumpuhan. Lumpuh berarti akan lemah dan kader-kader yang disiapkan memiliki kualitas yang buruk pula. Rujukannya adalah Rasulullah, beliau telah memberikan banyak bukti bagaimana kaderisasinya untuk dapat menciptakan penerus risalah Islam pasca beliau. Karena dakwah Islam bukan hanya seumur jagung, yang hilang pasca panennya. Tapi panjang dan jauh melebihi usia para pembawa risalahnya. Sehingga membutuhkan kaderisasi yang terencana dan matang dalam konsepnya.

Semoga yang sedikit ini dapat memberikan motivasi bagi kita untuk senantiasa mempersiapkan segala sesuatu khususnya kaderiasi dengan matang dan terencana. Memastikan diri untuk dapat mempersembahkan yang terbaik bagi organisasi yang kita naungi. Kita bisa mencontoh para pembuat film-film barat seperti misalnya Harry Poter, Avatar, Fast Five a.k.a Fast & Furious 5-The Rio Heist, dan masih banyak lagi. Kesamaan dari film-film ini adalah tentang keseriusan dan totalitas dalam penggarapannya. Tak peduli seberapapun uang yang dikeluarkan, yang terpenting adalah hasilnya memuaskan dan penonton dapat menikmati dan puas dengan hasilnya. Dan itu terbukti, berapa juta penggemar film-film yang dicontohkan di atas dari seluruh dunia? Jutaan... hal ini yang seharusnya dapat menjadikan motvasi bagi kita dalam totalitas dan kesungguhan dalam manajemen organisasi khususnya pengkaderan. Semangat ini yang seharusnya kita contoh, karena semangat ini pula yang akan kita wariskan pada adik-adik kita nanti untuk melanjutkan estafet kepemimpinan kita.

Wallahualam bi shawab

Senin, 02 Januari 2012

Ada foto di facebook-ku (Bolehkah?)

Tags
Oleh Inung Pratiwi
Di sela menyusur ilmu akuntansi internasional yang membingungkan… iseng menjamah FB yang sudah beberapa waktu ditelantarkan. Ada tema menarik ternyata yang sedang marak diperdebatkan. Bukan, tepatnya didiskusikan.

Lagi-lagi tentang akhwat, wanita, perempuan, putri dan apalah sebutannya. Lebih fokus lagi tentang pemasangan foto di facebook…. Hufh…. Sepertinya tugas ibu kemuslimahan selama setahun belum membawa dampak yang signifikan. Tentu saja, karena program perbaikan berjalan seiring detik yang selalu memperdengarkan detak-detak peringatan bahwa waktu terus menapak ke penghujung.

Sebelum kita terlalu jauh menghakimi tentang ini dan itu yang dalam pembahasan kali ini terfokus pada pemasangan gambar diri di FB, alangkah bijak jika kita kembali sejenak pada tujuan. Bukankah tujuan itu kunci kita menggerakkan setiap sel tubuh dan memfungsikan saraf?

Jika, tujuannya untuk menjadi model… tentulah benar memasang foto sexy ala professional meski tanpa bayaran.
Jika tujuannya untuk mamancing lawan jenis agar mau menjadi teman, pas sekali memasang foto cantik, cute, manis, dan seterusnya.
Kalau tujuannya agar dipuji shalihah… wah… joss kalau dipasang foto dengan jilbab lebar berkibar, menenteng al-quran atau dengan kepalan tangan mengumandangkan “Allahu Akbar” yang tak terdengar
Atau mau bikin penasaran ikhwan? Baiklah, tentu ide brilian memasang karikatur-karikatur imut meski tak sesuai penampakan…

Itulah beberapa tujuan dan jalan yang bisa ditempuh. Apapun itu, tujuan itulah yang akan kita nikmati.

Tapi saudariku, tidakkah kau ingat ada kekasih yang senantiasa merindukanmu kembali dalam keadaan yang paling Dia senangi? Jika Dia masih melekat di hatimu, jika tengadah tanganmu masih senantiasa kau tujukan kepada-Nya, jika keluh kesahmu kau kembalikan kepada-Nya, tidakkah kau ingin memberikan yang terbaik untuk-Nya?

Jika, sang kekasih itu yang tertuju, tentulah… tak ada alasan apa pun untuk menafikkan perintah dan peringatan-Nya. Aku padaMu, pokok e.

Jadi, teman. Apapun yang kau lakukan, meski hanya kedipan mata atau segesek sendi…. Pastikan dulu tujuannya untuk siapa, untuk apa, mengapa, dan karena apa. Yang perlu diingat, tujuan itu bukan untuk hari ini, bukan pula besok pagi tapi untuk hidupmu dan kehidupan setelah mati.

Shalihah… ayo sapa lagi hati-hati ini. apakah ia memang menghendaki wajahmu menjadi santapan lezat mata-mata jalang? Jikalah memang alasanmu melakukannya untuk menyampaikan kebaikan, sudahkah cukup baik jalan kita untuk dilewati kebaikan itu? Tidak satu pun Allah menyelipkan hati busuk pada setiap diri manusia, namun ia mempunyai potensi untuk bertahan dengan kebaikannya atau goyah dengan keburukan. Maka dengarkanlah dengan teliti bisikan-bisikan lembutnya. Jika memang awaban hatimu 'menghendaki', konsultasikanlah dengan akalmu yang cerdas itu, benarkah kehendak hatimu? Pantaskah Ia dilakukan? Bersihkah ia dari nafsu? Inikah yang paling kekasihmu sukai? Lebih banyak pertanyaan tentu akan lebih teliti dan pas dengan tujuan.

Untuk saudaraku yang shalih… Jika kalian mempertanyakan apa perlunya akhwat itu memajang foto, tentu tak ada pula alasan yang mendasar untuk ikhwan memasang fotonya, bukan? Meski tak ada dalil shahih yang melarang kalian melakukan penampakan, tapi ingatlah… saudari-saudari disekelilingmu tak sepemalu Fatimah, mata-mata indah itu tak lagi kuat tertunduk, dan hati yang bersembunyi itu semakin cepat meleleh-leleh terbakar pesonamu.
Ini bukan tentang dosamu menafikkan kalimat Allah dan Rasul-Nya… Tapi, bukan hanya mata dan hatimu yang butuh dijaga. Mata lemah dan hati-hati rapuh itu juga butuh merasakan aman dari kelebatan-kelebatan wujud tak bergerakmu. Jika kau bisa melihat perhiasan saudarimu, maka begitu juga sebaliknya. Bukankah reaksi sepasang manusia adalah tarik menarik? Perbedaan hanya terletak pada kecepatan aksi dan reaksinya saja. Jadi, marilah kita sama-sama menjaga.

Laman