Oleh Marlina Ayu
Bismillah...
At the moment I will write little
“hikmah” from my traveling in this earth. Little knowledge which I got
from inspiring people in Jogja, I hope this share can give us knowledge
and can make us love Alloh very much, amien..
-----------
Belajar
adalah proses yang akan dijalani manusia seumur hidupnya. Belajar tidak
mengenal batasan usia, ras, suku, waktu, tempat dll. Dan pertanyaannya
adalah mengapa kita harus belajar? Apakah belajar itu penting?
Ya,
belajar adalah sebuah kebutuhan bagi umat manusia karena begitu luasnya
ilmu sang Pencipta baik itu ayat Kauliyah maupun KauniyahNya. Belajar
sejatinya mempunyai makna dan hakikat, akan tetapi bisa jadi terlalu
sering kita belajar namun kita kurang memahami esensi, makna dan hakikat
dari belajar.
Jika selama ini kita menempuh pendidikan formal
dari TK, SD, SMP lanjut ke SMA bahkan sampai ke PT (s1, s2, bahkan
sampai S3) sejatinya apa yang dicari? Ijazah? Gelar? Atau yang lainnya?
Tidak
hanya pendidikan formal, pendidikan nonformal dan informal juga tidak
jarang kita tempuh, kursus misalnya, les, privat, training dll, lantas
apa tujuan hakiki dari kita belajar?
----
Kita hidup di
dunia tidak akan lepas dari amal, karya dan gerak. Tanda bahwa manusia
masih hidup adalah selalu bergerak, mengeluarkan dan melakukan berbagai
hal dan memberikan karya nyata dalam tiap detik kehidupannya. Misalnya
saja, untuk bertahan hidup kita harus bergerak, mencari rejeki, bekerja
dll. Setiap dari gerak kita, amal kita tentunya membutuhkan ilmu atau
kepahaman, karenan bergerak/beramal tanpa kepahaman sama juga bohong.
Bila kita berbuat harus berdasar kepahaman, karena kelak semua dari mata
kita, tangan kita, kaki kita serta semua dari anggota tubuh kita akan
dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah kita lakukan di dunia.
Selain itu jika kita berilmu, Alloh akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.
Bisa kita tilik sebentar di surat cintaNya (QS Al-Mujadalah: 11)
“Wahai
orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah
kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat)
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”
Jelaslah
dalam ayat di atas bahwa orang-orang yang beriman dan berilmu akan
diangkat derajatnya oleh Alloh SWT. Kita belajar tidak lain adalah
mencoba mengkaji ayat-ayat Kauliyah dan KauniyahNya Alloh SWT, dimana
ilmu Alloh tersebut jika dituliskan dengan seluruh air di bumi ini
menjadi tintanya niscaya tidak akan sanggup menuliskan semua ilmu Alloh
SWT, karena begitu luas dan banyaknya ilmu Alloh tersebut.
Bolehlah
kita belajar ilmu politik, ekonomi, kesehatan, sosial, budaya,
pertanian, kehutanan dll, karena hal tersebut merupakan ayat kauniyaNya
Alloh SWT, akan tetapi yang jauh lebih penting dan mendasar adalah
kewajiban kita untuk mempelajari ayat KauliyahNya Alloh SWT melalui
surat cintaNya yang telah Alloh tuliskan untuk kita, hamba-hambaNya yang
sangat Alloh cintai yang kini dibukukan dalam kitab Al Quran. Sebelum
kita belajar ayat kauniyahNya Alloh, kita harus terlebih dulu
mempelajari ayat kauliyahNya Alloh, agar bila kita mengarungi kehidupan
yang semakin panas ini mempunyai pegangan yang kuat serta tidak
terombang ambing oleh arahan hidup buatan manusia yang mempunyai banyak
celah salah dan rapuh tersebut. Ketika ilmu kita tentang Al Quran sudah
kuat serta bangunan aqidah kita juga kokoh niscaya kita akan mempunyai
landasan hidup yang jelas serta tidak akan bingung bila harus
berinteraksi dengan pandangan hidup buatan manusia (ex: kapitalis,
sosialis, fasis dll). Semakin kita paham akan Al Quran, kita tidak akan
terkungkung dalam kegelapan dan tidak akan takut bila harus berinteraksi
bahkan “bertempur” dengan pandangan hidup selain dari Al Quran
tersebut. Karena Islam yang mana Al Quran sebagai pedomannya bukan hanya
sebatas agama saja tetapi juga sebagai pandangan hidup yang berasal
dari wahyu sang pembuat kehidupan.
Selain itu bolehlah
kita belajar sampai jenjang tertinggi di pendidikan formal, akan tetapi
yang harus diingat adalah kita juga harus belajar dan mempelajari Al
Quran juga sampai akhir hayat, dan lebih wajib belajar Al Quran terlebih
dulu daripada belajar ilmu-ilmu yang berasal dari ayat kauniyahNya
Alloh.
Selain itu yang terpenting dari hakikat belajar adalah
BACA. Wahyu yang pertama turun pun tentang
baca (Iqra) yaitu
QS Al Alaq 1-5. Subhanalloh..betapa pentingnya kita membaca sebelum
melakukan apapun agar kita tidak salah langkah, tentunya arti membaca
disini tidak hanya membaca secara tekstual sebuah kitab atau buku saja
akan tetapi lebih luas lagi dari itu, yaitu selain membaca secara
tekstual sebuah kitab (Al Quran) dimana sebagai ayat kauliyahNya kita
juga harus pandai membaca situasi, membaca orang, membaca alam dll
dimana hal ini merupakan bagian dari ayat kauniyahNya Alloh SWT.
Dan kembali ketika kita
kita belajar hakikatnya adalah membaca.
Dan membaca kitabNya adalah yang prioritas sebelum membaca yang lain,
dan yang paling sederhana dari membaca kitabnya yaitu dengan tilawah dan
mencoba membaca artinya, untuk kemudian didalami secara makna dan
hakikatnya sebagai pedoman kita bertindak.
Dan Islam
sebagai sebuah agama dan pandangan hidup telah memperlihatkan fakta yang
luar biasa sepanjang sejarah ketamadunan (peradaban) manusia, dimana
hampir 2/3 dunia berhasil diwarnai dengan keindahan Islam, Daulah Turki
Utsmani yang menjadi periode terakhir dalam mempersatukan umat Islam
pernah berhasil menguasai Eropa, Asia dan Afrika, tidak bisa dipungkiri
merekalah juga yang menguasai Laut Tengah seolah-olah dijadikan sebagai
danau Utsmaniyah dan imperium Utsmaniyah yang dipimpin oleh Sultan
Sulaiman Al-Qanuni berhasil menyatukan dua kedaulatan yaitu di darat dan
di laut dan menyatukan dua kekuasaan yaitu politik dan spiritual.
Bahkan
jauh sebelum itu, pada masa Daulah Abbasiyah pun menorehkan catatan
yang gemilang. Semua level yang diperuntukkan bagi pendidikan serba ada,
mulai dari lembaga pengajaran baca-tulis atau
al-kuttab (sekarang
seperti SD) hingga akademi dan universitas. Negeri-negeri muslim saat
itu mulai membangun universitas dan perpustakaan yang besar dimana
semuanya merupakan tempat penelitian, pengkajian dan penulisan.
Masjid-masjid besar tidak hanya dibangun di Baghdad yang saat itu
menjadi ibukota yang termegah saat itu, melebihi indahnya kota-kota di
Romawi ataupun Persia yang saat itu juga sudah menjadi imperium besar.
Masjid yang ada tidak hanya berfungsi sebagai tempat shalat, tetapi juga
sebagai tempat mempelajari berbagai ilmu dan di sisi masjid biasanya
ada
al-kuttab, khusus untuk mempelajari baca tulis Al Quran,
bahasa Arab dan matematika. Bahkan di suatu kota yang bernama Sisilia di
daerah Italia, jumlah
kuttabnya ada 300. Yang lebih menakjubkan lagi, di beberapa kota lainnya dalam satu
al-kuttab saja muridnya bisa mencapai 100.000,
Subhanalloh..
betapa waktu itu ilmu pengetahuan sangat maju dan perhatian akan
membaca juga tinggi. Selain itu pada level ilmu pengetahuan banyak
ulama-ulama yang menghiasi panggung intelektual dunia, kita kenal di
bidang kedokteran ada Ibnu Sina, yang oleh barat akrab disebut sebagai
Avicena dengan karya monumentalnya berjudul
Al-Qanun fi Ath-Thibb menjadikan namanya sebagai rujukan utama kedokteran di seluruh dunia, baik abad pertengahan maupun abad ini.
Tidak
hanya dokter-dokter umum yang ada saat itu, ada juga dokter spesialis
mata yaitu Ibnu Haitsam alias Al-Hazen yang sudah mampu meneliti
struktur dan filosofis mata. Perkembangan astronomi dan geografi saat
itu juga tiada bandingannya. Dengan segala keterbatasan fasilitas dan
perangkat riset, seorang Idrisi mampu membuat peta dunia yang berbentuk
bulat kemudian dihadiahkan kepada raja Roger II dari Sisilia. Hasil
ciptaannya itu tidak pernah dilakukan oleh ilmuan manapun saat itu.
Dalam astronomi, ilmuan muslim telah mampu membuat astrolab untuk
mengamati pergerakan bintang-bintang dengan detail.
Islam tidak
berhenti pada literatur yang dimilikinya saja, tetapi mengadopsi
peradaban-peradaban lain yang ditaklukannya saat itu yaitu Mesir, Roma
dan Persia selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Kemudia
pergerakan keilmuan itusemakin berkembang dengan percampuran keilmuan
Yunani yang meliputi bidang astronomi, matematika, fisika, kimia, dan
filsafat yang kemudian Islam mengembangkan dan memperdalamnya.
Secuil
cerita sejarah diatas menunjukkan bahwa Islam begitu menaruh perhatian
yang serius terhadap membaca serta ilmu pengetahuan. Dimana saat Islam
berjaya sebagai pemimpin peradaban pada waktu itu, generasi-generasinya
merupakan generasi Rabbani yang menguasi spesialisasi ilmu pengetahuan
yang bahkan menjadi rujukan dunia sampai saat ini (ilmu kedokteran dari
Ibnu Sina salah satunya). Hal itu tidak akan terwujud manakala generasi
Islam pada waktu itu lemah pemahaman terhadap Islam (Quran & Sunnah)
serta tidak mempunyai tradisi keilmuan yang kuat.
Yang lebih
penting lagi bahwa semakin tinggi kita belajar, semakin banyak ilmu yang
kita dapatkan harusnya semakin meneguhkan esensi dari:
LAILAHAILLAH atau esensi syahadat harusnya semakin mengakar kuat dalam hati kita, bahwa
sebagus apapun, secantik, setampan, seajaib apapun yang ada di dunia
ini mereka semua hanyalah makhluk ciptaan Alloh, mereka bukan Tuhan dan
kita harusnya takjub dan makin beriman dengan yang membuat itu semua
yaitu Alloh SWT. Jadi tidak ada critanya kita menyembah batu, pohon,
arwah atau apapun itu jika kita semakin paham akan ayat kauliyah dan
kauniyahNya Alloh SWT.
Jadi sesibuk apapun kita jangan sampai lupa
untuk membaca Al Quran sebagai ayat kauliyahNya dan berusaha selalu
mempelajarinya agar kita semakin paham dengan Islam, semakin menjadikan
Islam sebagai satu-satunya pandangan hidup di dunia ini dan ketika kita
berinteraksi dengan pandangan hidup lin buatan manusia kita tidak
terombang ambing dan mempunyai pedoman yang jelas serta semakin mantab
dengan Islam sebagai agama dan pandangan hidup.
Jika
sampai detik ini kita masih ragu atau kurang mantab dengan apa yang
Islam bawa, hmm...waspadalah, hati-hati, jangan-jangan kita telah
terkena sekulerisasi secara halus dan terkena efek dari pandangan hidup
buatan manusia yang kini semakin kebablasan dan menguasai dunia
diantaraanya yaitu kapaitalisme ataupun neoliberalisme. Tidak ada
pilihan lain selain semakin belajar dan belajar lagi untuk memahami ayat
kauliyah dan kauniyahNya Alloh SWT.
Apakah kita tidak merindukan kejayaan peradaban dimana Islam sebagai
rahmatan lil ‘alamin kawan?
So spirit learning everywhere, everytime and forever...
To be continue....
Astaghfirullah...& alhamdulillah...
Sebuah catatan perenungan@sudut perjuangan
020212, 2:52 a.m.
Literatur:
Al Quran
Elvandi, Muhammad.
Inilah Politikku.2011.Solo: Era Adicitra Intermedia
Diary ilmyQ