Minggu, 19 Februari 2012

Pengurus UKMF Jm Al-Ishlah Periode 2012-2013

Tags
 Mas’ul          : Rakhyan Risnu Sasongko (PKnH/2009)
Mas’ulah      : Ni’matu Sholikhah (PKnH/2009)
Sekretaris    : Mia Januarti (P. IPS/2010)
Bendahara    : Nurul Afriyani (P. Sejarah/2010)

Departemen Kaderisasi
Kadept.    : Wahyu Sejati R        (AN/2010)
Koakh.    : Tri Wulan Fauziyyah    (P. Sosiologi/2010)
Staff        :
    1. Muhamammad Halim Kusuma    (P. Adp/2011)
    2. Adang Saripudin            (P. Geografi/2011)
    3. Widya tantomo            (PKnH/2011)
    4. Soliqin                (P. Sejarah/2011)
    5. Zulfa Fadha’il Izzah        (P. Geografi/2011)
    6. Desi Rahmawati            (P. Sosiologi/2011)
    7. Nuraeni                (P. Sejarah/2011)
    8. Kharisma Nasionalita        (P. Geografi/2011)
    9. Rizki Cahya Ningsih        (P. Geografi/2011)
    10. Siti Hapsoh            (P. Adp/2010)

Departemen Syiar
Kadept.    : Taat Setya Budi        (P. Sejarah/2010)
Koakh.    : Giva Tri Putri Guntari    (PKnH/2010)
Staff         :
1. Fahmi Nediansyah        (P. Adp/2011)
2. Syarif  Jamaludin            (P. IPS/2011)
3. Tarik Aziz                (P. Geografi/2011)
4. Ilham Rohman Ramadhan    (P. Sejarah/2011)
5. Andika Satria Luberizki        (AN/2011)
6. Deni Surya Ayuningtyas        (P.Sosiologi/2010)
7. Annisa Adiyati Azhari        (P. Sejarah/2011)
8. Rohdiana                (P. Sosiologi/2011)
9. Wini Siti Fatimah            (P. Sejarah/2011)
10. Sri Handayani            (PKnH/2011)
11. Pupun Parhanatul Maryam    (PKnH/2011)
12. Sarwindah Asyifa        (AN/2011)

Departemen Media
Kadept.    : Erwin Yosenawan    (P. Geografi/2010)
Koakh.    : Mujiatun        (P. Geografi/2010)
Staff        :
1. A. Yusuf Malik Ch        (P. Sosiologi/2011)
2. Yusuf Damar Nugroho        (P. Sosiologi/2011)
3. Bayu Dwi Saputra            (PKnH/2011)
4. Muhammad Rizqi Dzikrullah    (P. Geografi/2010)
5. Hartanto                (PKnH/2011)
6. Linda Nur Ramly            (P. Sejarah/2011)
7. Nur Oktaviyanti            (P. Sejarah/2011)
8. Ni’mal Kariemah            (PKnH/2010)
9. Melina Indah Kawuri        (P. IPS/2010)
10. Nova Sugiyanti            (P. Sejarah/2011)
11. Umi Arba’atun            (P. IPS/2010)
12. Karina Rahmawati        (P. IPS/2011)
13. Linda Dwi Istanti        (P. IPS/2011)
14. Siti Nur Wahyuni S        (P. Sosiologi/2011)
15. Melvia Damayanti        (P. Sosiologi/2011)

Departemen Jaringan
Kadept.    : Eriyus Septiadi S    (P. Adp/2010)
Koakh.    : Intan Kuntansih    (PKnH/2010)
Staff Ahli    : Wisnu Sinartejo    (P. Geografi/2010)
Staff        :
1. Arizqi Nurhamsyah        (P. Adp/2011)
2. Qadri Nopisani            (P. IPS/2011)
3. Gathot Ari Murti            (P. Geografi/2010)
4. Burhanudin Nur Wicaksono    (P. Geografi/2011)
5. Aji Yulianto            (P. IPS/2011)
6. Fitria Widaswari            (P. Adp/2011)
7. Prawita Sari            (P. IPS/2011)
8. Istiqomah                (P. IPS/2011)
9. Tri Munzilawati            (P. Adp/2010)   
10. Khilma Latifiarni        (PKnH/2010)
11. Ike Retnia                (P. IPS/2010)
12. Zen Lailia                (P. IPS/2011)
13. Cindy Tiffani            (P. IPS/2011)
14. Prihatin                (P. Sejarah/2011)

Departemen PSDE
Kadept.    : Uswatun Chasanah        (P. IPS/2010)
Staff        :
1. Tectona Hangger Waluyo    (P. IPS/2011)
2. Alfianto                (P. Sejarah 2011)
3. Riyanto                (PKnH/2011)
4. Anton Kurniawan            (P. IPS/2011)
5. Utami Nurjannah            (P. IPS/2010)
6. Vivi Novita Indah Sari        (P. IPS/2011)
7. Rizka Anintyawati        (P. IPS/2011)
8. Heppy Megas Cahyana        (P. IPS/2011)
9. Tri Sumarti                (P. IPS/2011)
10. Amirotul Maghfiroh        (P. IPS/2010)
11. Febrianti Novi W        (P. Geografi/2011)
12. Windarti                (P. Geografi/2011)
13. Dewi Rahmawati        (P. IPS/2011)
14. Intan Fadhila            (P. Geografi/2011)
15. Seti Aminah            (P. IPS/2010)
16. Neni Rahmani            (P. Geografi/2010)
17. Ragil Utami            (P. Geografi/2010)
18. Lisa Erviana Sakti        (P. IPS/2011)

Departemen Kemuslimahan
Kadept.    : Markhatun Sholikhah    (P. Sosiologi/2010)
Staff        :
1. Dhaning Cahya Murti        (P. IPS/2011)
2. Dian Novita Sari            (P. IPS/2010)
3. Siti Nurul Chotimah        (P. IPS/2010)
4. Pipit Ervina            (P. Sosiologi/2011)
5. Eri Isnaini                (P. IPS/2010)
6. Rina Mei Kurniawati        (P. Sejarah/2011)
7. Ardilla Elfira Safitri        (P. IPS/2011)
8. Rena Kristyaswati            (P. IPS/2010)
9. Siti Indriwati            (P. IPS/2010)
10. Khairunnisa            (P. IPS/2011)
11. Rahmatul Uliya            (P. Sosiologi/2010)

Kamis, 02 Februari 2012

Learning before Doing #1

Tags
Oleh Marlina Ayu

Bismillah...
At the moment I will write little “hikmah” from my traveling in this earth. Little knowledge which I got from inspiring people in Jogja, I hope this share can give us knowledge and can make us love Alloh very much, amien..
-----------
Belajar adalah proses yang akan dijalani manusia seumur hidupnya. Belajar tidak mengenal batasan usia, ras, suku, waktu, tempat dll. Dan pertanyaannya adalah mengapa kita harus belajar? Apakah belajar itu penting?
Ya, belajar adalah sebuah kebutuhan bagi umat manusia karena begitu luasnya ilmu sang Pencipta baik itu ayat Kauliyah maupun KauniyahNya. Belajar sejatinya mempunyai makna dan hakikat, akan tetapi bisa jadi terlalu sering kita belajar namun kita kurang memahami esensi, makna dan hakikat dari belajar.
Jika selama ini kita menempuh pendidikan formal dari TK, SD, SMP lanjut ke SMA bahkan sampai ke PT (s1, s2, bahkan sampai S3) sejatinya apa yang dicari? Ijazah? Gelar? Atau yang lainnya?
Tidak hanya pendidikan formal, pendidikan nonformal dan informal juga tidak jarang kita tempuh, kursus misalnya, les, privat, training dll, lantas apa tujuan hakiki dari kita belajar?
----
Kita hidup di dunia tidak akan lepas dari amal, karya dan gerak. Tanda bahwa manusia masih hidup adalah selalu bergerak, mengeluarkan dan melakukan berbagai hal dan memberikan karya nyata dalam tiap detik kehidupannya. Misalnya saja, untuk bertahan hidup kita harus bergerak, mencari rejeki, bekerja dll. Setiap dari gerak kita, amal kita tentunya membutuhkan ilmu atau kepahaman, karenan bergerak/beramal tanpa kepahaman sama juga bohong. Bila kita berbuat harus berdasar kepahaman, karena kelak semua dari mata kita, tangan kita, kaki kita serta semua dari anggota tubuh kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah kita lakukan di dunia.
Selain itu jika kita berilmu, Alloh akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.
Bisa kita tilik sebentar di surat cintaNya (QS Al-Mujadalah: 11)
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”
Jelaslah dalam ayat di atas bahwa orang-orang yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya oleh Alloh SWT. Kita belajar tidak lain adalah mencoba mengkaji ayat-ayat Kauliyah dan KauniyahNya Alloh SWT, dimana ilmu Alloh tersebut jika dituliskan dengan seluruh air di bumi ini menjadi tintanya niscaya tidak akan sanggup menuliskan semua ilmu Alloh SWT, karena begitu luas dan banyaknya ilmu Alloh tersebut.
Bolehlah kita belajar ilmu politik, ekonomi, kesehatan, sosial, budaya, pertanian, kehutanan dll, karena hal tersebut merupakan ayat kauniyaNya Alloh SWT, akan tetapi yang jauh lebih penting dan mendasar adalah kewajiban kita untuk mempelajari ayat KauliyahNya Alloh SWT melalui surat cintaNya yang telah Alloh tuliskan untuk kita, hamba-hambaNya yang sangat Alloh cintai yang kini dibukukan dalam kitab Al Quran. Sebelum kita belajar ayat kauniyahNya Alloh, kita harus terlebih dulu mempelajari ayat kauliyahNya Alloh, agar bila kita mengarungi kehidupan yang semakin panas ini mempunyai pegangan yang kuat serta tidak terombang ambing oleh arahan hidup buatan manusia yang mempunyai banyak celah salah dan rapuh tersebut. Ketika ilmu kita tentang Al Quran sudah kuat serta bangunan aqidah kita juga kokoh niscaya kita akan mempunyai landasan hidup yang jelas serta tidak akan bingung bila harus berinteraksi dengan pandangan hidup buatan manusia (ex: kapitalis, sosialis, fasis dll). Semakin kita paham akan Al Quran, kita tidak akan terkungkung dalam kegelapan dan tidak akan takut bila harus berinteraksi bahkan “bertempur” dengan pandangan hidup selain dari Al Quran tersebut. Karena Islam yang mana Al Quran sebagai pedomannya bukan hanya sebatas agama saja tetapi juga sebagai pandangan hidup yang berasal dari wahyu sang pembuat kehidupan.

Selain itu bolehlah kita belajar sampai jenjang tertinggi di pendidikan formal, akan tetapi yang harus diingat adalah kita juga harus belajar dan mempelajari Al Quran juga sampai akhir hayat, dan lebih wajib belajar Al Quran terlebih dulu daripada belajar ilmu-ilmu yang berasal dari ayat kauniyahNya Alloh.

Selain itu yang terpenting dari hakikat belajar adalah BACA. Wahyu yang pertama turun pun tentang baca (Iqra) yaitu QS Al Alaq 1-5. Subhanalloh..betapa pentingnya kita membaca sebelum melakukan apapun agar kita tidak salah langkah, tentunya arti membaca disini tidak hanya membaca secara tekstual sebuah kitab atau buku saja akan tetapi lebih luas lagi dari itu, yaitu selain membaca secara tekstual sebuah kitab (Al Quran) dimana sebagai ayat kauliyahNya kita juga harus pandai membaca situasi, membaca orang, membaca alam dll dimana hal ini merupakan bagian dari ayat kauniyahNya Alloh SWT.

Dan kembali ketika kita kita belajar hakikatnya adalah membaca. Dan membaca kitabNya adalah yang prioritas sebelum membaca yang lain, dan yang paling sederhana dari membaca kitabnya yaitu dengan tilawah dan mencoba membaca artinya, untuk kemudian didalami secara makna dan hakikatnya sebagai pedoman kita bertindak.

Dan Islam sebagai sebuah agama dan pandangan hidup telah memperlihatkan fakta yang luar biasa sepanjang sejarah ketamadunan (peradaban) manusia, dimana hampir 2/3 dunia berhasil diwarnai dengan keindahan Islam, Daulah Turki Utsmani yang menjadi periode terakhir dalam mempersatukan umat Islam pernah berhasil menguasai Eropa, Asia dan Afrika, tidak bisa dipungkiri merekalah juga yang menguasai Laut Tengah seolah-olah dijadikan sebagai danau Utsmaniyah dan imperium Utsmaniyah yang dipimpin oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni berhasil menyatukan dua kedaulatan yaitu di darat dan di laut dan menyatukan dua kekuasaan yaitu politik dan spiritual.
Bahkan jauh sebelum itu, pada masa Daulah Abbasiyah pun menorehkan catatan yang gemilang. Semua level yang diperuntukkan bagi pendidikan serba ada, mulai dari lembaga pengajaran baca-tulis atau al-kuttab (sekarang seperti SD) hingga akademi dan universitas. Negeri-negeri muslim saat itu mulai membangun universitas dan perpustakaan yang besar dimana semuanya merupakan tempat penelitian, pengkajian dan penulisan. Masjid-masjid besar tidak hanya dibangun di Baghdad yang saat itu menjadi ibukota yang termegah saat itu, melebihi indahnya kota-kota di Romawi ataupun Persia yang saat itu juga sudah menjadi imperium besar. Masjid yang ada tidak hanya berfungsi sebagai tempat shalat, tetapi juga sebagai tempat mempelajari berbagai ilmu dan di sisi masjid biasanya ada al-kuttab, khusus untuk mempelajari baca tulis Al Quran, bahasa Arab dan matematika. Bahkan di suatu kota yang bernama Sisilia di daerah Italia, jumlah kuttabnya ada 300. Yang lebih menakjubkan lagi, di beberapa kota lainnya dalam satu al-kuttab saja muridnya bisa mencapai 100.000, Subhanalloh.. betapa waktu itu ilmu pengetahuan sangat maju dan perhatian akan membaca juga tinggi. Selain itu pada level ilmu pengetahuan banyak ulama-ulama yang menghiasi panggung intelektual dunia, kita kenal di bidang kedokteran ada Ibnu Sina, yang oleh barat akrab disebut sebagai Avicena dengan karya monumentalnya berjudul Al-Qanun fi Ath-Thibb menjadikan namanya sebagai rujukan utama kedokteran di seluruh dunia, baik abad pertengahan maupun abad ini.

Tidak hanya dokter-dokter umum yang ada saat itu, ada juga dokter spesialis mata yaitu Ibnu Haitsam alias Al-Hazen yang sudah mampu meneliti struktur dan filosofis mata. Perkembangan astronomi dan geografi saat itu juga tiada bandingannya. Dengan segala keterbatasan fasilitas dan perangkat riset, seorang Idrisi mampu membuat peta dunia yang berbentuk bulat kemudian dihadiahkan kepada raja Roger II dari Sisilia. Hasil ciptaannya itu tidak pernah dilakukan oleh ilmuan manapun saat itu. Dalam astronomi, ilmuan muslim telah mampu membuat astrolab untuk mengamati pergerakan bintang-bintang dengan detail.
Islam tidak berhenti pada literatur yang dimilikinya saja, tetapi mengadopsi peradaban-peradaban lain yang ditaklukannya saat itu yaitu Mesir, Roma dan Persia selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Kemudia pergerakan keilmuan itusemakin berkembang dengan percampuran keilmuan Yunani yang meliputi bidang astronomi, matematika, fisika, kimia, dan filsafat yang kemudian Islam mengembangkan dan memperdalamnya.

Secuil cerita sejarah diatas menunjukkan bahwa Islam begitu menaruh perhatian yang serius terhadap membaca serta ilmu pengetahuan. Dimana saat Islam berjaya sebagai pemimpin peradaban pada waktu itu, generasi-generasinya merupakan generasi Rabbani yang menguasi spesialisasi ilmu pengetahuan yang bahkan menjadi rujukan dunia sampai saat ini (ilmu kedokteran dari Ibnu Sina salah satunya). Hal itu tidak akan terwujud manakala generasi Islam pada waktu itu lemah pemahaman terhadap Islam (Quran & Sunnah) serta tidak mempunyai tradisi keilmuan yang kuat.
Yang lebih penting lagi bahwa semakin tinggi kita belajar, semakin banyak ilmu yang kita dapatkan harusnya semakin meneguhkan esensi dari:
LAILAHAILLAH atau esensi syahadat harusnya semakin mengakar kuat dalam hati kita, bahwa sebagus apapun, secantik, setampan, seajaib apapun yang ada di dunia ini mereka semua hanyalah makhluk ciptaan Alloh, mereka bukan Tuhan dan kita harusnya takjub dan makin beriman dengan yang membuat itu semua yaitu Alloh SWT. Jadi tidak ada critanya kita menyembah batu, pohon, arwah atau apapun itu jika kita semakin paham akan ayat kauliyah dan kauniyahNya Alloh SWT.
Jadi sesibuk apapun kita jangan sampai lupa untuk membaca Al Quran sebagai ayat kauliyahNya dan berusaha selalu mempelajarinya agar kita semakin paham dengan Islam, semakin menjadikan Islam sebagai satu-satunya pandangan hidup di dunia ini dan ketika kita berinteraksi dengan pandangan hidup lin buatan manusia kita tidak terombang ambing dan mempunyai pedoman yang jelas serta semakin mantab dengan Islam sebagai agama dan pandangan hidup.

Jika sampai detik ini kita masih ragu atau kurang mantab dengan apa yang Islam bawa, hmm...waspadalah, hati-hati, jangan-jangan kita telah terkena sekulerisasi secara halus dan terkena efek dari pandangan hidup buatan manusia yang kini semakin kebablasan dan menguasai dunia diantaraanya yaitu kapaitalisme ataupun neoliberalisme. Tidak ada pilihan lain selain semakin belajar dan belajar lagi untuk memahami ayat kauliyah dan kauniyahNya Alloh SWT.

Apakah kita tidak merindukan kejayaan peradaban dimana Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin kawan?
So spirit learning everywhere, everytime and forever...
To be continue....
Astaghfirullah...& alhamdulillah...

                                                                                          Sebuah catatan perenungan@sudut perjuangan
                                                                                          020212, 2:52 a.m.
Literatur:
Al Quran
Elvandi, Muhammad.Inilah Politikku.2011.Solo: Era Adicitra Intermedia
Diary ilmyQ

Rabu, 01 Februari 2012

Manisnya Iman (Halawatul iman)

Tags
Oleh Rakhyan Risnu S.
Sore ini kebetulan, rasanya ingin sekali membuat teh manis untuk menemani waktu sore ini. Diaduk-aduk, dan hmmmmm.... Alhamdulillah, nikmat sekali.. Sembari sedikit demi sedikit menyeruput teh manis dan hangat buatan sendiri, jari jemari ini ingin sekali rasanya menulisakan tentang Halawatul Iman. Mungkin, sedikit tapi semoga bermanfaat. Bismillah....

Manisnya Iman (Halawatul iman)?
Rasulullah Saw bersabda: "Tiga perkara yang barangsiapa terdapat (ketiga-tiga perkara itu) padanya niscaya dia memperolehi kemanisan iman (yaitu) Allah dan Rasul-Nya adalah lebih dia cintai daripada selainnya (Allah dan Rasul), dan dia mencintai seseorang semata-mata kerana Allah, dan dia benci untuk kembali kepada kekufuran (maksiat) sebagaimana dia benci dilemparkan ke dalam api." (HR Bukhari dan Muslim).
Dunia ini semata-mata hanya tempat singgah bagi kita, tempat untuk kita beribadah pada Allah, mencari perbekalan bagi kita untuk menghadapi akhirat. Jikalu dunia jauh lebih berharga daripada Allah dan Rasulnya, maka perlu kiranya kita mengoreksi diri kita. Sudahkah hati ini benar-benar beriman pada Allah dan Rasulnya? Sudah segala tindak tanduk kita sesuai dengan yang disyari'atkan Allah dan Rasul-Nya? Jangan-jangan kita sama halnya seperti Abdullah bin Ubay, yang dirinya mengaku bermiman, namun hatinya belum beriman. Orang-orang seperti ini diancam keras oleh Allah, sebagaimana dalam firmanNya "Allah menjanjikan (mengancam) orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka jahanam..." (QS At-Taubah: 68).

Ibadah-ibadah atau amalan-amalan akan terasa amat berat untuk kita lakukan. Aktivitas-aktivitas keseharian yang kita lakukan akan sangat memberatkan kita dalam melakukan ibadah pada Allah Swt. Tak merasakah kita selama ini? Itu berarti kita belum dapat merasakan halawatul iman (manisnya iman). Ketika kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya jauh lebih besar dari kecintaan kita kepada selain kepada Allah dan Rasul-Nya, sungguh kita akan dapat merasakan manisnya iman. Itulah sebabnya selama 13 tahun Rasulullah berdakwah di Makah hanya membahas masalah aqidah, belum sampai pada masalah syariat. Beliau memfokuskan untuk secara intensif memperkenalkan para sahabat kepada Allah. Kecintaan para sahabat pada Rasulullah telah ditunjukkan dalam riwayat-riwayat peperangan, diantaranya ketika perang uhud. Dalam kondisi yang cukup terdesak para sahabat membuat perisai untuk melindungi Rasulullah. Diantara para sahabat, kita kenal seorang Abu Dujanah yang menerima banyak panahan dan tikaman tetapi sedikit pun tidak tergerak daripada posisinya. Ini membuktikan betapa cintanya para sahabat kepada Rasulullah. Begitu pula seorang Umar bin Khatab yang berkata pada Rasulullah, "Aku mencintaimu setelahku" Namun kata Rasulullah itu belum cukup. Kemudian Umar berkata "Aku mencintaimu sebelum aku mencintai diriku." Sekali lagi adalah sebuah bukti kecintaan para sahabat kepada Rasulullah, tentu kepada Allah yang menyampaikan risalah ini pada Rasul-Nya. Tak irikah kita pada mereka? tak rindukah kita pada Rasulullah? Dalam sebuah riwayat lain disampaikan, Hubaib bin Adi yang ketika itu akan disalib oleh Abu Sufyan. Ketika ditanya oleh Abu Sufyan, agar dirinya diganti oleh Muhammad dan kemudian dirinya terbebas dari penyaliban. Maka dengan sangat tegas Hubaib bin Adi menolaknya. Bahkan dia tak rela ketika Rasulullah terkena sebuah duri dan dia siap untuk menggantikannya. Betapa para sahabat telah dapat menikmati manisnya iman, mereka telah rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk Allah dan Rasul-Nya.

Tibalah pada fase madinah, ketika para sahabat telah sangat siap dan taat untuk menerima syariat yang diberikan. Dengan hadirnya cintanya pada Allah dan Rasul-Nya, syariat ini bukanlah menjadi sebuah beban. Melainkan menjadi sebuah spirit keimanan para sahabat. Dalam sebuah riwayat disampaikan ketika itu para sahabat diancam, bahwa orang-orang Quraisy telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang para sahabat. Namun bukannya gentar, mereka malah semakin kuat imannya. Mereka menyampaikan bahwa, cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami. "(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (QS Ali Imran: 173).

Halawatul iman akan hadir mana kala kita telah sampai pada kecintaan kita pada Allah dan Rasul-Nya, dan kecintaannya kepada seseorang semata-mata karena Allah dan Rasul-Nya, sehingga mendahulukan cinta pada Allah dan Rasul-Nya adalah sebuah keharusan. Sebagaimana kisah Umar bin Khatab di atas dan para sahabat lainnya. Halawatul iman juga mensyaratkan agar kita membenci untuk kembali kepada kekufuran (maksiat). Dia lebih takut kepada Allah daripada harus takut untuk menggadaikan keminana mereka. Tatkala hati ini merasa ragu dan berputusasa, maka ingatlah kisah Rasul dan para sahabatnya. Atau mungkin kita juga bisa mengingat kisah keluarga 'Ammar bin Yasir. Yasir dan Sumayah syahid atas kebiadaban para kafir Quraisy, sedangkan 'Ammar itu disiksa sampai-sampai ia tidak menyadari apa yg diucapkannya. Maka seru Rasulullah SAW “Sabarlah wahai Abal Yaqdhan.. Sabarlah wahai keluarga Yasir? Tempat yg dijanjikan bagi kalian adalah surga!”

Maka ketika telah hadir halawatul iman pada diri kita, kita akan sangat menikmati ibadah-ibadah dan amalan-amalan yang kita lakukan. Mampu merasakan kelezatan ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya (shalat, tilawah, sangat dinikmati, pergaulan dengan orang-orang shalih akan sangat dirindukan), menikmati kesulitan-kesulitan (dinamika) dalam berdakwah. Kita ingat kisah Nabi Nuh, kurang lebih 950 tahun beliau berdakwah, namun hanya mendaptkan belasan orang yang mau menerima dakwahnya. Dengan murka Allah kemudian, dimusnahkanlah umatnya. Rasulullah dengan sangat berani, datang ke ta'if, padahal kita tahu bagaimana kemudian perlakuan yang diberikan pada Rasulullah. namun dengan sabar, beliau tidak menghendaki untuk memusnahkannya seperti yang dilakukan oleh Allah kepada umat Nabi Nuh. Tak pantaslah hati ini merasa berputus asa, sedangkan Allah senantiasa dekat dengan hamba-hambanya yang beriman.

Wallahu'alam bishawab

Dimuat juga dalam http://www.rakhyanalfatih.co.cc/

Laman