Kamis, 02 Februari 2012

Learning before Doing #1

Tags

Oleh Marlina Ayu

Bismillah...
At the moment I will write little “hikmah” from my traveling in this earth. Little knowledge which I got from inspiring people in Jogja, I hope this share can give us knowledge and can make us love Alloh very much, amien..
-----------
Belajar adalah proses yang akan dijalani manusia seumur hidupnya. Belajar tidak mengenal batasan usia, ras, suku, waktu, tempat dll. Dan pertanyaannya adalah mengapa kita harus belajar? Apakah belajar itu penting?
Ya, belajar adalah sebuah kebutuhan bagi umat manusia karena begitu luasnya ilmu sang Pencipta baik itu ayat Kauliyah maupun KauniyahNya. Belajar sejatinya mempunyai makna dan hakikat, akan tetapi bisa jadi terlalu sering kita belajar namun kita kurang memahami esensi, makna dan hakikat dari belajar.
Jika selama ini kita menempuh pendidikan formal dari TK, SD, SMP lanjut ke SMA bahkan sampai ke PT (s1, s2, bahkan sampai S3) sejatinya apa yang dicari? Ijazah? Gelar? Atau yang lainnya?
Tidak hanya pendidikan formal, pendidikan nonformal dan informal juga tidak jarang kita tempuh, kursus misalnya, les, privat, training dll, lantas apa tujuan hakiki dari kita belajar?
----
Kita hidup di dunia tidak akan lepas dari amal, karya dan gerak. Tanda bahwa manusia masih hidup adalah selalu bergerak, mengeluarkan dan melakukan berbagai hal dan memberikan karya nyata dalam tiap detik kehidupannya. Misalnya saja, untuk bertahan hidup kita harus bergerak, mencari rejeki, bekerja dll. Setiap dari gerak kita, amal kita tentunya membutuhkan ilmu atau kepahaman, karenan bergerak/beramal tanpa kepahaman sama juga bohong. Bila kita berbuat harus berdasar kepahaman, karena kelak semua dari mata kita, tangan kita, kaki kita serta semua dari anggota tubuh kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah kita lakukan di dunia.
Selain itu jika kita berilmu, Alloh akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.
Bisa kita tilik sebentar di surat cintaNya (QS Al-Mujadalah: 11)
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”
Jelaslah dalam ayat di atas bahwa orang-orang yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya oleh Alloh SWT. Kita belajar tidak lain adalah mencoba mengkaji ayat-ayat Kauliyah dan KauniyahNya Alloh SWT, dimana ilmu Alloh tersebut jika dituliskan dengan seluruh air di bumi ini menjadi tintanya niscaya tidak akan sanggup menuliskan semua ilmu Alloh SWT, karena begitu luas dan banyaknya ilmu Alloh tersebut.
Bolehlah kita belajar ilmu politik, ekonomi, kesehatan, sosial, budaya, pertanian, kehutanan dll, karena hal tersebut merupakan ayat kauniyaNya Alloh SWT, akan tetapi yang jauh lebih penting dan mendasar adalah kewajiban kita untuk mempelajari ayat KauliyahNya Alloh SWT melalui surat cintaNya yang telah Alloh tuliskan untuk kita, hamba-hambaNya yang sangat Alloh cintai yang kini dibukukan dalam kitab Al Quran. Sebelum kita belajar ayat kauniyahNya Alloh, kita harus terlebih dulu mempelajari ayat kauliyahNya Alloh, agar bila kita mengarungi kehidupan yang semakin panas ini mempunyai pegangan yang kuat serta tidak terombang ambing oleh arahan hidup buatan manusia yang mempunyai banyak celah salah dan rapuh tersebut. Ketika ilmu kita tentang Al Quran sudah kuat serta bangunan aqidah kita juga kokoh niscaya kita akan mempunyai landasan hidup yang jelas serta tidak akan bingung bila harus berinteraksi dengan pandangan hidup buatan manusia (ex: kapitalis, sosialis, fasis dll). Semakin kita paham akan Al Quran, kita tidak akan terkungkung dalam kegelapan dan tidak akan takut bila harus berinteraksi bahkan “bertempur” dengan pandangan hidup selain dari Al Quran tersebut. Karena Islam yang mana Al Quran sebagai pedomannya bukan hanya sebatas agama saja tetapi juga sebagai pandangan hidup yang berasal dari wahyu sang pembuat kehidupan.

Selain itu bolehlah kita belajar sampai jenjang tertinggi di pendidikan formal, akan tetapi yang harus diingat adalah kita juga harus belajar dan mempelajari Al Quran juga sampai akhir hayat, dan lebih wajib belajar Al Quran terlebih dulu daripada belajar ilmu-ilmu yang berasal dari ayat kauniyahNya Alloh.

Selain itu yang terpenting dari hakikat belajar adalah BACA. Wahyu yang pertama turun pun tentang baca (Iqra) yaitu QS Al Alaq 1-5. Subhanalloh..betapa pentingnya kita membaca sebelum melakukan apapun agar kita tidak salah langkah, tentunya arti membaca disini tidak hanya membaca secara tekstual sebuah kitab atau buku saja akan tetapi lebih luas lagi dari itu, yaitu selain membaca secara tekstual sebuah kitab (Al Quran) dimana sebagai ayat kauliyahNya kita juga harus pandai membaca situasi, membaca orang, membaca alam dll dimana hal ini merupakan bagian dari ayat kauniyahNya Alloh SWT.

Dan kembali ketika kita kita belajar hakikatnya adalah membaca. Dan membaca kitabNya adalah yang prioritas sebelum membaca yang lain, dan yang paling sederhana dari membaca kitabnya yaitu dengan tilawah dan mencoba membaca artinya, untuk kemudian didalami secara makna dan hakikatnya sebagai pedoman kita bertindak.

Dan Islam sebagai sebuah agama dan pandangan hidup telah memperlihatkan fakta yang luar biasa sepanjang sejarah ketamadunan (peradaban) manusia, dimana hampir 2/3 dunia berhasil diwarnai dengan keindahan Islam, Daulah Turki Utsmani yang menjadi periode terakhir dalam mempersatukan umat Islam pernah berhasil menguasai Eropa, Asia dan Afrika, tidak bisa dipungkiri merekalah juga yang menguasai Laut Tengah seolah-olah dijadikan sebagai danau Utsmaniyah dan imperium Utsmaniyah yang dipimpin oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni berhasil menyatukan dua kedaulatan yaitu di darat dan di laut dan menyatukan dua kekuasaan yaitu politik dan spiritual.
Bahkan jauh sebelum itu, pada masa Daulah Abbasiyah pun menorehkan catatan yang gemilang. Semua level yang diperuntukkan bagi pendidikan serba ada, mulai dari lembaga pengajaran baca-tulis atau al-kuttab (sekarang seperti SD) hingga akademi dan universitas. Negeri-negeri muslim saat itu mulai membangun universitas dan perpustakaan yang besar dimana semuanya merupakan tempat penelitian, pengkajian dan penulisan. Masjid-masjid besar tidak hanya dibangun di Baghdad yang saat itu menjadi ibukota yang termegah saat itu, melebihi indahnya kota-kota di Romawi ataupun Persia yang saat itu juga sudah menjadi imperium besar. Masjid yang ada tidak hanya berfungsi sebagai tempat shalat, tetapi juga sebagai tempat mempelajari berbagai ilmu dan di sisi masjid biasanya ada al-kuttab, khusus untuk mempelajari baca tulis Al Quran, bahasa Arab dan matematika. Bahkan di suatu kota yang bernama Sisilia di daerah Italia, jumlah kuttabnya ada 300. Yang lebih menakjubkan lagi, di beberapa kota lainnya dalam satu al-kuttab saja muridnya bisa mencapai 100.000, Subhanalloh.. betapa waktu itu ilmu pengetahuan sangat maju dan perhatian akan membaca juga tinggi. Selain itu pada level ilmu pengetahuan banyak ulama-ulama yang menghiasi panggung intelektual dunia, kita kenal di bidang kedokteran ada Ibnu Sina, yang oleh barat akrab disebut sebagai Avicena dengan karya monumentalnya berjudul Al-Qanun fi Ath-Thibb menjadikan namanya sebagai rujukan utama kedokteran di seluruh dunia, baik abad pertengahan maupun abad ini.

Tidak hanya dokter-dokter umum yang ada saat itu, ada juga dokter spesialis mata yaitu Ibnu Haitsam alias Al-Hazen yang sudah mampu meneliti struktur dan filosofis mata. Perkembangan astronomi dan geografi saat itu juga tiada bandingannya. Dengan segala keterbatasan fasilitas dan perangkat riset, seorang Idrisi mampu membuat peta dunia yang berbentuk bulat kemudian dihadiahkan kepada raja Roger II dari Sisilia. Hasil ciptaannya itu tidak pernah dilakukan oleh ilmuan manapun saat itu. Dalam astronomi, ilmuan muslim telah mampu membuat astrolab untuk mengamati pergerakan bintang-bintang dengan detail.
Islam tidak berhenti pada literatur yang dimilikinya saja, tetapi mengadopsi peradaban-peradaban lain yang ditaklukannya saat itu yaitu Mesir, Roma dan Persia selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Kemudia pergerakan keilmuan itusemakin berkembang dengan percampuran keilmuan Yunani yang meliputi bidang astronomi, matematika, fisika, kimia, dan filsafat yang kemudian Islam mengembangkan dan memperdalamnya.

Secuil cerita sejarah diatas menunjukkan bahwa Islam begitu menaruh perhatian yang serius terhadap membaca serta ilmu pengetahuan. Dimana saat Islam berjaya sebagai pemimpin peradaban pada waktu itu, generasi-generasinya merupakan generasi Rabbani yang menguasi spesialisasi ilmu pengetahuan yang bahkan menjadi rujukan dunia sampai saat ini (ilmu kedokteran dari Ibnu Sina salah satunya). Hal itu tidak akan terwujud manakala generasi Islam pada waktu itu lemah pemahaman terhadap Islam (Quran & Sunnah) serta tidak mempunyai tradisi keilmuan yang kuat.
Yang lebih penting lagi bahwa semakin tinggi kita belajar, semakin banyak ilmu yang kita dapatkan harusnya semakin meneguhkan esensi dari:
LAILAHAILLAH atau esensi syahadat harusnya semakin mengakar kuat dalam hati kita, bahwa sebagus apapun, secantik, setampan, seajaib apapun yang ada di dunia ini mereka semua hanyalah makhluk ciptaan Alloh, mereka bukan Tuhan dan kita harusnya takjub dan makin beriman dengan yang membuat itu semua yaitu Alloh SWT. Jadi tidak ada critanya kita menyembah batu, pohon, arwah atau apapun itu jika kita semakin paham akan ayat kauliyah dan kauniyahNya Alloh SWT.
Jadi sesibuk apapun kita jangan sampai lupa untuk membaca Al Quran sebagai ayat kauliyahNya dan berusaha selalu mempelajarinya agar kita semakin paham dengan Islam, semakin menjadikan Islam sebagai satu-satunya pandangan hidup di dunia ini dan ketika kita berinteraksi dengan pandangan hidup lin buatan manusia kita tidak terombang ambing dan mempunyai pedoman yang jelas serta semakin mantab dengan Islam sebagai agama dan pandangan hidup.

Jika sampai detik ini kita masih ragu atau kurang mantab dengan apa yang Islam bawa, hmm...waspadalah, hati-hati, jangan-jangan kita telah terkena sekulerisasi secara halus dan terkena efek dari pandangan hidup buatan manusia yang kini semakin kebablasan dan menguasai dunia diantaraanya yaitu kapaitalisme ataupun neoliberalisme. Tidak ada pilihan lain selain semakin belajar dan belajar lagi untuk memahami ayat kauliyah dan kauniyahNya Alloh SWT.

Apakah kita tidak merindukan kejayaan peradaban dimana Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin kawan?
So spirit learning everywhere, everytime and forever...
To be continue....
Astaghfirullah...& alhamdulillah...

                                                                                          Sebuah catatan perenungan@sudut perjuangan
                                                                                          020212, 2:52 a.m.
Literatur:
Al Quran
Elvandi, Muhammad.Inilah Politikku.2011.Solo: Era Adicitra Intermedia
Diary ilmyQ


EmoticonEmoticon

Laman