Rabu, 12 Januari 2011

Seminar Ekonomi Islam "Potensi Zakat Selamatkan Ekonomi Indonesia"

Tags



Zakat dapat menjadi solusi bagi perbaikan ekonomi bangsa Indonesia. Zakat tidak hanya merupakan rukun islam yang ketiga semata, tetapi dapat berperan pula sebagai pemberdayaan dan distribusi ekonomi. Demikian dikemukakan dalam seminar nasional yang diselenggarakan hari Sabtu, 8 Januari 2011 oleh BSO CIES (Centre Islamic Economy Study) UKMF JM Al Ishlah FISE UNY.
Seminar yang diselenggarakan di Lab. Karawitan FBS dan bertemakan “Potensi Zakat Sebagai Solusi Perbaikan Ekonomi Indonesia” ini menghadirkan Prof. Dr. Muhammad, M.Ag dan Ahmad Pariyanto sebagai narasumber. Bertindak sebagai moderator ialah Pidi Winata, Presiden BEM REMA UNY tahun 2009. Turut hadir pula Mustofa, M.Si, dosen jurusan Pendidikan Ekonomi FISE UNY yang sekaligus merupakan pembina UKMF JM Al Ishlah untuk membuka acara.
Ahmad Pariyanto, Manager Program Dompet Dhuafa Yogyakarta menyampaikan pengoptimalan zakat untuk perubahan umat. Melalui usaha mnegubah mustahik menjadi muzakki. Jika ada mustahik yang tidak memiliki daya upaya untuk dapat bekerja, misalnya saja jompo atau cacat, maka dapat disantuni. Tetapi pada prinsipnya jangan sampai umat muslim punya dorongan untuk menjadi muzakki. Zakat juga dapat didayagunakan untuk pengembangan sumber daya manusia, misalnya saja melalui diklat kewirausahaan, ketrampilan, atau bahkan pendidikan.
Prof. Dr. Muhammad, M. Ag menegaskan bahwa pembangunan ekonomi merupakan kegiatan mengatur urusan rumah tangga nasional untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup penduduk. Dengan demikian, pembangunan adalah sebuah proses menciptakan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana secara arif dirumuskan oleh para founding fathers republik ini dalam mukaddimah UUD 45. Kalimat tersebut menegaskan bahwa pembangunan bukanlah proses peniduran atau pembodohan tetapi sebuah kerja dari seluruh komponen bangsa untuk memenuhi seluruh hajat hidup rakyat dan meningkatkan taraf peradaban.
Jumlah penduduk Indonesia yang besar, lebih dari 200 juta, merupakan sebuah aset sekaligus tantangan besar. Diperlukan perencanaan yang komprehensif dan integral atas sistem produksi dan distribusi terhadap pemenuhan kebutuhan primer seperti sandang, pangan, dan papan. Hingga saat ini, Indonesia belum mampu mengatasi persoalan mendasar ini.
“Dalam Pendayagunaan, ada beberapa kegiatan yang dapat dikembangkan dan dilakukan oleh lembaga amil Zakat, misalnya memilah ke dalam tiga kegiatan besar yakni pengembangan ekonomi, pembinaan SDM dan bantuan yang sifatnya sosial semata. Kegiatan ini dapat ditambah atau dikurangi sesuai dengan kemampuan lembaga, tujuan lembaga serta kondisi mustahik setempat. Misalnya perlu ada kegiatan yang sifatnya mengadvokasi pemerintah dan masyarakat untuk total menampung masyarakat yang terbelakang di hutan, misalnya. Barangkali perlu juga ada lembaga zakat yang niulai mengurusi persoalan lingkungan hidup”, ujar Rektor STEI Yogyakarta ini.
”Namun yang terjadi lembaga zakat memang punya keseragaman kegiatan. Kendati tanpa pernah diadakan pertemuan untuk penyamaan bahasa, semua lembaga zakat telah sepakat terjun di tiga kegiatan di atas”, lanjutnya.
Risang Purnawan, mahasiswa Pendidikan Ekonomi angkatan 2009 yang sekaligus menjabat sebagai ketua panitia, mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mendiskusikan solusi bagi keadaan ekonomi Indonesia yang semakin memprihatinkan. Jurang antara makro ekonomi dan mikro ekonomi terlau lebar sehingga memunculkan kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin.
“Kami ingin memberikan edukasi bagi mahasiswa dan masyarakat, bahwa zakat yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim, dapat menjadi alternatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia”, ungkap Risang di sela-sela acara.
Seminar kali ini dihadiri oleh enam puluh lebih peserta yang berasal tidak hanya dari FISE semata, tetapi terdapat pula peserta dari fakultas lain di UNY. Diar Rosdayana, Ketua Al Ishlah periode 2011 berharap dengan adanya agenda kali ini dapat memperkuat wacana ekonomi syariah, masyarakat termotivasi untuk mengeluarkan zakat dan pemerataan pendapatan dapat terwujud. “Ke depannya Al Ishlah, melalui BSO CIES akan tetap berkomitmen dalam mengembangkan wacana ekonomi syariah ini.”, ujar mahasiswa jurusan PKnH ini.
[triyanto]


EmoticonEmoticon

Laman