Selasa, 18 Januari 2011

Kedudukan dan Peran Ratu Kalinyamat pada abad ke XVI di Jepara.

Tags

Wira Syafutra


1. Pernikahan Sang Ratu
Seperti yang telah diketahui bahwa suami dari ratu kalinyamat itu adalah seorang pangeran dari Aceh yang bernama Raden Toyib atau lebih dikenal dengan Pangeran Hadiri yang berarti seorang pangeran yang hadir atau datang dari tempat lain. Awal dari pertemuan mereka ialah saat sang ratu melihat Raden Totib sedang berkerja. Saat itu dalam hatinya berkata bahwa beliau bukanlah orang biasa. Sampai suatu ketika Raden Toyib di penjara karena dia tidak mau menjawab pertanyaan sang ratu mengenai asal-usul nya.

Sampai pada suatu ketika sang Raden mau member tahu tentang siapa dia sebenarnya. Hal itu membuat sang ratu semakin berdebar-debar hatinya ditambah lagi dengan ramalan mendiang sang ayah yang menyatakan bahwa yang kelak akan menjadi jodoh sang ratu itu ialah pemuda yang berasal dari negeri seberang bukan dari tanah jawa.

Setelah sekian lama penantian sang ratu untuk mendapatkan hati dari pujaan hati akhirnya cinta sang ratu terbalas dengan pernikahan saat sang ratu minta dinikahi dan sang pangeran tidak menolak. Nah secara otomatis ia menjadi bagian dari anggota keluarga kerajaan Demak. Mereka mendapat wilayah di Jepara dan menjadi penguasa di sana.Sampai nanti pada akhirnya terjadi perebuatan tahta kekuasaan di Demak setelah tewasnya penguasa Demak yakni Sultan Trenggana.

Setelah terbunuhnya sang sultan terjadi perebutan tahta kerajaan di kalangan kerabat kerajaan. Perang saudara mewarnai konflik internal di kalangan kerajaan. Namun yang menjadi pemegang tahta selanjutnya yakni puteranya yang bernama Sunan Prawata.

2. Balas Dendam Arya Penangsang
Seperti telah di sebutkan di atas bahwa adanya konflik internal di kalangan kerabat anggota keluarga kerajaan Demak pasca wafatnya Sultan Trenggana sebagai penguasa Demak. Sampai akhirnya yang menggantikan beliau adalah Sunan Prawa yang tidak lain ialah anak dari Sultan Trenggana. Karena Sultan Prawata pernah membunuh pamannya, masa pemerintahannya di warnai dengan suasana dendam. Pamannya itu bernama Raden Mas Alit yang merupakan adik dari ayahnya yang kemudian di kenal dengan Pangeran Seda Lepen.

Peristiwa pembunuhan itu terjadi akibat rasa iri dari sang keponakan yang berfikir bahwa kelak apabila ayahnya meninggal dunia yang akan menggantikannya sebagai sultan ialah pamannya. Pamannya yang juga dicintai rakyat Demak sebab sifatnya yang terpuji dan juga taat beribadah. Nah, pamannya ini memiliki dua orang putra yakni, Raden Penangsang dan Raden Mataram. Sepeninggal ayahnya, Raden Penangsang di angkat menjadi bupati Jipang Panolan denagn gelar Arya Penangsang. Ia berniat akan membalas dendam atas kematian ayahnya. Niat tersebut mendapat dukungan dari Sunan Kudus yang tak lain ialah gurunya sendiri. Tidak hanya Arya Penangsang yang menjadi murid Sunan Kudus, masih ada Sultan Pajang dan Sunan Prawata itu sendiri. Namun Arya Penangsanglah yang menjadi murid kesayangan Sunan Kudus.

Pada waktu itu kerajaan Demak, tampaknya belum memiliki system pewarisan tahta yang pasti. Oleh karena itu, Arya Penangsang merasa berhak atas tahta Demak. Akhirnya Sunan Prawata dan Permaisurinya dapat dibunuh oleh rangkut dan gopta, suruhan Arya Penangsang.


Dengan terbunuhnya Sunan Prawata semakin memperkuat keinginan Arya Penangsang untuk menjadi raja dengan cara merebut kekuasaan Demak. Arya Penangsang, demi mencapai semua keinginannya ia berusaha menyingkirkan seluruh pesaing-pesiangnya yang sekiranya akan mengahmbat proses keberhasilan tujuan dari Arya Penangsang itu sendiri.Tentu saja yang di prioritaskan oleh Arya Pengangsang ialah dari kalangan kerabat terdekat Sultan Trenggana.

Lalu yang menjadi sasaran berikutnya ialah Pangeran Hadiri, menantu Sultan Trenggana. Arya menganggap Pangeran Hadiri memiliki charisma yang sangat kuat untuk nantinay menghambat kelancaran tujaun Arya Penangsang. Pangeran Hadiri dinnggap dekat dengan raja, pengaruhnya dalam bidang ekonomi juga perlu di perhitungkan, ia juga mempunyai peluang yang cukup kuat untuk menduduki tahta kerajaan. Selain itu, kekuasaannya yang meliputi Pati, Jepara, Juawana, dan Rembang, mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting karena dekat dengan wilayah kerajaan, tentunya menjadi sumber anacaman bagi Arya Penangsang.

Memang sudah takdir dari yang maha kuasa, kalau akhirnya Pangeran Hadiri tewas dibunuh. Sebelumnya mereka (Pangeran Hadiri dan Ratu kalinyamat) sedang mengunjungi Sunan Kudus untuk meminta keadilan perihal kematian saudara laki-laki dari Ratu Kalinyamat yakni Sunan Prawata. Sepulang dari tempat sunan kudus, mereka dihadang oleh Arya Penangsang dan prajuritnya. Arya Penangsang berhasil membunuh Pangeran Hadiri.

Setelah Sunan Prawata dan Pangeran Hadiri wafat, terbukalah kesempatan bagi Arya Penangsang untuk menduduki tahta kerajaan Demak. Apalagi dengan dukungan kuat dari Sunan Kudus menamnbah kesempatan Arya Penangsang untuk menjadi raja Demak sangat besar sekali terjadi.


Untuk mengatasi konflik di antara kerabat kerajaan Demak, Ratu kalintyamat telah menggunakan wewenang politiknya selaku pewaris penguasa kalinyamat. Hal ini dapat di ketahui dari janjinya bahwa ia akan menyerahkan seluruh harta kekuasannya kepada siapapun yang mampu membunuh Arya Penangsang. Adalah Hadiwijaya , sultan Pajang yang dapat membantu kalinyamat untuk mengalahkan Arya Penangsang. Di sini terlihat sesosok wanita yang begitu luar biasa, walaupun niat dan caranya salah. Namun terlihat sebuah cerminan wanita yang tegar dan kuat, berani mengambil sebuah keputusan besar dan dampaknya juga besar.

Setelah membunuh Prawata dan Hadiri, Arya penangsang juga penasaran dengan Hadiwijaya, terlihtat dengan ia merencanakan akan membunuh Hadiwijaya. Telah berekali-kali perencanaan terhadap Hadiwijaya direalisasikan namun gagal semua. Hal ini semakin mengukuhkan semanga Hadiwijaya untuk memenuhi permintaan sang ratu ( Ratu Kalinyamat) yakni membunuh Arya Penangsang. Sampai pada akhirnya Arya Penangsang gugur san kemengan berada di tangan Pajang.


3. Hubungan Demak-Jepara
Dalam perkembangan Kerajaan Demak, Jepara yang termasuk di dalamnya, mempunyai peranan penting sebagai pelabuhan pengekspor beras. Lalu, saat masa pemerintahan Raden Patah, Jepara mengalami perkembangan pesat dan juga memiliki kedudukan yang baik serta menguntungkan pada lalu linta perdagangan di kawasan Nusantara.

Jepara tidak hanya memegang peranan penting sebagai pelabuhan perdagangan, saja tetapi juga sebagai pangkalan angkatan laut Demak. Sewaktu masa pemerintahan Pati Unus, ia berusaha melengkapi armada untuk menyerang portugis yang di pusatkan di Jepara. Selain dua peminpin di atas, Salah satu pemimpin Demak, Sultan Trenggana, Jepara merupakan pelabuhan Demak. Nah yang cukup menarik untuk di soroti ialah saat Jepara di pegang oleh Pangeran Hadiri dan istrinya (Ratu Kalinyamat). Ratu kalinyamat menjadi tokoh sentral dalam penyelesaian konflik di lingkungan keluarga kesultanan Demak. Jepara memegang peranan dalam penentuan dan penetapan Raja Demak pasca tewasnya Sultan Trenggana,

Bearti hubungan Demak dengan Jepara pada saat itu ialah bagaimana fungsi dari Jepara itu sendiri terhadap keberadaan Demak. Jepara menjadi pelabuhan sekaligus temapt untuk menghimpun kekuatan dan juga menjadi pondasi awal terkai penetapan kekuasan Demak.

4. Jepara Sepeninggal Kalinyamat
Sepeninggalnya Ratu Kalinyamat, Jepara di perintah oleh putra angkatnya, Pangeran Jepara. Walaupun tidak sebanding dengan pendahulunya, namun ia telah memberikan yang terbaik bagi Jepara dengan pendudukannay terhadap Pulau Bawean di laut Jawa dengan armadanya. Ia juga di hormati dan juga menimbulkan sebuah kesan kepada orang Belanda seakan-akan memiliki sarana kekuasaan yang luar biasa.

Jepara hancur setelah adanya serbuan dari lascar mataram pada tahun 1599. Pada saat itu juga berakhirlah pemerintahan Pangeran Jepara. Akibat dari serangan ini ialah kerusakan yang berat, baik itu dalam bidang politik maupun ekonomi. Areal persawahan yang membentang luas itu juga rusak oleh ekspansi Mataram. Tujuan dari Mataram melakukan ekspansi itu ialah agar dapat menghilangkan semua perlawanan politik dan menguasai segala kekayaan yang di peroleh dari perdagangan.

Namun, Jepara tetap memegang peranan penting sebagai kota Bandar perdagangan di pantai utara Jawa pada awal XVII. Letaknya yang strategis membuat kompeni mendirikan benteng di sana pada tahun1615 yang pada awalnya seorang Belanda, Jacob van Heemskreck muncul di teluk Jepara pada 9 Maret 1602. Pendirian benteng itu sebagai loji untuk kepentingan kantor dagangyang di lengkapi dengan system pertahanan.

Peperangan juga sering terjadi dalam abad XVII yang menyebabkan kerusskan daerah persawahan.Akibat dari itu ialah berimbas kepada rakyat Jepara yang tidak dapat hidup di tempat itu. Sampai akhirnya pada akhir abad XVII, Jepara merupakan salah satu kota pantai yang besar. Cerita ini di peroleh dari seseorang yang pernah mengunjungi Jepara pada tahun1686 dan 1702 yakni francois Valentijn.

Selain itu, Jepara juga menjadi tempat pasar bebas yang barang dagangannya di jual dengan harga murah. Namun kabar tentang keluarga Raja jepara tidak ada kabar. Pada abad ke-17 Jepara masih berfungsi sebagai tempat antara pihak Belanda yang dari Jakarta dengan pihak Jawa dan pada saat yang sama juga, Jepara menjadi pelabuhan penting dari kerajaan Mataram. Pada masa pemerintahan Sultan Agung dan Amangkurat I kota Jepara menjadi ibu kota dari pasisiran Wetan, tempat kedudukan seorang bupati. Samapi akhirnya peranan Jepara yang berfungsi sebagai pusat kegiatan administrasi daerah pesisir di gantikan oleh Semarang.


EmoticonEmoticon

Laman