Rabu, 12 Januari 2011

Pinggir

Tags



Pinggir bisa berarti samping, tepi atau tubir. Tetapi bila ditambahkan awalan me-, menjadi “meminggir”, maka maknanya menjadi menepi, menyingkir, menyisi dan menyisih. Awalan me- merupakan sebuah penanda sebuah kata agar bermakna aktif. Melakukan sesuatu. Maka “meminggir” berarti “bergerak –berpindah tempat- ke pinggir.”
Sejatinya semua pahlawan dan orang-orang besar yang lahir ke dunia ini selalu diawali dengan “meminggir”. Orang-orang yang menepi dari hiruk pikuk dunia yang kadang malah melenakan. Orang-orang yang menyingkir dari perbuatan destruktif. Orang-orang yang mampu menyisihkan hal-hal buruk. Semuanya berawal dari “pinggir”.
Dari “pinggir” pula Perseus, dalam Clash of the Titans, melakukan tugas heroiknya. Clash of the Titans merupakan film epic Yunani Kuno. Film tentang dimulainya masa “penggugatan manusia atas dewa.”
Perseus ialah putra Zeus, hasil perselingkuhannya dengan salah seorang permaisuri raja. Perseus adalah anak campuran antara kelas dewa dengan kelas manusia. Darah yang dibenci sebagian besar manusia kala itu.
Maka Perseus dibuang ke laut. Terombang-ambing dalam tarian ombak yang ganas. Dan pada akhirnya dipungut oleh nelayan tua yang miskin. Lantas dibesarkanlah Perseus dengan penuh kasih sayang oleh suami istri nelayan. Hidup tenang dan damai sebagai nelayan, dipinggir benua.
Tetapi dari “pinggiran” inilah perubahan itu selalu bermula. Karena sebuah tragedy pada umumnya dimulai dari “pusat”, dan menjalar hingga “pinggir”. Maka orang-orang “pinggiran” ialah orang yang resah karena terusik. Sama halnya dengan titik awal Perseus menyadari arogansi para dewa yang ingin menghancurkan sebuah negeri. Bermula dari ayah-ibu tirinya menjadi korban tragedy yang menjalar hingga pinggir. “Kelak akan ada orang yang berkata, “Ini sudah cukup!”, kepada para dewa”, begitu pesan ayahnya ketika ajal menjemput.
Pesan itu tertanam kuat dalam dirinya. Perseus lantas berubah menjadi super hero sekaligus common enemy ditengah-tengah manusia. Darahnya yang merupakan campuran dari dewa menjadi berkah sekaligus kutukan. Ia dihujat karena terkontaminasi darah dewa yang arogan dan sewenang-wenang, tetapi ia dipuja dan diharapkan untuk mampu menaklukkan dewa.
Perubahan selalu bermula dari “meminggir”. Dalam suasana yang tenang, “menepi” untuk merenung dan mengumpulkan energi. “Menyisihkan” hal-hal yang tidak sesuai dengan idealitas. Dan “menyingkir” dari kontaminasi buruk.
Triyanto Puspito Nugroho, pemerhati pendidikan
http://www.triyanto10.blogspot.com/


EmoticonEmoticon

Laman