Minggu, 09 Januari 2011

POTENSI KEKELIRUAN PENGURUS UKMF AL ISLAH 2011

Tags



Alhamduliliah puji dan syukur kepada Alloh SWT, seraya mengingat sebuah episode perjalanan yang tidak sekedar menjadi memori tetapi memberi pengalaman untuk dengan cerdas dijadikan rujukan dalam mengambil sikap dimasa depan. Seandainya waktu bisa berputar kembali kebelakang sekiranya kita akan mencoba kembali kemasa itu untuk memperbaiki alur cerita yang dirasa tidak begitu membanggakan. Kita mau kembali kemasa itu karena sadar bahwa sekarang kita sudah TAHU, tidak seperti masa dulu dimana masih gagap dalam ketidaktahuan yang membuat alur cerita kurang membanggakan, meskipun sebenarnya tidak mungkin, tetapi setidaknya KITA menjadi mengerti kalau masalalu memberikan pengajaran sehingga sekarang menjadi TAHU bagaimana berbuat lebih baik.
UKMF JM AL ISHLAH tidak hanya sekedar berjuang untuk menjawab tantangan-tantangan dakwah saat ini, akan tetapi ada dari masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Tentunya dibutuhkan tidak hanya sekedar keikhlasan didalam memperjuangkannya. Dibutuhkan kesungguhan bagi para kader untuk mau menggerakan organisasi dakwah ini (Al Ishlah) menjadi organisasi yang tidak sekedar fenomena (ada) tetapi menjadi fenomenal (luar biasa) dengan karya-karya yang membaggakan dan memberikan kemanfaatan kepada seluruh semesta, khususnya civitas FISE UNY. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadapnya baik dari segi structural maupun segi cultural kelembagaan. Kalau kita cermati secara mendalam terjadi trend stagnasi dari tahun ketahun. Untuk itu sekiranya perlu ada solusi sesegera mungkin.
Memang benar masa lalu memberikan sebuah pelajaran untuk kita menjadi tahu apa yang harus dikerjakan guna memperbaiki alur cerita masa depan supaya tidak mengulang kesalahan-kesalahan yang sudah terjadi dimasa lalu yang memiliki potensi untuk terjadi kembali dimasa yang akan datang. Tulisan ini mencoba memberi informasi tentang beberapa kekeliruan masa lalu yang berpotensi terulang dimasa yang akan datang (2011):
Kesatu, Bergerak tanpa visi yang jelas.
Visi secara sederhana dipahami sebagai ide bersama tentang hasil yang dinilai dan menjadi motivasi kerja suatu tim (Michael West, Effective Teamwork, 1998). Untuk menggambarkannya maka saya sadurkan cerita yang ditulis oleh Cahyadi takariawan dalam sebuah artikel “Manusia Visioner”:
Penggambaran lima orang pekerja bangunan yang tengah bekerja membuat masjid sering menjadi contoh tepat dalam memahami urgensi visi. Ketika ditanya tentang “Apa yang anda kerjakan di sini,” orang pertama menjawab, “Seperti yang anda lihat. Saya mencampur berbagai bahan bangunan”. Orang kedua menjawab, “Saya bekerja mencari uang di sini”. Orang ketiga menjawab, “Saya menyusun batu bata agar menjadi dinding”. Orang keempat menjawab, “Saya bekerja membuat sebuah masjid”. Sedangkan orang kelima menjawab, “Saya tengah membangun peradaban” Jawaban orang pertama hingga keempat tersebut tidak ada yang salah, karena itulah yang memang mereka kerjakan. Akan tetapi, jawaban orang kelima menandakan sebuah cita rasa ideal yang membuatnya bersemangat melakukan kerja. Tatkala ia menumpuk batu bata hingga menjadi masjid yang terbayang adalah sebuah masyarakat pemakmur masjid yang diliputi oleh keimanan, mereka mengatur kehidupan dengan semangat masjid, akhirnya terbentuklah peradaban baru yang Islami, bermula dari masjid.
Visi adalah tujuan yang akan kita capai, semakin jelas tujuan yang hendak dicapai semakin mempermudah dalam mencari cara mencapainya. Visi tidak hanya dipahami oleh ketua, tetapi juga dimengerti oleh kader-kader di akar rumput (staf). Kerja-kerja kita hendaknya memiliki tahapan amal-amal yang terhubung disetiap periodenya, dikerjakan antar generasi. Tetapi kadang kinerja kita bersifat insidental, hanya sekedar mengalir tanpa tahu kemana muara dari apa yang sudah kita kerjakan. Kurang tahu indicator keberhasilan kinerja. Setiap generasi tidak membawa gagasan baru, ide-ide kreatif, tetapi hanya sekedar reka ulang sejarah, atau hanya photocopy dari tulisan sejarah periode kemarin. Zaman semakin berubah kalau kita tidak panda-pandai didalam mengendalikan perubahan, maka kita yang terombang-ambing dari kerja perubahan. Kita hanya mampu menjadi penonton bukan menjadi pemain karena kinerja kita hanya berputar dan itu-itu saja treadmill (lari ditempat). Jangan sampai kembali berulang….
Kedua, Kegagalan konsolidasi diawal kepengurusan.
Dibutuhkan team yang kokoh didalam menjalankan roda organisasi agar berputar dan berjalan lebih cepat. Dan sentuhan awal adalah sentuhan yang menetukan didalam proses konsolidasi. Kegagalan konsolidasi adalah pengantar kegagalan-kegagalan yang lain. Kenapa nabi NUH AS berdakwah siang dan malam selama 400 tahun lebih, hanya mampu merekrut sekitar 12 orang, sedangkan Muhammad SAW hanya 23 tahun tapi bisa merekrut ribuan orang? Kita akan ambil pelajaran dari kondisi internal kedua nabi tersebut. Nabi Nuh AS dalam berdakwah tidak mendapat restu/dukungan dari keluarga, bahkan menentang apa yang diajarkan sang nabi. Berbeda dengan kondisi Muhammad SAW dimana keluarganya begitu solid mendukung perjuangan beliau. Mungkin kita ingat bagaimana ketika sang nabi mendapat wahyu pertama beliau begitu gemetar ketakutan krenanya, maka datanglah istrinya (keluarga) yang menenangkan/ menguatkan. Sedikit cerita tadi harapanya bisa menggambarkan betapa kesolidan sebuah team berkorelasi dengan keberhasilan. Sekali lagi kegagalan konsolidasi bisa menjadi awal dari kegagalan yang lebih besar, jadi segera solidkan….

Ketiga, Semangat yang tidak terbagi rata.
Belajar pada kereta api cepat jepang. Kereta api cepat jepang bisa menempuh jarak Jakarta–jogja hanya membutuhkan waktu satu jam. Bandingkan dengan kereta api Indonesia yang harus memerlukan waktu 8-10 jam untuk menempuh rute Jakarta–jogja. Lalu kenapa sama- sama kereta api memiliki kemampuan yang jauh berbeda. Kereta api Indonesia untuk menarik gerbong dibutuhkan sebuah lokomotif. Gerbong-gerbong baru bisa berjalan ketika lokomotif menariknya. Gerbong ternyata menjadi beban bagi lokomotif, semakin banyak gerbong maka kerja lokomotif akan berat dan kereta berjalan lamban. Kita bandingkan dengan kereta api jepang. Kereta api buatan jepang tidak hanya mengandalkan sebuah lokomotif untuk menggerakan, tetapi seluruh elemen kereta dari lokomotif dan gerbong sama-sama mengeluarkan kekuatan untuk bergerak maju. Jadi yang bergerak maju bukan hanya lokomotif tapi gerbong-gerbong juga bergerak maju, alhasil kereta dapat berjalan cepat. Semua elemen kereta tidak saling membebani tetapi saling menyokong dan menguatkan. Begitu juga logika pemimpin dan yang dipimpin sama-sama memiliki semangat yang besar meskipun pembagian kerja yang berbeda. Semua saling melengkapi, saling membantu, dan saling menguatkan. Belajarlah pada kereta jepang, lalu percepat laju kereta Al Ishlah 2011.

Keempat, strategi pencapaian visi dan misi menggunakan cara-cara yang usang.
 Sebagai ilustrasi, zaman tidak berjalan ditempat, tetapi terus berubah membawa karakter yang berbeda disetiap episodenya. Al Ishlah mempunyai proker rekruitmen dengan targetan rekruitmen yang semakin bertambah disetiap tahunnya. Namun semakin bertambahnya target pencapaian target strategi yang diunakan sama seperti tahun-tahun sebelumnya (strategi yang digunakan untuk menjawab masalah tahun lalu bukan sekarang dan masa depan). Maka menjadi tantangan kepengurusan Al Ishlah tahun ini adalah menemukan ide-ide yang baru (orisinil, untuk dijadikan program-program kerja guna mencapai visi. Jangan sekeder photocopy atau reka ulang sejarah. Saatnya menggali ide-ide yang breghtrough (terobosan)…
Kelima, eksklusif (tertutup).
Ada paradima yang mengganggap bahwa pengurus Al Ishlah adalah orang-orang yang tertutup (eksklusif) hanya mau bergaul dengan komunitasnya saja, dan kurang mau bergaul dengan lingkungan sekitar. Pandangan seperti ini sudah ada semenjak dulu, dan sekarang masih ada kecenderungan bahwa pengurus-pengurus Al ishalah belum mampu untuk membongkar mindset yang sudah terbangun. Padahal ketika mindset tersebut terus terbangun maka yang terjadi adalah gerak dakwah akan terbatasi. Karena terasa ada sekat yang membatasi antara kita dengan mereka. Untuk itulah menjadi pekerjaan rumah pengurus sekarang untuk menghilangkan citra eksklusif tersebut. Menjadi Al Ishlah yang lebih ramah, dan manfaatnya dirasakan bagi kalangan masyarakat kampus khususnya FISE UNY.
Keenam, manajemen pengelolaan lembaga yang masih semrawut (Manajemen Asal-asalan)
Syuro tidak banyak yang hadir, mendadak (tidak terjadwal dengan rapi) dan tidak terkonsep menjadi kultur yang perlu segera dihapus dari organisasi Al Ishlah. Hubungan kerja antar departemen masih tumpang tindih, jadwal agenda-agenda yang kurang rapi, publikasi mendadak akibat dari program kerja yang tidak terkonsep secara professional serta penjenjangan kader yang tidak berjalan menjadikan SKI ini lebih banyak mengurusi masalah-masalah internal kelembagaan dibanding program-program yang berorientasi pada visi. Selayaknya sebagai organisasi dakwah, Al ishlah bukan sekedar lembaga dengan pengurus didalamnya yang minus value, tetapi sebuah lembaga dakwah yang mengajak kearah kebaikan, yang tentunya keteladanan menjadi sesuatu yang tidak boleh absen. Menjadikan Al Ishlah menjadi lembaga modern yang dijalankan dengan manajemen yang rapi adalah kunci untuk membagun Peradaban Al Ishlah yang maju. Tugas besar pengurus periode ini untuk memulainya…..
Ketujuh, Ukhuwah yang terlalu melenakan (terjadi zona nyaman yang berlebihan).
Ukuwah yang produktif adalah dianjurkan untuk semaksimal munkin kita ikhtiarkan, namun ketika dengan alasan ukhuwah malah membuat kerja-kerja menjadi tidak professional, seperti halnya ketika tidak disiplin lalu selesai dengan kata afwan katsir, ketika kita malas hanya selesai dengan kata afwan ya ukh/ akh….. padahal akibat dari kesalahan yang kita lakukan akan mempengaruhi proses –proses selanjutnya. Ketika ukhuwah diartikan dengan boleh bekerja semaunya toh dia adalah saudara kita yang pastinya akan memaafkan segala kesalahan kita ketika salah, yang pada akhirnya membut kerja-kerja menjadi tidak professional.
Kedelapan, Pembianaan kader / pengurus belum menjadi prioritas.
Organisasi yang hebat akan dipengaruhi kualitas kader-kadernya. Semakin kader-kader berkualitas maka organisasi akan hebat secara niscaya. Terkadang kita hanya menjadi lilin, menjadi event organizer yang hanya menyelenggarakan tetapi tidak mampu mendapatkan manfaat dari apa yang kita kerjakan. Bukan persoalan antara ikhlas dan tidak ikhlas, tetapi sejauh mana Al Ishlah bisa membetuk manusia-manusia unggul (insan pilihan), menyediakan iron stock (cadangan) untuk menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan generasi-generasi baru yang lebih baik. Menjadi tempat penyemaian (pembibitan) generasi baru yan pada masanya nanti akan bisa dipanen. Memproduksi generasi yang mampu memimpin lingkunganya untuk berubah menjadi lebih berperadaban (baik). Menghadirkan pembinaan kader yang berkualitas adalah ikhtiar/usaha dalam menghadirkan generasi baru itu, tentunya ini menjadi sebuah prioritas bagi kepengurusan tahun ini untuk mengupayankannya.
Tulisan ini hadir bukan untuk rasa kebencian atau niat buruk sekecilpun. Hanya sekedar menjalankan fungsi sebagai seorang saudara untuk selalu saling mengingatkan dalam bingkai ukhuwah, serta sedikit berbagi nasehat kebaikan. Semoga menjadi pengingat agar kepengurusan baru UKMF JM AL ISHLAH 2011 terhindar dari kesalahan-keasalahan yang pernah terjadi diepisode-episode kepengurusan sebelumnya seperti yang tertulis diatas. Semoga Alloh SWT memberikan petunjuk dan kekuatan menjalankan amanah mulia ini. Dan pada akhirnya saya ucapakan termakasih, serta memohon maaf jika terdapat kata-kata didalam tulisan saya yang menyakiti. Afwan katsir dan SELAMAT BEKERJA PENGURUS UKMF JM AL ISHLAH 2011 ……. Goodluck!

Penanggungjawab tulisan: Anatoli Kasparov Putu Abdullah



EmoticonEmoticon

Laman