Senin, 02 Januari 2012

Ada foto di facebook-ku (Bolehkah?)

Tags

Oleh Inung Pratiwi
Di sela menyusur ilmu akuntansi internasional yang membingungkan… iseng menjamah FB yang sudah beberapa waktu ditelantarkan. Ada tema menarik ternyata yang sedang marak diperdebatkan. Bukan, tepatnya didiskusikan.

Lagi-lagi tentang akhwat, wanita, perempuan, putri dan apalah sebutannya. Lebih fokus lagi tentang pemasangan foto di facebook…. Hufh…. Sepertinya tugas ibu kemuslimahan selama setahun belum membawa dampak yang signifikan. Tentu saja, karena program perbaikan berjalan seiring detik yang selalu memperdengarkan detak-detak peringatan bahwa waktu terus menapak ke penghujung.

Sebelum kita terlalu jauh menghakimi tentang ini dan itu yang dalam pembahasan kali ini terfokus pada pemasangan gambar diri di FB, alangkah bijak jika kita kembali sejenak pada tujuan. Bukankah tujuan itu kunci kita menggerakkan setiap sel tubuh dan memfungsikan saraf?

Jika, tujuannya untuk menjadi model… tentulah benar memasang foto sexy ala professional meski tanpa bayaran.
Jika tujuannya untuk mamancing lawan jenis agar mau menjadi teman, pas sekali memasang foto cantik, cute, manis, dan seterusnya.
Kalau tujuannya agar dipuji shalihah… wah… joss kalau dipasang foto dengan jilbab lebar berkibar, menenteng al-quran atau dengan kepalan tangan mengumandangkan “Allahu Akbar” yang tak terdengar
Atau mau bikin penasaran ikhwan? Baiklah, tentu ide brilian memasang karikatur-karikatur imut meski tak sesuai penampakan…

Itulah beberapa tujuan dan jalan yang bisa ditempuh. Apapun itu, tujuan itulah yang akan kita nikmati.

Tapi saudariku, tidakkah kau ingat ada kekasih yang senantiasa merindukanmu kembali dalam keadaan yang paling Dia senangi? Jika Dia masih melekat di hatimu, jika tengadah tanganmu masih senantiasa kau tujukan kepada-Nya, jika keluh kesahmu kau kembalikan kepada-Nya, tidakkah kau ingin memberikan yang terbaik untuk-Nya?

Jika, sang kekasih itu yang tertuju, tentulah… tak ada alasan apa pun untuk menafikkan perintah dan peringatan-Nya. Aku padaMu, pokok e.

Jadi, teman. Apapun yang kau lakukan, meski hanya kedipan mata atau segesek sendi…. Pastikan dulu tujuannya untuk siapa, untuk apa, mengapa, dan karena apa. Yang perlu diingat, tujuan itu bukan untuk hari ini, bukan pula besok pagi tapi untuk hidupmu dan kehidupan setelah mati.

Shalihah… ayo sapa lagi hati-hati ini. apakah ia memang menghendaki wajahmu menjadi santapan lezat mata-mata jalang? Jikalah memang alasanmu melakukannya untuk menyampaikan kebaikan, sudahkah cukup baik jalan kita untuk dilewati kebaikan itu? Tidak satu pun Allah menyelipkan hati busuk pada setiap diri manusia, namun ia mempunyai potensi untuk bertahan dengan kebaikannya atau goyah dengan keburukan. Maka dengarkanlah dengan teliti bisikan-bisikan lembutnya. Jika memang awaban hatimu 'menghendaki', konsultasikanlah dengan akalmu yang cerdas itu, benarkah kehendak hatimu? Pantaskah Ia dilakukan? Bersihkah ia dari nafsu? Inikah yang paling kekasihmu sukai? Lebih banyak pertanyaan tentu akan lebih teliti dan pas dengan tujuan.

Untuk saudaraku yang shalih… Jika kalian mempertanyakan apa perlunya akhwat itu memajang foto, tentu tak ada pula alasan yang mendasar untuk ikhwan memasang fotonya, bukan? Meski tak ada dalil shahih yang melarang kalian melakukan penampakan, tapi ingatlah… saudari-saudari disekelilingmu tak sepemalu Fatimah, mata-mata indah itu tak lagi kuat tertunduk, dan hati yang bersembunyi itu semakin cepat meleleh-leleh terbakar pesonamu.
Ini bukan tentang dosamu menafikkan kalimat Allah dan Rasul-Nya… Tapi, bukan hanya mata dan hatimu yang butuh dijaga. Mata lemah dan hati-hati rapuh itu juga butuh merasakan aman dari kelebatan-kelebatan wujud tak bergerakmu. Jika kau bisa melihat perhiasan saudarimu, maka begitu juga sebaliknya. Bukankah reaksi sepasang manusia adalah tarik menarik? Perbedaan hanya terletak pada kecepatan aksi dan reaksinya saja. Jadi, marilah kita sama-sama menjaga.


EmoticonEmoticon

Laman