Senin, 09 Januari 2012

Robot Manja yang Ingin Cantik

Tags

Oleh Diar Rosdayana
Di zaman yang semakin modern ini, di satu sisi manusia semakin dimanjakan, di sisi lain ia dianggap seperti robot. Dimanjakan karena sekarang sudah banyak alat bantu yang semakin canggih dalam segala hal. Seperti robot karena banyak sekali alat yang diciptakan untuk ‘memperbaiki’ bagian-bagian tubuh manusia. Bingung? Sama. Mari kita lihat satu persatu.

DIMANJAKAN
Dulu, tukang pos merupakan segalanya. Mulai dari kirim surat, kirim uang, kirim barang. Sekarang? PT Pos Indonesia harus beberapa kali revisi pekerjaan karena sebagaian besar fungsinya sudah tergantikan dengan perangkat-perangkat lain. Ada bank dengan ATM-nya. Ada e-mail yang bisa kirim surat secepat kilat, bahkan kta tidak sempat membeli bakso untuk menunggunya. Tak perlu kertas, tak perlu pulpen. Belum lagi adanya telfon dan sms. Biayanyapun semakin murah. Dulu, kartu sellular itu, harga perdananya bisa seharga HP di masa sekarang. Hari ini, kartu perdana bahkan ada yang harganya 1000 perak! (mahal juga, coba aja punya 1000 bijih perak). Ya, maksudnya 1000 rupiah a.k.a. Rp 1.000, 00.

Masalah transportasi? Jangan ditanya. Ingin menjadi haji, di zaman Orde Lama dan jauh sebelum itu perlu waktu sampai 3 bulan untuk pergi ke Arab Saudi. Tidak sedikit orang yang meninggal di laut sebelum sampai ke Baitullah. Saat ini, berangkat dari tanah air setelah terbit matahari, dan bisa melihat matahari terbenam di jazirah Arab. Yup. Tidak sampai sehari.

Berita-berita di seluruh pelosok dunia bisa diketahui sangat cepat. Ada jarum jatuh di Palestina, suaranya bisa langsung terdengar di pelosok Gunung Kidul (eh, gunung kidul itu pelosok ga sih..?! :-). Jual beli barang yang sebagian masih harus tawar menawar di Pasar, lengkap sama berbagai aromanya, sekarang bisa dilakukan cukup dengan klak-klik depan komputer. Jadi ingat di salah satu film Hollywood yang menceritakan ketika seluruh manusia meakukan aktivitas hidupnya memakai robot. Bahkan untuk berjalanpun dia duduk di atas kursi yang bisa terbang. Akhirnya mereka menjadi manusia-manusia yang mengalami obesitas dan tidak bisa berjalan sama sekali. Karena sejak kecil tidak pernah menggunakan semua anggota tubuhya buat melakukan sesuatu. Semuanya dengan memakai bantuan mesin. Ah, benar-benar dimanjakan bukan?

SEPERTI ROBOT
Dibalik kehidupan yang serba canggih, harusnya kan semakin enak tuh. Tubuh kita lebih sering istirahat. Tapi yang terjadi sekarang, manusia ini seolah-olah seperti robot, yang setiap komponen-komponennya memerlukan bahan-bahan kimia sebagai perawatan. Lihat saja produk-produk dan berbagai iklan di media massa. Berbagai ‘service’ dan ‘suku cadang’ ditawarkan untuk memperbaiki robot bernama manusia.

Sejak ibu hamil, dia sudah dianjurkan mengkonsumsi berbagai bahan pabrikan. Ketika bayi lahir, ada susu khusus baik untuk ibu maupun anaknya. Setiap usia bayi dianjurkan mendapat jatah susu berbeda. Rambut rontok? Tenang, ada obatnya. Rambut lepek, berketombe dan beracun? Semua ada samponya sendiri-sendiri. Perut membesar, obesitas, badan tidak langsing? Ada ‘service’-nya. Kulit yang kasar, kusam berjerawat? Ini perlu service! Sialakan beli obatnya. Bahkan ada juga obat kulit yang memiliki slogan seperti peserta PEMILU tingkat RT: “Memberi bukti, bukan janji.”

JADINYA
Efek samping dari keluarnya produk-produk itu yang pailng berbahaya menurut saya adalah timbulnya berbagai penafsiran baru tentang makna keindahan. Sekarang, telah banyak reduksi terhadap pengertian beberapa hal. Misal nih, dengan adanya berbagai iklan obat kecantikan dan kosmetik, secara tidak sadar kita juga digiring untuk memberi pamahaman bahwa yang disebut cantik itu adalah berkulit putih, rambut tidak berketombe, bibir tipis, bentuk badan seperti gitar (padahal kalau ada wanita berbadan seperti gitar, maka saya akan jadi orang pertama yang kabur karena takut, apalagi kalo dia bersenar). Atau ada juga iklan yang mengatakan: “Cantik itu, kulit mulus bebas bulu”. Wah, kalau ini berlaku, maka yang paling cantik di dunia adalah belut, kulitnya mulus, dan tidak berbulu. Kasian juga monyet nanti, dia penuh bulu. Berarti jelek banget. Bebagai media juga mengisyaratkan, bahwa yang disebut kaya itu harus memiliki rumah mewah, HP bermerk, baju perlente dan berbagai kemewahan lainnya.

Hal ini memberi pengaruh yang sangat besar. Coba kita lihat, berapa banyak remaja-remaja yang lebih sibuk memikirkan satu buah jerawat di hidungnya daripada mengurusi sholatnya yang masih bolong-bolong. Atau, betapa mereka stress karena perutnya yang gendut daripada memikirkan bacaan Qur’annya yang masih terbata-bata. Tidak sedikit juga yang terus membayangkan agar bisa menjadi kaya raya bagaimanapun caranya, daripada memikirkan bagaimana agar sesedikit apapun, hartanya bisa berkah dan diperoleh dengan cara yang baik.

Ya, entah kelemahan manusia yang membuat produk-produk itu muncul atau justru produk-produk itu muncul untuk melemahkan manusia. Padahal sejak dulu, jauh sebelum produk-produk modern itu ada, manusia juga sehat-sehat saja, tetep bisa hidup dan berketurunan. Bukan, saya bukan membenci modernitas atau tidak senang dengan kecanggihan dan kemudahan di era sekarang. Atau melarang manusia untuk cantik dan kaya. Tapi cobalah memandang hidup ini lebih bermakna dan sederhana. Allah menciptakan manusia dengan segala potensinya. Kita tidak akan masuk neraka karena kulit tidak putih, muka berjerawat atau rambut berketombe. Modern boleh, tapi tidak perlu lebay dan mari tetap bijak. Allah melihat hati daripada fisik.

 “Allah tidak melihat fisik dan rupa kalian, akan tetapi Allah melihat hati kalian.” (HR. Muslim no. 2564)


EmoticonEmoticon

Laman