Tanah yang Terlupakan
Krisna Ny
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sudahkah kita bersyukur hari ini?
Nampaknya tiada kata yang lebih indah untuk selalu kita ucapkan kepadaNya
selain kata itu. Dengan penuh ketulusan dan penuh kesabaran Tuhan hadirkan
siang dan malam begitu juga musim kemarau dan musim penghujan. Tak pernah
berhenti, silih berganti saling menyambut dan saling melengkapi. Tak peduli
manusia mensyukurinya atau tidak.
Pagi ini
hujan turun rintik-rintik, langit serasa malu menjukkan wajah cerahnya. Mendung
seolah enggan untuk menyembunyikan dirinya, membuat matahari kesulitan
menghantarkan cahayanya. Musim penghujan menyapa. Saatnya pepohonan merasakan
dinginnya air langit sebagai anugerah Tuhan, sebagai pengingat bagi hambanya
akan kebesaranNya. Daun-daun mulai menunjukkan kuncupnya. Pepohonan yang sedia
kurus kering tak sehelei daunpun menempel padanya. Kini mulai segar kembali
seiring tumpahnya air langit. Selamat datang musim pembaharuan, musin
peremajaan, musim tetumbuhan, musim kebangkitan, musim hujan akhir November
2014.
Bicara tentang tumbuh-tumbuhan, jadi ingat ladang di
timur sana. Sepetak sawah terhampar, tak begitu luas. Namun cukup untuk
menghasilkan bahan makanan sekeluarga. Sekali panen kira-kira cukup untuk makan
sampai musim panen berikutnya tiba.
Kenapa sampai pada
keluarga?
Bukan keluarga yang jadi bahan perbincangan, meskipun itu
juga relevan untuk di perbincangkan,hehehe (becanda).
Pada waktu musim kemarau tiba, bapak-bapak, ibu-ibu serta
keluarganya (pemilik sawah) rame-rame ke sawah. Menanam jagung menjadi hal yang
menyenangkan bagi mereka. Pagi hari
tanah yang selesei di bajak terasa sangat lembut. Ketika di injak , terasa
dingin basah kena embun. Angin turun dari gunung membawa udara bersih, sejuk dan segar. Sebelah timur dan
selatan di kelilingi oleh barisan pegunungan yang masih cukup terjaga.
Pepohoman hijau menutupi tanah sehingga tampak lebat permai. Dari arah utara
terlihat jelas kegagahan merapi yang menjulang tinggi dan besar. Diatasnya
tampak sebuah kawah yang tak beraturan bentuknya akibat erupsi. Menyemburkan
awan tipis. Badannya berwarna abu-abu kehitaman dengan bercak garis bekas
aliran lahar. Dari timur di sela-sela ranting pepohonan mulai nampak semburat
cahaya matahari berwarna kuning kemerah-merahan. Betapa indahnya alam ini bak
lukisan saja…J
Kalau tidak percaya,
sini ke Bantul Timur takdudui biar
basah,hehehe.
Pada pagi
itulah mereka mulai menancapkan benih di tanah garapannya. Mereka mulai menanam
harapan semoga dapat memetik hasil panen yang melimpah.
Tiga bulan
kemudian benih jagung berubah menjadi tanaman yang tinggi, langsing. Karena
memang kecil batangnya. Dilengkapi dengan dedaunan yang panjang pula. Tipis
tapi agak lebar. Jagung biasanya terletak pada bagian tengan pohon antara ujung
bawah dengan ujung atas. Tetapi sering juga terletak agak atas. Ketika masih di
tanaman, jagung terbungkus kulit bewarna putih kekuning-kuningan, dihiasi
dengan rambut pada bagian ujungnya. Pada masa ini jagung siap dipanen. Harapan
yang dulu ditanam kini menjadi kenyataan.
Nampak biasa
saja peristiwa ini. Tidak ada yang aneh. Sirkulasi petani berjalan lancar,
tanam-panen, tanam lagi panen lagi. Sah-sah saja. Ia kan. Saaah…….., sah(ijab
nikah). Hehehe.
Namun apabila
kita melihatnya lebih jeli lagi, ada hikmah dibalik proses tanam hingga panen.
Apakah itu atau siapakah itu? Yang jelas bukan hikmah yang itu (yang
sholeh-ah),hehehe. Yeah, hikmah kebesaran Tuhan, sesuai dengan firmannya ‘’Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi
mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami
keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian)itu mereka makan’’
(Qur’an, surah Yasin, 33).
Mari pelan-pelan bersama-sama kita dalami apa
yang sebenarnya terjadi. Sok serius,……J
Pertama, biji
di tanam. Ia menyatu dengan tanah, air, udara dan cahaya. Akibatnya biji yang
mulanya kering mulai tumbuh kecambah, dan menunjukkan perkembangannya.
Kedua,
setelah ia tumbuh dan besar, ia akan berbuah dan buahnya sama seperti biji yang
ditanam tetapi jumlahnya berlipat-lipat, puluhan bahkan ratusan kali.
Ketiga,
setelah buah diambil. Tanaman jagung di tebangi dan dibiarkan terlentang
disawah. Yang terjadi kemudian tanaman jagung tersebut membusuk kemudian
menjadi tanah.
Lalu apa hikmahnya?
Mari bersama-sama kita cari
makna hakikinya,…..iso po?sok filosofis...J
Biji, barang yang kecil, mungil. Jika dibiarkan lama-lama
ia akan dimakan kutu/rayap. Kalau tidak ia akan busuk kemudian menjadi tanah.
Tetapi karena ia ditanam dan dirawat dengan kadar air, udara dan cahaya yang
cukup, ia dapat tumbuh dan berkembang. Kata anak-anak Mipa, ia makan
co2+H20+cahaya (udara+air+cahaya) yang kemudian menjadi zat tepung. Dari biji
tumbuh menjadi tanaman. Jika dibandingkan dengan ukuran awal (biji) mungkin
ribuan kalinya, tingginya dapat mencapai 2 meter lebih. Subhanallah, kok bias
ya. Setelah tumbuh besar, ia berbuah. Pernah menghitung jumlah biji jagung
dalam satu buah jagung? Pada buah-buah yang tumbuh normal jumlahnya mencapai
ratusan. Coba bayangkan 1 biji menjadi ratusan biji. Kok bisa ya. Kekuatan apa
jal, yang memberinya kekuatan untuk berkembang biak begitu banyaknya. Pada
akhirnya tanaman yang awalnya hijau, seger, enak dipandang lama-lama ia kusut,
keriput, kering rapuh kemudian membusuk. Akhirnya menjadi tanah.
Lalu apa sebenarnya biji
jagung dan tanaman jagung ini? Kenapa ia menjadi tanah?
Biji jagung jika dibiarkan, menjadi tanah. Jika di tanam
tumbuh besar menjadi tanaman, tanaman ini kelak menjadi tanah pula. Lalu apa
artinya co2+H20+cahaya. Apakah dia juga tanah. Kalau ia, lantas siapa yang
mengubah tanah menjadi zat tepung sebagai makanan tanaman kemudian menjadi
batang, daun, buah dan sebagainya. Waullah hualah bis showaf. Ini lah
tanda-tanda kebesaran Tuhan.
Dari sini
dapat kita ketahui bahwa sesungguhnya jagung dan tanaman jagung berasal dari
satu materi yang sama yaitu tanah. Dan mungkin tidak hanya jagung dan tanaman
jagung. Batu bata, semen, rumah, kayu, almari, bunga, kelinci, kerbau, sapi,
manusia dan lain-lain seluruh isi dunia terbuat dari materi yang sama, tanah. Coba
sebutkan isi dunia yang bukan berasal dari tanah. Makhluk yang paling indah,
bunga mawar, kupu-kupu, burung merak, cenbrawasih, ikan lohan, arwana. Hewan
paling buas misal, singa, harimau, badak, ular. Hewan yang paling rentang, laron
misalnya yang waktu hidupnya didunia hanya beberapa jam saja. Atau malah makhluk yang ditakdirkan sebagai penggangu, tikus,
ulat, kekelawar atau barang yang paling
dibenci manusia tetapi ia paling dekat dengan manusia bahkan dibawa kemana-mana,
kotoran sisa pencernaan misalnya. Bahkan manusia yang dianggap paling mulia
raja, presiden misalnya, dan manusia yang paling dianggap hina pengemis
misalnya. Mereka semua pada hakikat penciptaanya adalah sama-sama terbuat dari
tanah.
Lalu mengapa
makhluk hidup tidak bersyukur, terutama manusia. Karena dari sekian banyaknya
makhluk hidup di dunia, hanya manusia yang diberi akal dan fikiran oleh Tuhan.
Jika makhluk selain manusia sudah jelas pasti bersyukur, cuma manusia saja yang
tidak tau cara mereka bersyukur. Dengan akalnya manusia dapat membedakan yang
baik dan yang buruk, yang halal dan yang haram.
Yang terjadi
sekarang adalah manusia saling bermusuhan, saling bersaing untuk memperebutkan
harta, kekayaan, jabatan kekuasaan dan lain sebagainya. Alam dieksploitasi
sebesar-besarnya untuk memenuhi kepuasan nafsunya. Egoisme kian menjadi-jadi.
Untuk apa semua itu?
Sudah saatnya
manusia berfikir bahwa sesungguhnya seluruh manusia sama derajatnya. Lahir
bagai biji jagung yang mungkin akan tumbuh berkembang menjadi tamanam yang
besar. Tapi mungkin ada juga yang gagal tumbuh, gugur dalam perjalanan. Wajah
tampan, cantik, harta benda, kemewahan mungkin berperan, tapi sungguh ia adalah
barang yang sangat rentan. Ia hanyalah baju yang harus siap dilepas kapanpun
dan dimana saja. Yang berhasil memperoleh kehidupan yang lebih baik, jangan lah
merasa tinggi hati, sombong, bahkan merasa lebih baik dari yang lain. Yang
belum berhasil memperoleh kehidupan yang lebih baik jangan lah merasa rendah
diri, menyerah, putus asa. Semua adalah proses. Karena sesungguhnya nikmat dan
ujian hanyalah sementara. Semua ada untuk saling mengasihi dan saling
melengkapi. Tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah, yang ada hanyalah
yang baik amal budinya dan yang tidak baik amal budinya, yang ada adalah yang
bertakwa dan yang tidak bertakwa, yang beriman dan yang tidak beriman. Pada
akhirnya masing-masing akan menjadi tua, kusut, keriput dan meninggal untuk
kemudian menyatu dengan bumi, kembali ke bentuk awal, menjadi tanah.
Ohh tanah,
kenapa engkau begitu hebat, bisa menjelma menjadi apa saja. Tapi tampaknya mustahil tanah berubah tanpa
ada yang merubahnya, tumbuh dan bergerak tanpa ada yang menumbuh dan
menggerakkannya. Ya, kebesaran Tuhan lah di baik semua itu. Kini kau
injak-injak dirimu sendiri dengan wujud jelmaanmu. Ada yang sangat menghargaimu
(Keremen) ada juga yang sangat enggan menyentuhmya (Priyayos). Namun sungguh
tidak ada bedanya antara keduanya, pada waktunya nanti kepadamu pula semua akan
menyatu.
Mau jadi tanah aja
sombong, hehehehe…..
Bagaimana
dengan tanahmu sudah kau tanami dengan tanaman yang baik. Sudah kau rawat, kau
pupuk, kau beri makan dan kau jaga, baik kesucian maupun kehormatannya.
Masing-masing tanah layaknya di jaga agar ketika kembali nanti menjadi tanah
yang bersih, tanah yang suci, tanah yang harum, tanah yang berguna untuk
kehidupan selanjutnya,hehehe…
Omong opo, kau ini..
Alhamdullah hujan sudah
reda, saatnya kekampus, ketemu sobat-sobat sholeh-sholehah……