Selasa, 31 Maret 2015

TANAH YANG TERLUPAKAN

Tags



Tanah yang Terlupakan
Krisna Ny

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sudahkah kita bersyukur hari ini? Nampaknya tiada kata yang lebih indah untuk selalu kita ucapkan kepadaNya selain kata itu. Dengan penuh ketulusan dan penuh kesabaran Tuhan hadirkan siang dan malam begitu juga musim kemarau dan musim penghujan. Tak pernah berhenti, silih berganti saling menyambut dan saling melengkapi. Tak peduli manusia mensyukurinya atau tidak.
Pagi ini hujan turun rintik-rintik, langit serasa malu menjukkan wajah cerahnya. Mendung seolah enggan untuk menyembunyikan dirinya, membuat matahari kesulitan menghantarkan cahayanya. Musim penghujan menyapa. Saatnya pepohonan merasakan dinginnya air langit sebagai anugerah Tuhan, sebagai pengingat bagi hambanya akan kebesaranNya. Daun-daun mulai menunjukkan kuncupnya. Pepohonan yang sedia kurus kering tak sehelei daunpun menempel padanya. Kini mulai segar kembali seiring tumpahnya air langit. Selamat datang musim pembaharuan, musin peremajaan, musim tetumbuhan, musim kebangkitan, musim hujan akhir November 2014.
            Bicara tentang tumbuh-tumbuhan, jadi ingat ladang di timur sana. Sepetak sawah terhampar, tak begitu luas. Namun cukup untuk menghasilkan bahan makanan sekeluarga. Sekali panen kira-kira cukup untuk makan sampai musim panen berikutnya tiba.
Kenapa sampai pada keluarga?
            Bukan keluarga yang jadi bahan perbincangan, meskipun itu juga relevan untuk di perbincangkan,hehehe (becanda).
            Pada waktu musim kemarau tiba, bapak-bapak, ibu-ibu serta keluarganya (pemilik sawah) rame-rame ke sawah. Menanam jagung menjadi hal yang menyenangkan bagi mereka.  Pagi hari tanah yang selesei di bajak terasa sangat lembut. Ketika di injak , terasa dingin basah kena embun. Angin turun dari gunung membawa udara  bersih, sejuk dan segar. Sebelah timur dan selatan di kelilingi oleh barisan pegunungan yang masih cukup terjaga. Pepohoman hijau menutupi tanah sehingga tampak lebat permai. Dari arah utara terlihat jelas kegagahan merapi yang menjulang tinggi dan besar. Diatasnya tampak sebuah kawah yang tak beraturan bentuknya akibat erupsi. Menyemburkan awan tipis. Badannya berwarna abu-abu kehitaman dengan bercak garis bekas aliran lahar. Dari timur di sela-sela ranting pepohonan mulai nampak semburat cahaya matahari berwarna kuning kemerah-merahan. Betapa indahnya alam ini bak lukisan saja…J
Kalau tidak percaya, sini ke Bantul Timur takdudui biar basah,hehehe. 
Pada pagi itulah mereka mulai menancapkan benih di tanah garapannya. Mereka mulai menanam harapan semoga dapat memetik hasil panen yang melimpah.
Tiga bulan kemudian benih jagung berubah menjadi tanaman yang tinggi, langsing. Karena memang kecil batangnya. Dilengkapi dengan dedaunan yang panjang pula. Tipis tapi agak lebar. Jagung biasanya terletak pada bagian tengan pohon antara ujung bawah dengan ujung atas. Tetapi sering juga terletak agak atas. Ketika masih di tanaman, jagung terbungkus kulit bewarna putih kekuning-kuningan, dihiasi dengan rambut pada bagian ujungnya. Pada masa ini jagung siap dipanen. Harapan yang dulu ditanam kini menjadi kenyataan.
Nampak biasa saja peristiwa ini. Tidak ada yang aneh. Sirkulasi petani berjalan lancar, tanam-panen, tanam lagi panen lagi. Sah-sah saja. Ia kan. Saaah…….., sah(ijab nikah). Hehehe.
Namun apabila kita melihatnya lebih jeli lagi, ada hikmah dibalik proses tanam hingga panen. Apakah itu atau siapakah itu? Yang jelas bukan hikmah yang itu (yang sholeh-ah),hehehe. Yeah, hikmah kebesaran Tuhan, sesuai dengan firmannya ‘’Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian)itu mereka makan’’ (Qur’an, surah Yasin, 33).
Mari pelan-pelan bersama-sama kita dalami apa yang sebenarnya terjadi. Sok serius,……J
Pertama, biji di tanam. Ia menyatu dengan tanah, air, udara dan cahaya. Akibatnya biji yang mulanya kering mulai tumbuh kecambah, dan menunjukkan perkembangannya.
Kedua, setelah ia tumbuh dan besar, ia akan berbuah dan buahnya sama seperti biji yang ditanam tetapi jumlahnya berlipat-lipat, puluhan bahkan ratusan kali.
Ketiga, setelah buah diambil. Tanaman jagung di tebangi dan dibiarkan terlentang disawah. Yang terjadi kemudian tanaman jagung tersebut membusuk kemudian menjadi tanah.
Lalu apa hikmahnya?
Mari bersama-sama kita cari makna hakikinya,…..iso po?sok filosofis...J
            Biji, barang yang kecil, mungil. Jika dibiarkan lama-lama ia akan dimakan kutu/rayap. Kalau tidak ia akan busuk kemudian menjadi tanah. Tetapi karena ia ditanam dan dirawat dengan kadar air, udara dan cahaya yang cukup, ia dapat tumbuh dan berkembang. Kata anak-anak Mipa, ia makan co2+H20+cahaya (udara+air+cahaya) yang kemudian menjadi zat tepung. Dari biji tumbuh menjadi tanaman. Jika dibandingkan dengan ukuran awal (biji) mungkin ribuan kalinya, tingginya dapat mencapai 2 meter lebih. Subhanallah, kok bias ya. Setelah tumbuh besar, ia berbuah. Pernah menghitung jumlah biji jagung dalam satu buah jagung? Pada buah-buah yang tumbuh normal jumlahnya mencapai ratusan. Coba bayangkan 1 biji menjadi ratusan biji. Kok bisa ya. Kekuatan apa jal, yang memberinya kekuatan untuk berkembang biak begitu banyaknya. Pada akhirnya tanaman yang awalnya hijau, seger, enak dipandang lama-lama ia kusut, keriput, kering rapuh kemudian membusuk. Akhirnya menjadi tanah.
Lalu apa sebenarnya biji jagung dan tanaman jagung ini? Kenapa ia menjadi tanah?
            Biji jagung jika dibiarkan, menjadi tanah. Jika di tanam tumbuh besar menjadi tanaman, tanaman ini kelak menjadi tanah pula. Lalu apa artinya co2+H20+cahaya. Apakah dia juga tanah. Kalau ia, lantas siapa yang mengubah tanah menjadi zat tepung sebagai makanan tanaman kemudian menjadi batang, daun, buah dan sebagainya. Waullah hualah bis showaf. Ini lah tanda-tanda kebesaran Tuhan.
Dari sini dapat kita ketahui bahwa sesungguhnya jagung dan tanaman jagung berasal dari satu materi yang sama yaitu tanah. Dan mungkin tidak hanya jagung dan tanaman jagung. Batu bata, semen, rumah, kayu, almari, bunga, kelinci, kerbau, sapi, manusia dan lain-lain seluruh isi dunia terbuat dari materi yang sama, tanah. Coba sebutkan isi dunia yang bukan berasal dari tanah. Makhluk yang paling indah, bunga mawar, kupu-kupu, burung merak, cenbrawasih, ikan lohan, arwana. Hewan paling buas misal, singa, harimau, badak, ular. Hewan yang paling rentang, laron misalnya yang waktu hidupnya didunia hanya beberapa jam saja. Atau malah makhluk  yang ditakdirkan sebagai penggangu, tikus, ulat, kekelawar  atau barang yang paling dibenci manusia tetapi ia paling dekat dengan manusia bahkan dibawa kemana-mana, kotoran sisa pencernaan misalnya. Bahkan manusia yang dianggap paling mulia raja, presiden misalnya, dan manusia yang paling dianggap hina pengemis misalnya. Mereka semua pada hakikat penciptaanya adalah sama-sama terbuat dari tanah.
Lalu mengapa makhluk hidup tidak bersyukur, terutama manusia. Karena dari sekian banyaknya makhluk hidup di dunia, hanya manusia yang diberi akal dan fikiran oleh Tuhan. Jika makhluk selain manusia sudah jelas pasti bersyukur, cuma manusia saja yang tidak tau cara mereka bersyukur. Dengan akalnya manusia dapat membedakan yang baik dan yang buruk, yang halal dan yang haram.
Yang terjadi sekarang adalah manusia saling bermusuhan, saling bersaing untuk memperebutkan harta, kekayaan, jabatan kekuasaan dan lain sebagainya. Alam dieksploitasi sebesar-besarnya untuk memenuhi kepuasan nafsunya. Egoisme kian menjadi-jadi. Untuk apa semua itu?  
Sudah saatnya manusia berfikir bahwa sesungguhnya seluruh manusia sama derajatnya. Lahir bagai biji jagung yang mungkin akan tumbuh berkembang menjadi tamanam yang besar. Tapi mungkin ada juga yang gagal tumbuh, gugur dalam perjalanan. Wajah tampan, cantik, harta benda, kemewahan mungkin berperan, tapi sungguh ia adalah barang yang sangat rentan. Ia hanyalah baju yang harus siap dilepas kapanpun dan dimana saja. Yang berhasil memperoleh kehidupan yang lebih baik, jangan lah merasa tinggi hati, sombong, bahkan merasa lebih baik dari yang lain. Yang belum berhasil memperoleh kehidupan yang lebih baik jangan lah merasa rendah diri, menyerah, putus asa. Semua adalah proses. Karena sesungguhnya nikmat dan ujian hanyalah sementara. Semua ada untuk saling mengasihi dan saling melengkapi. Tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah, yang ada hanyalah yang baik amal budinya dan yang tidak baik amal budinya, yang ada adalah yang bertakwa dan yang tidak bertakwa, yang beriman dan yang tidak beriman. Pada akhirnya masing-masing akan menjadi tua, kusut, keriput dan meninggal untuk kemudian menyatu dengan bumi, kembali ke bentuk awal, menjadi tanah.
Ohh tanah, kenapa engkau begitu hebat, bisa menjelma menjadi apa saja.  Tapi tampaknya mustahil tanah berubah tanpa ada yang merubahnya, tumbuh dan bergerak tanpa ada yang menumbuh dan menggerakkannya. Ya, kebesaran Tuhan lah di baik semua itu. Kini kau injak-injak dirimu sendiri dengan wujud jelmaanmu. Ada yang sangat menghargaimu (Keremen) ada juga yang sangat enggan menyentuhmya (Priyayos). Namun sungguh tidak ada bedanya antara keduanya, pada waktunya nanti kepadamu pula semua akan menyatu.
Mau jadi tanah aja sombong, hehehehe…..
Bagaimana dengan tanahmu sudah kau tanami dengan tanaman yang baik. Sudah kau rawat, kau pupuk, kau beri makan dan kau jaga, baik kesucian maupun kehormatannya. Masing-masing tanah layaknya di jaga agar ketika kembali nanti menjadi tanah yang bersih, tanah yang suci, tanah yang harum, tanah yang berguna untuk kehidupan selanjutnya,hehehe…
Omong opo, kau ini..
Alhamdullah hujan sudah reda, saatnya kekampus, ketemu sobat-sobat sholeh-sholehah……


EmoticonEmoticon

Laman