Jumat, 04 Februari 2011

GURU DAN KARAKTER BANGSA

Tags

Oleh Wira


Segala sesuatu yang di buat oleh manusia tentu saja ada tujuannya. Misalnya saja pancasila yang di buat oleh bangsa Indonesia juga ada tujuannya. Tujuannya yaitu untuk di pergunakan sebagai dasar Negara kita melalui perdebatan yang sangat panjang dari kaum elit Indonesia pada saat itu,.Jadi dilihat dari fungsinya, pancasila memiliki fungsi utama sebagai dasar Negara RI. Dilihat dari materinya, pancasila di gali dari pandangan hidup bangsa Indonesia yang merupakan jiwa dan kepribadian bangsa. Dasar Negara pancasila terbuat dalam materi atau bahan dalam negri yang yang merupakan asli murni dan menjadi kebanggan bangsa. Dasar Negara kita ini bukan imporan dari luar, ya walaupun mungkin saja sedikit banyaknya mendapat pengaruh dari luar negri. Mengenai nilai-nnilai apa saja yang terkandung dalam pancasila pada hakiaktnya ialah tidak lepas dari pandangan hidup, kesadaran, serta cita-citahukum dan watak bangsa Indonesia yang pada tanngal 18 agustus 1945 telah dimurniakn dan di padatkan oleh PPKI, pancasila menjadi dasar Negara RI.



Sekarang, kita lihat tentang pendidikan, pada hakikatnya adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu Negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya, selaku warga masyarakat, bangsa, dan Negara, secara berguna(berkaitan dengan kemampuan spiritual) dan bermakna (berkaitan dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik) serta mampu mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengankonteks dinamika budaya, bangsa, negara dan hubungan internasionalya.[1]

Di atas telah di uraikan sekilas mengenai pancasila dan pendidikan. Nah, untuk apa sih di ceritakan keduaduanya. Jadi di antara ke duanya itu memiliki hubungan yang sangat erat sekali apabila kita menerawang Negara kita ini dalam hal dunia kependidikannya. Kedua-duanya itu harus disatukan menjadi satu paket yang komplit guna pengajaran yang lebih kependidikan dan berpancasilais(dalam artian memliki karakter bangsa atau akhlak yang baik) tidak hanya dalam hal menyerap ilmu pelajaran tapi juga dalam hal budi pekerti yang seharunya menjadi karakter bangsa yang seperti di cita-citakan.



Nah, dewasa ini dunia pendidikan kita mendapat tanatangan pengaruh kebudayaan dari luar yang kebanyakan kebudayaan yang tidak mendidik dan malah akan mengahncurkan bangsa ini. Itu semua efek dari globalisasi yang tengah berlangsung,bukannya tidak boleh kita menerima rangsangan dari luar, namun rangsangan yang seperti apa dulu yang kita adopsi itu, kalu itu untuk kemajuan bangsa dalam catatan tidak menghilangkan karakter asli bangsa itu tidak masalah, jangan malah sebaliknya. Nah untuk mencegah hal yang buruk itu perlu di adakan atau di munculkan kembali sifat-sifat atau lebih tepatnya nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila yang di terapkan melalui pendidikan.



Nah apabila kita bicara mengenai pendidikan itu tidak lepas dari peranan guru sebagai jembatan yang menghubungkan pancasila itu kepada para murudnya. Guru dalam hal ini memeiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk atau membentengi diri generasi bangsa(dalam hal ini menekannkan kaum muda) agar tidak goyah akan perkembangan arus globalisasi serta westernisasi.[2] Oleh sebab itu, untuk membentuk orang lain maka kita harus membentuk diri kita sendiri dulu. Dalam hal ini guru yang sebagai ujung tombak dalam membentuk karakter pancasilais ini kepada anak didiknya maka ia harus terlebih dahulu membentuk dirinya memjadi seorang yang memiliki atau berkarakter pancasilas.



Jadi guru tersebut memang memahami benar arti penting nilai-nilai, norma, sikap, tingkah laku, yang di jabarkan oleh kelima sila tersebut dan menjadi bagian yang utuh serta tidak terpisahkan dari seluruh cara hidupnya. Dalam artia lagi segala aspek yang terkan dung di dalam pancasila tersebut sudah mendarah daging di dalam diri guru tersebut, baru setelah itu beliau terpkan secara bertahap kepada para anak didiknya, dilakukan secara teratur dan terencana agar nilai-nilai yang terjkandung di dalam pancasila tersebut dapat tertanam dengan baik pula dan mendarah daging di dalam jiwa anak didiknya.[3]



Namun dalam pembentukan nya, karakter pancasilais ini tidak hanya pada golongan dunia pendidikan saja yang mayoritas yang mendapatkan pembinaann itu hanya segelintir golongan(pelajar), tapi mencakup segala aspek yang ada di dalam masyarakat. Hidup bermasyarakat merupakan hidup bersama. Kehidupan bersama ini dapat dilihat dari beberapa segi, mulai dari ekonomi sampai pada pndidikan tadi. Dalam kehidupan bermasyarakat ini selalu Nampak unsure-unsur social yang menjadi objek studi sosiologi. Unsur-unsur social yang pokok ialah norma-norma atau kaidah-kaidah social, lembaga-lembaga social, kelompok-kelompok seryta lapisan social. Unsur-unsur itu saling terkait satu sama lain dan keseluruhannay btiu di sebut struktur social.[4]



Jadi maksudnya ialah tidak hanya dalam dunia pendidikan saja yang di tekankan utnutk memiliki karakter yang pancassilais ini, namun segenap unsure masyarakat yang ada di dalam masyarakat. Jadi semua nya mendapat dan memiliki karakter itu demi membentengi diri dari arus globalisasi serta westarnisasi yang datng dari luar guna mengembang kan kebudayaan mereka di tanah air kita yang kita cintai ini. Apakah mau kita terus di jajah oleh bangsa asing dan tidak mau berdiri sendiri seperti apa yang pernah di ucapaka oleh mendiang presiden kita yang pertama yakni Bapak Presiden Soekarno, yaitu berdikari. Kita di amantkan untuk mau bekerja sendiri, berusaha sendiri tanpa adanyacampur tanga pihak asing yang malah akan membuat kaki kita itu pincang bukan malah berdiri malah cacat dan tergantung pada orang lain.



Nah hal-hal seperti inilah yang harus di hindari dengan menumbuhkan serta menanamkan dan menerapkan semangat karakter asli bangsa kita yang termuat dalam pancasila. Untuk itu segenap aspek yang ada di dalam masyarakat di terapkan karakter itu, ya walapun sulit. Namun lama-kelamaan akan terbentuk dengan sendirinya, dan harus ada yang mengakomodir itu semuatermasuk pemerintah kita. Tapi dalam hal ini dunia pendidikan sangat berperan penting demi memperjuangkan itu semua agar terlaksana dengan baik. Lagi-lagi guru menjadi sebuah figure yang amat menentukan dalam perkembangan karakter generasi muda, apa akan berkarakter pancasila atau barat malah bahkan ga punya karakter sama sekali, jadi tidak jelas mau dibawa kemana nantinya bangsa ini.



Mungkin menjadi sebuah pertanyaan kenapa dunia pendidikan perlu bahakn sangat menetukan dalam hal pembentukan karakter bangsa ini yang smayoritas mereka merupakan golongan muda. Itu di karenakan bahwa para golongan muda lah yang amat berperan penting dalam menetukan arah kapal Negara ini akan tetap kokoh walau ada ombak yang menghadang yang di sebabkan jiwa yang penuh semangat. Nah kalu di lihat dari konteks sejarah pun para golongan nuda lah yang benar-benar bersemngat penuh untuk lepas dari jajhan. Mulai dari gerakan intifadah yang mayoritas pemuda-pemuda palestina yang menginginkan kemrdekaan penuh dari jajahan Israel. Begitu juga Indonesia yang mulai dari sumpah pemuda samapai pelaksanaan dan detik-detik kemerdekaaan Indonesia.



Misalnya, hari-hari setelah 29 agustus adalah hari-hari penuh pergolaka. Hal itu terjadi karena kurang tanggapnya KNI Daerah sehingga memunculkan Peristiwa Tiga Daerah(Pekalongan, Brebes, dan Tegal), konflik pemuda dan tentara Jepang yang meletuskan Perang Semarang, atau Bandung Lautan Api bulan Oktober-November Perang Surabya, dan berbagai Peristiwa lain. Semua dalam upaya menegakkan Republik yang oleh para sejarawan periode kritis 1945-1949 itu di masukkan sebagai Perang Revolusi. Mahasiswa dan pemuda yang sejak awal terlibat, serentak dengan semangat bersama mempertahankan Republik, membentuk sebagai lascar dan barisan perjuangan. Catatan detik-detik sebelum dan sesudah Proklamasi, akhirnya adalah catatan-catatan kecil, sekadar mengingatakan mata rantai proses kelahiran sebuah bangsa dan Negara Republik Indonesia.[5]

Jadi sudah jelas lah kiranya bahwa pemuda itu berperan penting dalam membangun dan menjaga kestabilsan sebuah bangsa dan Negara. Bukan berarti para golongan tua tidak mempunyai peranan, mereaka tetap berjasa dan berperan untuk sampai saat ini. Namu di tangan pemuda itu lebih memiliki jiwa semangat yang lebih di bandingkan yang sudah berumur, ya di sini butuh kerjasama di antara mereka. Yang tua berbagi pengalaman kepada yang muda dan yang muda jangan main seenak nya sendiri saja mentang-mentang sudah di beri keprcayaan. Maka dari itu ddalam dunia pendidikan yang mayoritas pelajar yang pstinya golongan muda butuh arahan dari yang lebih berpengalaman yaitu guru yang menjadi panutan mereka di sekolah maupun di tingkat universitas nantinya. Jadilah seorang pendidik yang menanamkan nilai-nilai luhur bangsa ini, bagaimana etika, nilai, sikap, prilaku, baik itu sesame manusia maupun dengan sang pemcipta. Karena semua itu tercakup di dalam pancasila yang menjadi karakter bangsa ini. Apabila itu semua telah tercapai maka akan terbentuk karakter bangsa yang selama ini di cita-citakan dan guru amat sangat berperan dalam memperjuangkannya.



Menjadi seorang pendidik yang berkarakter pancasilais itu sulit namun itu bias, bagi yang benar-benar memahami nilai-nilai apa saja yang tekandung di dalam ancasila tersebut, misalnya sifat lebih menghargai usaha anak didiknya yangt sungguh-sungguh ingin belajar tidak hanya melihat atau menilai itu dari hasil nya saja, jadi lebih sedikit menghargai usahanya mauppun prosesnya. Sekali lagi untuk menumbuhkan karakter itu butuh perjuangan panjang dan penuh tantangn untuk menerapkannya, apalagi membinaanya ke dalam jiwqa para pelajarnya, ya yang sekarang ini lebih suka dengan kebarat-baratan, memenag itu sulit namun bisa.





[1] Rukiyati,M. hum, dkk. (2008). Pendidikan Pancasila.Yogyakarta: UNY Press. Hal.2





[2] http://tuanmalam.blogspot.com/2009/05/pancasila-di-zaman-presiden-soekarno.htm



[3] Bakry, Noor MS. (1985). Pancasila Yuridis Kenegaraan . Yogyakarta: Liberty. Hal. 185





[4] DR. Suwarno, P.J, S.H. (1993). Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta : Kanisius. Hal. 133



[5] Yunarti D. Rini (2003). BPUPKI, PPKI, Proklamasi Kemerdakaan RI. Jakarta : Kompas. Hal. 155


EmoticonEmoticon

Laman