Senin, 05 Desember 2011

Ketika Rajawali Salah Paham

Tags

Oleh Witantri Dwi Swandini
Alkisah ada  seorang petani yang menemukan telur burung rajawali di sawah dan dibawanya pulang, kemudian  diletakkannya telur  tersebut  di tempat  telur-telur ayam miliknya sehingga  dierami pula oleh sang  induk ayam. Maka ketika telur-telur ayam tersebut menetas, ikut pula telur rajawali ini menetas.  Meskipun badan dan sayap-sayapnya berbeda dengan kakak-kakaknya, sang induk ayam tidak pernah membedakan  ‘anak bungsu’ ini dari kakak-kakaknya.  Hari demi hari tumbuh besar bersama kakak-kakaknya, semakin bedalah postur tubuh dan sayap rajawali ini dengan kakak-kakaknya, tetapi dia tetap merasa bahwa dia bagian dari keluarga yang sama yaitu keluarga ayam.

Suatu hari dia melihat burung yang gagah perkasa terbang di angkasa – burung rajawali, dia bertanya ke kakak-kakaknya, makhluk apakah gerangan yang ada di atas sana ? sang kakak menjawab bahwa itulah makhluk  langit – burung rajawali – yang berbeda dengan dengan kita-kita makhluk bumi yaitu keluarga ayam.

Hari demi hari hidup bersama kakak-kakaknya keluarga ayam, semakin jauh perbedaan adik bungsu ini,  sampai suatu hari kakak-kakaknya sadar bahwa adiknya memang sangat berbeda. Diamatinya benar-benar sang adik ini, kemudian dilihatnya pula burung yang gagah perkasa di angkasa. Maka kakak-kakanya sadar bahwa sang adik tidak lain adalah burung rajawali  seperti yang biasa mereka lihat gagah perkasa di langit sana.

Diyakinkannyalah sang adik bungsu bahwa dia sesungguhnya adalah rajawali makhluk langit yang gagah perkasa dan disuruhnya pula sang adik untuk terbang ke angkasa,  tetapi karena sang adik seumur-umur hidup bersama kakaknya bangsa ayam – dia tidak bisa terbang.  Bahkan meskipun memiliki postur tubuh dan sayap yang berbeda, sang adik juga tidak merasa bahwa dirinya adalah rajawali – dia merasa bahwa dirinya adalah ayam.

Dengan segala upaya kakak-kakaknya meyakinkan si bungsu bahwa dirinya adalah rajawali yang seharusnya bebas terbang dengan perkasa mengarungi angkasa, sang adik tetap tidak bisa terbang – dia tetap merasa bahwa dirinya ayam dan dia puas untuk hidup bersama keluarga ayam yang dikenalnya sejak dia lahir.

Tidak menyerah untuk membantu sang adik menemukan takdirnya sebagai burung rajawali, suatu hari kakak-kakaknya mengajak si bungsu ini untuk berjalan mendaki gunung yang tinggi sampai menemukan tebing yang curam.  Dibujuknya pula sang adik untuk melongokkan kepalanya dan melihat keindahan lembah dibawah sana,  dan dalam posisi inilah sang adik didorong ke arah tebing yang sangat curam tersebut.

Apa yang terjadi ?  Ternyata sang adik dengan gerak refleksnya bisa langsung terbang tinggi sebagai burung rajawali yang gagah perkasa, selama ini  dia hanya salah paham mengira bahwa dirinya  adalah ayam !.

Banyak diantara kita  yang memiliki potensi untuk berkarya dalam berbagai bidang, namun karena kita  salah paham terhadap potensi yang kita miliki sendiri, kita juga salah memilih lingkungan bergaul– kita  tidak bisa secara optimal mengaktualisasikan potensi tersebut.
 Dalam pengembangan bakat misalnya, tidak terhitung buku kita baca, berbagai pelatihan motivasi-pun  sudah kita  ikuti;  tetapi kita tidak kunjung bisa ‘terbang’ dan tetap puas untuk dalam lingkungan yang sekarang. Sampai-sampai kita-pun seperti rajawali yang salah paham, mengira bahwa ‘makhluk langit’ adalah bukan  dia.

Terlalu banyak di antara kita yang merasa kecil hati dan rendah diri, seolah-olah bukan siapa – siapa. Padahal, setiap kita adalah special, setiap kita adalah istimewa. Kita mengira bahwa yang bisa mengolah segala sumber kekayaan alam yang melimpah negeri ini adalah orang lain, bukan  kita.  Yang punya tambang emas, tambang minyak, nikel, hutan industri, mengambil ikan di laut yang luas, memproduksi daging yang cukup, susu yang cukup dlsb.dlsb. adalah bangsa lain yang bukan bangsa kita.

Maka bila motivasi saja tidak cukup untuk membuat kita menjadi rajawali yang bisa terbang tinggi, bisa jadi satu-satunya jalan adalah  memang harus diciptakan situasi yang memaksa kita untuk mengeluarkan seluruh potensi yang sesungguhnya ada pada diri kita ini. Siapa tahu sebagian dari diri kita sejatinya memang ‘rajawali’ yang selama ini hanya salah paham dan mengira diri kita sendiri ‘ayam’ ? Wa Allahu A’lam bishowab..


EmoticonEmoticon

Laman