Oleh Budi Sulaiman
Langkahku terhenti di sebuah persimpangan jalan yang memaksaku untuk memilih diantara kedua jalan ini. Sebenarnya ada sebuah kebingungan besar yang menggelayutiku ketika pilihan itu datang. Aku yakin kedua jalan ini sama-sama baik dan memiliki banyak rintangan pula. Dan aku yakin disana telah menunggu orang-orang yang akan sama-sama tersenyum ketika diriku datang. Jujur sebenarnya aku bingung.
Hingga pada akhirnya aku tetap harus memilih pada satu jalan. Jalan yang kini membawaku pada sebuah harapan serta angan yang besar untuk selalu memberikan manfaat pada banyak orang. Memang belum aku mulai langkah ini, namun kulihat duri disana sudah teramat banyak. Begitupula dengan banyaknya orang yang belum percaya akan kemampuanku. Ya sudahlah, itu pilihan mereka dan kini saatnya aku untuk membuktikannya bahwa semua itu salah.
Aku mencoba untuk mengingat perjuanganku di awal tahun lalu. Masih teringat jelas di benakku, saat awal aku menginjakan kaki di tanah Jogja. Turun dari bus yang pengap dan sesak dengan penumpang dan bingung dengan apa yang akan aku lakukan. Menjadi orang yang tak tahu apa-apa dan bingung dengan semua keadaan. Bahkan sempat kumenangis ketika aku teramat bingun dan tak ada siapapun bersamaku kala itu.
Hingga akhirnya aku bertemu dengan orang-orang hebat. Ada perasaan minder memang ketika harus berjuang bersama orang-orang dahsyat itu. Namun rangkulan hangat mereka terasa begitu hangat untuk ditolak. Sapaan hangat mereka begitu indah, dan ada sebuah keyakinan besar kala itu bahwa disanalah duniaku.
Waktu terus berlalu dan aku mencoba melebarkan sayapku. Aku mencoba bercabang untuk mencari pengalaman dan kawan. Awalnya terasa amat sulit, karena belum kurasakan rangkulan hangat disini. Memang berbeda dari yang pertama, dan aku menyadari itu. Namun kucoba menjalani semuanya dengan beriringan. Hingga pada akhirnya akupun merasa nyaman dengan keduanya.
Kutahu langkahku setahun lalu tak semulus jalan told an tak setenang keheningan malam. Kutahu banyak sekali duri yang menyelinap dalam tanah hingga kadang aku tak mampu melihatnya. Dan kawanku selalu berpesan agar aku tetap istiqomah di jalan yang telah aku pilih. Masih kuingat saat kebosanan menggelayutiku, meskipun sebelumnya emas telah dapat aku genggam. Kawan maafkanlah, aku terkadang memang teramat lemah. Beberapa bulan aku tak bersama kalian, aku tahu itu merupakan pilihan sulit bagiku. Hingga berulang kali dia mencoba untuk selalu menarikku kembali. Dan tarikanmu terakhir kali mampu membawaku kembali.
Berbeda cerita perjalanan antara rumahku yang pertama dan kedua. Di rumahku yang kedua sepertinya semuanya berjalan dengan bisasa saja. Namun kumenemukan sebuah keluarga hebat disini. Banyak pengalaman dan nasihat yang aku dapat. Dari ketidaksesuaian yang pada waktu awal menghantuiku, kini sudah berhasil aku lepaskan. Aku ganti dengan kenyamanan.
Aku sadar, bahwa memang di rumah pertamakulah aku banyak menerima pelajaran. Bagaimana bersyukur dan berfikir dalam desakan yang menghadang. Disanalah aku bertambah dewasa dan disanalah aku muncul ke permukaan. Dari orang yang pendiam dan tak dikenal menjadi pribadi yang cukup disegani banyak kawan. Terima kasih kawan atas didikanmu terhadapku, sungguh aku tidak akan pernah lupa saat kita bersama-sama.
Teramat banyak cerita yang kita goreskan dengan pena. Entah berapa banyak pena yang akan habis ketika kutuliskan segala kenangan indah bersama kita dulu. Entah itu suka maupun duka, aku selalu mengingatnya. Namun aku yakin karena kalianlah aku mampu berdiri disini saat ini. Memegang tombak kepemimpinan untuk masa depan.
Namun, kini aku harus memilih dan segalanya sudah diputuskan oleh Sang Maha Tahu. Tuhan telah memilihkan jalan ini untukku. Kelak disinilah aku harus memulai kembali semua cerita. Namun yakinlah segalanya tidak akan pernah aku lupakan. Kalau aku bisa memilih pastilah aku memilih keduanya. Namun itu tidak akan mungkin terjadi. Langkahku akan teramat letih dan akan semakin banyak duri yang mungkin menancap di kakiku.
Kawan, disinilah aku meneruskan langkah. Tidak lagi bersamamu memang. Namun aku bahagia pernah bersama kalian. Mengukir sebuah cerita dalam asa. Merancang masa depan penuh cerita. Walau memang sering kebosanan itu datang dan membawaku untuk sedikit melebar dari kalian. Namun bersama kalianlah sesungguhnya aku besar.
Kawan, berat aku rasakan ketika harus berpisah dengan kalian. Berada di jalan yang berbeda itu tidak mudah, namun inilah pilihan hidupku. Disinilah aku harus memulai semuanya. Tapi tenanglah aku tidak akan mengecewakan kalian disini. Aku pergi bukan aku tak berani, melainkan ini pilihan dalam hati.
Saat takdir memilihkanku pada jalan ini. Aku meyakinkan hati. Terima kasih utnuk segala didikan dan pelajaran yang telah diberikan. Tetes keringat dan air mata semoga mampu menjadi sebuah cerita yang indah. Cerita yang tidak begitu mudah untuk dilupakan. Terima kasih telah memberi kesempatan bagiku untuk berkarya. Terima kasih telah menjadikanku sebagai sosok yang dewasa.
Kalianlah orang-orang hebat dan kalianlah keluarga dahsyat. Tetapalah berjuang, ada atau tidaknya aku dibarisan kalian. Aku akan tetap bersama kalian walau di barisan yang berbeda. Tetaplah bersemangat kawan, jalan kita masih panjang.
Disaat segalanya harus berakhir. Dan disaat kebersamaan kita telah sampai pada ujung. Kini aku paham akan arti sebuah kebersamaan itu dan kini aku tahu akan keindahan persaudaraan yang telah kita rangkai. Kawan, kelak aku akan merindukan kalian. Merindukan masa-masa perjuangan bersama kalian. Kini aku tahu bahwa kalian telah mampu mengikat hatiku dalam sebuah persaudaraan yang hakiki. Bila mampu kuputar ulang waktu, pastilah saat bersama kalian aku bahagia.
Kawan tetaplah berjuang, biarkan aku memilih jalanku. Biarkan aku berjuang dengan langkah-langkahku. Kini aku yakin semuanya memang sudah menjadi suratan dan jalan cerita kita bersama. Semangat untuk kalian semua, aku bahagia pernah mengukir cerita bersama.
Salam Perjuangan!!!
Aku, dijalan perjuangan yang telah aku pilih
Merindukan sosok kalian untuk lebih lama lagi bersamaku.
Yogyakarta, 24 Desember 2011
Langkahku terhenti di sebuah persimpangan jalan yang memaksaku untuk memilih diantara kedua jalan ini. Sebenarnya ada sebuah kebingungan besar yang menggelayutiku ketika pilihan itu datang. Aku yakin kedua jalan ini sama-sama baik dan memiliki banyak rintangan pula. Dan aku yakin disana telah menunggu orang-orang yang akan sama-sama tersenyum ketika diriku datang. Jujur sebenarnya aku bingung.
Hingga pada akhirnya aku tetap harus memilih pada satu jalan. Jalan yang kini membawaku pada sebuah harapan serta angan yang besar untuk selalu memberikan manfaat pada banyak orang. Memang belum aku mulai langkah ini, namun kulihat duri disana sudah teramat banyak. Begitupula dengan banyaknya orang yang belum percaya akan kemampuanku. Ya sudahlah, itu pilihan mereka dan kini saatnya aku untuk membuktikannya bahwa semua itu salah.
Aku mencoba untuk mengingat perjuanganku di awal tahun lalu. Masih teringat jelas di benakku, saat awal aku menginjakan kaki di tanah Jogja. Turun dari bus yang pengap dan sesak dengan penumpang dan bingung dengan apa yang akan aku lakukan. Menjadi orang yang tak tahu apa-apa dan bingung dengan semua keadaan. Bahkan sempat kumenangis ketika aku teramat bingun dan tak ada siapapun bersamaku kala itu.
Hingga akhirnya aku bertemu dengan orang-orang hebat. Ada perasaan minder memang ketika harus berjuang bersama orang-orang dahsyat itu. Namun rangkulan hangat mereka terasa begitu hangat untuk ditolak. Sapaan hangat mereka begitu indah, dan ada sebuah keyakinan besar kala itu bahwa disanalah duniaku.
Waktu terus berlalu dan aku mencoba melebarkan sayapku. Aku mencoba bercabang untuk mencari pengalaman dan kawan. Awalnya terasa amat sulit, karena belum kurasakan rangkulan hangat disini. Memang berbeda dari yang pertama, dan aku menyadari itu. Namun kucoba menjalani semuanya dengan beriringan. Hingga pada akhirnya akupun merasa nyaman dengan keduanya.
Kutahu langkahku setahun lalu tak semulus jalan told an tak setenang keheningan malam. Kutahu banyak sekali duri yang menyelinap dalam tanah hingga kadang aku tak mampu melihatnya. Dan kawanku selalu berpesan agar aku tetap istiqomah di jalan yang telah aku pilih. Masih kuingat saat kebosanan menggelayutiku, meskipun sebelumnya emas telah dapat aku genggam. Kawan maafkanlah, aku terkadang memang teramat lemah. Beberapa bulan aku tak bersama kalian, aku tahu itu merupakan pilihan sulit bagiku. Hingga berulang kali dia mencoba untuk selalu menarikku kembali. Dan tarikanmu terakhir kali mampu membawaku kembali.
Berbeda cerita perjalanan antara rumahku yang pertama dan kedua. Di rumahku yang kedua sepertinya semuanya berjalan dengan bisasa saja. Namun kumenemukan sebuah keluarga hebat disini. Banyak pengalaman dan nasihat yang aku dapat. Dari ketidaksesuaian yang pada waktu awal menghantuiku, kini sudah berhasil aku lepaskan. Aku ganti dengan kenyamanan.
Aku sadar, bahwa memang di rumah pertamakulah aku banyak menerima pelajaran. Bagaimana bersyukur dan berfikir dalam desakan yang menghadang. Disanalah aku bertambah dewasa dan disanalah aku muncul ke permukaan. Dari orang yang pendiam dan tak dikenal menjadi pribadi yang cukup disegani banyak kawan. Terima kasih kawan atas didikanmu terhadapku, sungguh aku tidak akan pernah lupa saat kita bersama-sama.
Teramat banyak cerita yang kita goreskan dengan pena. Entah berapa banyak pena yang akan habis ketika kutuliskan segala kenangan indah bersama kita dulu. Entah itu suka maupun duka, aku selalu mengingatnya. Namun aku yakin karena kalianlah aku mampu berdiri disini saat ini. Memegang tombak kepemimpinan untuk masa depan.
Namun, kini aku harus memilih dan segalanya sudah diputuskan oleh Sang Maha Tahu. Tuhan telah memilihkan jalan ini untukku. Kelak disinilah aku harus memulai kembali semua cerita. Namun yakinlah segalanya tidak akan pernah aku lupakan. Kalau aku bisa memilih pastilah aku memilih keduanya. Namun itu tidak akan mungkin terjadi. Langkahku akan teramat letih dan akan semakin banyak duri yang mungkin menancap di kakiku.
Kawan, disinilah aku meneruskan langkah. Tidak lagi bersamamu memang. Namun aku bahagia pernah bersama kalian. Mengukir sebuah cerita dalam asa. Merancang masa depan penuh cerita. Walau memang sering kebosanan itu datang dan membawaku untuk sedikit melebar dari kalian. Namun bersama kalianlah sesungguhnya aku besar.
Kawan, berat aku rasakan ketika harus berpisah dengan kalian. Berada di jalan yang berbeda itu tidak mudah, namun inilah pilihan hidupku. Disinilah aku harus memulai semuanya. Tapi tenanglah aku tidak akan mengecewakan kalian disini. Aku pergi bukan aku tak berani, melainkan ini pilihan dalam hati.
Saat takdir memilihkanku pada jalan ini. Aku meyakinkan hati. Terima kasih utnuk segala didikan dan pelajaran yang telah diberikan. Tetes keringat dan air mata semoga mampu menjadi sebuah cerita yang indah. Cerita yang tidak begitu mudah untuk dilupakan. Terima kasih telah memberi kesempatan bagiku untuk berkarya. Terima kasih telah menjadikanku sebagai sosok yang dewasa.
Kalianlah orang-orang hebat dan kalianlah keluarga dahsyat. Tetapalah berjuang, ada atau tidaknya aku dibarisan kalian. Aku akan tetap bersama kalian walau di barisan yang berbeda. Tetaplah bersemangat kawan, jalan kita masih panjang.
Disaat segalanya harus berakhir. Dan disaat kebersamaan kita telah sampai pada ujung. Kini aku paham akan arti sebuah kebersamaan itu dan kini aku tahu akan keindahan persaudaraan yang telah kita rangkai. Kawan, kelak aku akan merindukan kalian. Merindukan masa-masa perjuangan bersama kalian. Kini aku tahu bahwa kalian telah mampu mengikat hatiku dalam sebuah persaudaraan yang hakiki. Bila mampu kuputar ulang waktu, pastilah saat bersama kalian aku bahagia.
Kawan tetaplah berjuang, biarkan aku memilih jalanku. Biarkan aku berjuang dengan langkah-langkahku. Kini aku yakin semuanya memang sudah menjadi suratan dan jalan cerita kita bersama. Semangat untuk kalian semua, aku bahagia pernah mengukir cerita bersama.
Salam Perjuangan!!!
Aku, dijalan perjuangan yang telah aku pilih
Merindukan sosok kalian untuk lebih lama lagi bersamaku.
Yogyakarta, 24 Desember 2011
1 komentar so far
Keren... ^_^
EmoticonEmoticon