Seorang ibu di Saudi Arabia dilarikan ke rumah sakit di Jeddah, karena mendengar putrinya yang berusia 7 tahun telah diculik orang. Si ibu terkena serangan jantung.
Ketika keluarga akan melapor ke polisi, muncullah Fatimah, gadis kecil yang hilang tesebut, dengan tertawa-tawa. Ia dan kakak perempuannya yang berusia 15 tahun ternyata sepakat untuk membohongi ibu mereka pada hari Ahad tanggal 1 April kemarin, dalam rangka April Fool's Day.
Cerita di atas benar-benar terjadi, sebagaimana dilaporkan Saudi Gazette (02/04/2012).
April Fool's Day lebih akrab di telinga masyarakat Indonesia dengan sebutan April Mop. Istilah yang terakhir ini diserap dari bahasa Belanda, mop, yang berarti lelucon. Pada hari itu, kebohongan dan dusta menjadi halal, hanya demi gurauan dan kesenangan semata, tanpa memikirkan akibat buruknya.
“Kalau anak-anak kita ikut-ikutan merayakan April Mop, berarti kita sedang mengajari mereka menjadi penipu dan pembunuh karakter umat Islam,” kata Direktur Lembaga Kajian Politik dan Syariat Islam (LKPSI) Fauzan Al Anshari kepada hidayatullah.com belum lama ini. Fauzan menjelaskan, dalam sejarahnya, April Mop dimulai pada 1 April tahun 1487, berupa perayaan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara Salib yang dilakukan lewat cara-cara penipuan. Ketika itu, sisa-sisa kaum Muslim yang masih hidup di Spanyol ditipu Kristen setelah kalah dan akan dikirim pulang ke Afrika Utara. Saat mereka keluar rumah menuju pelabuhan, secara cepat pasukan Salib membakar rumah dan kapal yang telah dipersiapkan. Akhirnya, umat Islam yang dijanjikan perlindungan pun dibantai. Tragedi pembantaian itu bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah, menurut Fauzan, yang kemudian diperingati oleh dunia Kristen setiap tanggal 1 April sebagai April Fool's Day.
Tidak masuk akal
Cerita tentang asal-muasal April Mop seperti yang dikisahkan Fauzan banyak diterima oleh kaum Muslim. Namun, ada yang berpendapat lain.
Menurut Muhammad Tariq Ghazi --seorang jurnalis dan sejarawan veteran yang bermukim di Kanada, penulis buku 'The Cartoons Cry' tentang pelecehan kartun-kartun Denmark atas Nabi Muhammad dan Islam-- cerita sejarah April Mop seperti di atas tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bahkan, menurut Ghazi, bisa jadi cerita itu adalah salah satu cerita karangan untuk membodoh-bodohi Muslim dalam rangka April Mop itu sendiri.
Dalam tulisannya berjudul 'Truth About April Fool's Day and Muslim Representative Method of Scientific Inquiry' (2007), Ghazi menjelaskan mengapa cerita bahwa Muslim di Andalusia dikalahkan oleh Spanyol dengan cara menipu tersebut tidak masuk akal.
Pertama, menurut sejarah yang tercatat oleh sejarawan dan buku-buku ensiklopedia atau setidaknya di situs pariwisata Spanyol, Los Reyes Catlicos (bangsawan kerajaan Katolik) menaklukkan orang-orang Moor (Muslim di Spanyol) yang menguasai Granada pada 2 Januari 1492. Pada tanggal itu pemimpin Muslim Muhammad XII yang dikenal juga sebagai Boabdil, atau Abdullah dalam bahasa Arab, menyerah sepenuhnya dan melimpahkan kekuasaan atas Granada kepada Ferdinand dan Isabella. Los Reyes Catlicos adalah gelar untuk kedua raja dan ratu Spanyol tersebut, yang diberikan oleh Paus Alexander VI setelah wilayah Muslim Granada ditaklukkan.
Kedua, disebutkan bahwa orang-orang Kristen Spanyol, sebelum mengalahkan kaum Muslim, mengirim mata-mata guna menyelidiki kebiasaan orang-orang Islam. Setelah itu, dikirimlah minuman beralkohol dan tembakau (rokok) untuk melalaikan Muslim di sana.
Kristen Spanyol mengirim mata-mata untuk mengetahui kebiasaan hidup Muslim di Andalusia, dinilai Ghazi sebagai hal yang aneh. Sebab, tanpa harus mengirim mata-mata pun mereka sudah tahu bagaimana kehidupan sehari-hari umat Islam di sana, karena kedua komunitas hidup berdampingan selama bertahun-tahun sejak Islam masuk ke Andalusia.
Begitu banyak umat Islam yang diperdayai dengan minuman beralkohol juga kedengaran aneh. Sebab, setiap Muslim sudah jelas mengetahui hukum menenggak minuman keras, yaitu haram. Kalau toh ada yang nekat melanggarnya, tidak mungkin dilakukan oleh begitu banyak orang dalam komunitas Muslim yang besar dalam waktu bersamaan.
Di samping itu, tembakau baru dikenal masyarakat Eropa pada abad ke-19. Sigaret (cigarettes) --yang arti harfiahnya rokok-rokok kecil, dibuat untuk konsumsi orang-orang miskin-- baru diproduksi massal tahun 1880an atau 400 tahun setelah Granada yang dikuasai Muslim jatuh ke tangan Kristen Spanyol.
Dengan demikian, terdengar kurang masuk akal jika dikatakan bahwa minuman beralkohol dan rokok dipakai untuk melalaikan Muslim sehingga wilayah Andalusia yang dikuasai pemerintah Islam jatuh ke tangan Spanyol.
Lebih konyol lagi, menurut Ghazi, Muslim mempercayai cerita sejarah April Mop itu tanpa memakai kaidah penelitian fakta sejarah yang ilmiah sebagaimana yang diajarkan dalam Islam.
Dalam Islam dikenal adanya ilmu hadits. Bahwa kabar yang disampaikan oleh orang tertentu harus diperiksa sedemikian rupa, baik faktanya (masuk akal atau tidak, saling bertentangan atau tidak) maupun si pembawa berita atau pesan (orang jujur, fasik atau pendusta). Dalam cerita April Mop ini, tidak jelas siapa periwatnya dan cerita apa yang diriwayatkannya.
Maka, menurut Ghazi, umat Islam tidak seharusnya mempercayai begitu saja cerita tentang asal-mula April Mop tanpa memeriksanya lebih lanjut dengan memakai kaidah ilmiah.
Pada 1 April 1957, lembaga penyiaran internasional yang di segani BBC dalam program acara 'Panorama' yang masih langgeng hingga saat ini, menurunkan laporan tentang petani Swiss yang memanen spageti dari pepohonan di kebun mereka, lengkap dengan gambar aktivitas memetik pasta yang berjuntai-juntai. Begitu terpesonanya para pemirsa, banyak yang menghubungi BBC untuk bertanya apa dan bagaimana cara menanam pohon berbuah spageti itu.
Sampai saat ini, kebohongan itu menjadi lelucon April Fool's Day yang paling dikenal orang.
Sejarah tidak jelas
Membuat lelucon, kegiatan usil, iseng, bukan monopoli suatu bangsa. Senang bergurau adalah bagian dari sifat manusia yang melekat secara universal.
Mungkin karena itu, di Eropa sendiri --yang diyakini menjadi asal kebiasaan gurauan ini-- sejarah asal mula April Fool's Day tidak diketahui secara pasti.
Berdasarkan catatan sejarah budaya bangsa Eropa, masing-masing negara memiliki perayaan lelucon tersebut yang serupa tapi sedikit berbeda satu sama lainnya.
The Museum of Hoaxes, museum yang mengumpulkan berita kabar-burung dan simpang-siur yang jelas-jelas kebohongannya atau tidak jelas kebenarannya, memaparkan beberapa perkiraan tentang asal mula lelucon April Fool's Day atau tradisi sejenisnya.
Menurut pakar sejarah, tradisi April Fool's Day baru jelas tercatat sejak abad ke-18 Masehi. Meski demikian, ketika itu kebiasaan tersebut sudah mendarah-daging dalam tradisi masyarakat di seluruh Eropa dan dianggap sebagai kebiasaan yang sangat unik.
Sejarah tertulis paling tua tentang tradisi lelucon itu berasal dari tahun 1500an. Namun, lagi-lagi, keterangannya tidak jelas.
Shakespeare yang dianggap sebagai tokoh sentral sastra di Eropa yang aktif menulis di akhir abad XVI dan awal abad XVII tidak menyebut-nyebut tentang tradisi itu. Sementara Charles Dickens Jr menyebut adanya tradisi konyol tersebut.
Teori yang terkemuka tentang awal April Fool's Day berasal dari Prancis.
Pada tahun 1564 Masehi Prancis mengubah awal kalendernya, dari akhir Maret menjadi 1 Januari. Orang-orang yang masih ngotot memakai kalender lama, menjadi bahan olok-olok temannya. Orang-orang kolot itu diusili, punggung mereka ditempeli kertas berbentuk ikan.
Kebiasaan iseng di awal April itu kemudian dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Poisson d'Avril, merujuk pada gambar poisson (bahasa Prancis artinya ikan) yang ditempelkan ke punggung para korban dan Avril (bulan April).
Namun, teori ini pun diragukan. Pasalnya, kalender di Eropa buatan Julius Ceasar sudah sejak 46 Sebelum Masehi menetapkan bahwa awal tahun adalah 1 Januari.
Selain itu, pada tahun 1500an Masehi kalender di Eropa sedang kacau, seiring dengan menyebarnya ajaran Kristen di seluruh penjuru benua itu. Orang-orang Kristen ingin agar awal tahun dilekatkan dengan tradisi agama mereka yang lebih besar, seperti Natal atau Paskah. Sebagian negara tetap menggunakan 1 Januari sebagai awal tahun, dan menganggap hari itu bertepatan dengan waktu Yesus disunat.
Prancis sendiri menggunakan waktu Paskah sebagai awal tahun hanya untuk keperluan administrasi dan hukum negara. Mereka tetap mengikuti kebiasaan orang Romawi yang merayakan 1 Januari dengan bertukar kado atau hadiah.
Pemindahan awal tahun ke 1 Januari di Prancis, menurut sejarah juga tidak dilakukan secara tiba-tiba, melainkan secara gradual. Dan perayaan tahun baru di negara itu tidak pernah ada kaitan yang jelas dengan 1 April.
Teori April Fool's Day dikaitkan dengan perubahan awal kalender Eropa semakin tidak masuk akal jika dilihat dari sejarah Inggris. Sebab, Inggris mengubah awal kalendernya menjadi 1 Januari pada tahun 1752. Saat itu, April Fool's Day telah menjadi tradisi kuat masyarakat setempat.
Kolektor barang antik tekemuka Inggris John Aubrey gemar mengumpulkan catatan-catatan tentang tradisi dan takhayul dalam masyarakat umum. Pada tahun 1686 dalam karyanya yang berjudul 'Remains of Gentilism and Judaism' ia menulis, “Fooles holy day. We observe it on ye first of April. And so it is kept in Germany everywhere.” Dari sini jelas, April Fool's telah menjadi tradisi di mana-mana.
Perayaan serupa
Kita tinggalkan tentang tanggal dan penyebab awal mula lelucon 1 April muncul. Mari kita melihat tradisi yang berkembang dalam masyarakat periode sebelumnya. Di mana tradisi lelucon serupa juga terlihat.
Orang-orang Romawi mengenal festival Saturnalia. Tradisi ini dilakukan setiap akhir Desember. Pada perayaan tersebut, semua orang bersenang-senang dan saling bertukar hadiah. Para budak bahkan diperbolehkan pura-pura menjadi majikan mereka, mengolok-olok raja dan Lord of Misrule.
Lord of Misrule adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin pesta mabuk-mabukan dan gila-gilaan, biasanya ia adalah petani atau orang rendahan yang “diangkat” menjadi raja sehari.
Saturnalia adalah kebiasaan masyarakat pagan Romawi yang menyembah Dewa Saturnus. Pada Abad ke-4 Masehi, tradisi itu digeser perayaannya menjadi 1 Januari dan banyak tradisi mereka kemudian dikaitkan dengan perayaan agama Kristen (Natal).
Orang-orang Romawi juga mengenal Hilaria, perayaan kebangkitan Attis, putra dari Bunda Agung Cybele.
Orang-orang Eropa Utara merayakan Festival of Lud, yang dipersembahkan untuk Lud, dewa humornya bangsa Celtic.
Di Abad Pertengahan ada perayaan Festus Fatuorum (Feast of Fools). Mirip dengan Saturnalia, tetapi yang diolok-olok adalah ritual gereja. Di samping itu, cara mereka mengolok-olok ajaran gereja sering kali sangat kelewat batas dan keterlaluan. Sehingga, otoritas gereja ketika itu mengecam perayaan ini. Festival bodoh tersebut bertahan dua ratus tahun, dari abad ke-15 sampai abad ke-17.
Mitos dan tradisi pagan
Sejumlah perayaan di Inggris pada Abad Pertengahan memiliki kemiripan dengan April Fool's Day.
Tradisi Hoke-Tide atau Hock-Tide biasa dilakukan sekitar Paskah. Pria atau wanita biasanya mencegat orang asing yang berlawanan jenis, lalu mengikatnya dengan tali dan membebaskannya jika korban sudah memberi uang sumbangan amal.
Ada lagi Shig-Shag atau Shick-Shack Day yang dirayakan pada 20 Mei. Orang-orang menempatkan tangkai pohon apel oak di topi atau kerah mereka, sebagai penghormatan kepada bangsawan kerajaan. Sebab, diyakini Raja Charles II selamat dari kejaran pasukan Cromwell dengan cara bersembunyi di pohon apel oak. Mereka yang tidak mengenakannya akan diolok-olok.
Namun, tradisi itu menurut sejarawan kemungkinan berasal dari budaya pagan dari orang-orang yang menyembah pohon.
Sejumlah pakar sejarah menduga, tradisi pencarian sia-sia dalam April Fool's Day berakar dari mitologi Romawi. Di mana Pluto --dewa orang-orang yang mati-- menculik Proserpina dan membawanya ke dunia bawah. Ibu Prosperina, Ceres, yang mencari-cari putrinya hanya bisa mendengar suara anaknya yang meminta tolong, tanpa berhasil menemukannya.
Ada pula yang mengatakan, aktivitas-aktivitas konyol dan sia-sia dalam perayaan 1 April berangkat dari cerita populer di kalangan Kristen tentang kesalahan Nabi Nuh yang melepaskan seekor burung dara sebelum air banjir surut. Atau cerita tentang perjalanan sia-sia Yesus yang diutus pergi dari Pilate ke Herod dan kembali lagi. Adanya ungkapan “Sending a man from Pilate to Herod” untuk menyatakan perbuatan sia-sia, dianggap sebagai buktinya.
Manfaat
Terlepas dari asal-mula perayaan April Mop, kiranya pendapat Ali bin Rajab, seorang mahasiswa Universitas Raja Abdulaziz di Jeddah patut diapresiasi. Menurutnya, tradisi bohong pada 1 April sebaiknya diubah menjadi kebiasaan untuk jujur lewat kampanye “Hari Kejujuran Dunia”.
“Kita harus memberi pencerahan kepada para pemuda bahwa berbohong bukanlah bagian dari diri kita dan juga agama kita. Kejujuran adalah dasar dari moral Islam kita, sehingga seseorang tidak biasa berbohong,” kata Ali, sebagai mana dikutip Saudi Gazette (02/04/2012).
April Mop menghalalkan orang untuk mengolok-olok dan berbohong kepada orang lain hanya untuk tertawa.
Dusta dalam Islam, menunjukkan rusaknya iman, hati dan kehormatan seseorang.
Perayaan berupa mengolok-olok itu pun berangkat dari kebiasaan orang-orang penyembah berhala, praktek peribadatan yang jelas bertentangan dengan ajaran tauhid Islam.
Ada atau tidaknya perayaan April Mop dengan sejarah pembantaian umat Islam, kebiasaan bodoh setiap awal bulan April tersebut sangat tidak layak untuk dilakukan oleh orang yang mengaku Muslim.*
(http://www.hidayatullah.com, 2012)
Ketika keluarga akan melapor ke polisi, muncullah Fatimah, gadis kecil yang hilang tesebut, dengan tertawa-tawa. Ia dan kakak perempuannya yang berusia 15 tahun ternyata sepakat untuk membohongi ibu mereka pada hari Ahad tanggal 1 April kemarin, dalam rangka April Fool's Day.
Cerita di atas benar-benar terjadi, sebagaimana dilaporkan Saudi Gazette (02/04/2012).
April Fool's Day lebih akrab di telinga masyarakat Indonesia dengan sebutan April Mop. Istilah yang terakhir ini diserap dari bahasa Belanda, mop, yang berarti lelucon. Pada hari itu, kebohongan dan dusta menjadi halal, hanya demi gurauan dan kesenangan semata, tanpa memikirkan akibat buruknya.
“Kalau anak-anak kita ikut-ikutan merayakan April Mop, berarti kita sedang mengajari mereka menjadi penipu dan pembunuh karakter umat Islam,” kata Direktur Lembaga Kajian Politik dan Syariat Islam (LKPSI) Fauzan Al Anshari kepada hidayatullah.com belum lama ini. Fauzan menjelaskan, dalam sejarahnya, April Mop dimulai pada 1 April tahun 1487, berupa perayaan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara Salib yang dilakukan lewat cara-cara penipuan. Ketika itu, sisa-sisa kaum Muslim yang masih hidup di Spanyol ditipu Kristen setelah kalah dan akan dikirim pulang ke Afrika Utara. Saat mereka keluar rumah menuju pelabuhan, secara cepat pasukan Salib membakar rumah dan kapal yang telah dipersiapkan. Akhirnya, umat Islam yang dijanjikan perlindungan pun dibantai. Tragedi pembantaian itu bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah, menurut Fauzan, yang kemudian diperingati oleh dunia Kristen setiap tanggal 1 April sebagai April Fool's Day.
Tidak masuk akal
Cerita tentang asal-muasal April Mop seperti yang dikisahkan Fauzan banyak diterima oleh kaum Muslim. Namun, ada yang berpendapat lain.
Menurut Muhammad Tariq Ghazi --seorang jurnalis dan sejarawan veteran yang bermukim di Kanada, penulis buku 'The Cartoons Cry' tentang pelecehan kartun-kartun Denmark atas Nabi Muhammad dan Islam-- cerita sejarah April Mop seperti di atas tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bahkan, menurut Ghazi, bisa jadi cerita itu adalah salah satu cerita karangan untuk membodoh-bodohi Muslim dalam rangka April Mop itu sendiri.
Dalam tulisannya berjudul 'Truth About April Fool's Day and Muslim Representative Method of Scientific Inquiry' (2007), Ghazi menjelaskan mengapa cerita bahwa Muslim di Andalusia dikalahkan oleh Spanyol dengan cara menipu tersebut tidak masuk akal.
Pertama, menurut sejarah yang tercatat oleh sejarawan dan buku-buku ensiklopedia atau setidaknya di situs pariwisata Spanyol, Los Reyes Catlicos (bangsawan kerajaan Katolik) menaklukkan orang-orang Moor (Muslim di Spanyol) yang menguasai Granada pada 2 Januari 1492. Pada tanggal itu pemimpin Muslim Muhammad XII yang dikenal juga sebagai Boabdil, atau Abdullah dalam bahasa Arab, menyerah sepenuhnya dan melimpahkan kekuasaan atas Granada kepada Ferdinand dan Isabella. Los Reyes Catlicos adalah gelar untuk kedua raja dan ratu Spanyol tersebut, yang diberikan oleh Paus Alexander VI setelah wilayah Muslim Granada ditaklukkan.
Kedua, disebutkan bahwa orang-orang Kristen Spanyol, sebelum mengalahkan kaum Muslim, mengirim mata-mata guna menyelidiki kebiasaan orang-orang Islam. Setelah itu, dikirimlah minuman beralkohol dan tembakau (rokok) untuk melalaikan Muslim di sana.
Kristen Spanyol mengirim mata-mata untuk mengetahui kebiasaan hidup Muslim di Andalusia, dinilai Ghazi sebagai hal yang aneh. Sebab, tanpa harus mengirim mata-mata pun mereka sudah tahu bagaimana kehidupan sehari-hari umat Islam di sana, karena kedua komunitas hidup berdampingan selama bertahun-tahun sejak Islam masuk ke Andalusia.
Begitu banyak umat Islam yang diperdayai dengan minuman beralkohol juga kedengaran aneh. Sebab, setiap Muslim sudah jelas mengetahui hukum menenggak minuman keras, yaitu haram. Kalau toh ada yang nekat melanggarnya, tidak mungkin dilakukan oleh begitu banyak orang dalam komunitas Muslim yang besar dalam waktu bersamaan.
Di samping itu, tembakau baru dikenal masyarakat Eropa pada abad ke-19. Sigaret (cigarettes) --yang arti harfiahnya rokok-rokok kecil, dibuat untuk konsumsi orang-orang miskin-- baru diproduksi massal tahun 1880an atau 400 tahun setelah Granada yang dikuasai Muslim jatuh ke tangan Kristen Spanyol.
Dengan demikian, terdengar kurang masuk akal jika dikatakan bahwa minuman beralkohol dan rokok dipakai untuk melalaikan Muslim sehingga wilayah Andalusia yang dikuasai pemerintah Islam jatuh ke tangan Spanyol.
Lebih konyol lagi, menurut Ghazi, Muslim mempercayai cerita sejarah April Mop itu tanpa memakai kaidah penelitian fakta sejarah yang ilmiah sebagaimana yang diajarkan dalam Islam.
Dalam Islam dikenal adanya ilmu hadits. Bahwa kabar yang disampaikan oleh orang tertentu harus diperiksa sedemikian rupa, baik faktanya (masuk akal atau tidak, saling bertentangan atau tidak) maupun si pembawa berita atau pesan (orang jujur, fasik atau pendusta). Dalam cerita April Mop ini, tidak jelas siapa periwatnya dan cerita apa yang diriwayatkannya.
Maka, menurut Ghazi, umat Islam tidak seharusnya mempercayai begitu saja cerita tentang asal-mula April Mop tanpa memeriksanya lebih lanjut dengan memakai kaidah ilmiah.
Pada 1 April 1957, lembaga penyiaran internasional yang di segani BBC dalam program acara 'Panorama' yang masih langgeng hingga saat ini, menurunkan laporan tentang petani Swiss yang memanen spageti dari pepohonan di kebun mereka, lengkap dengan gambar aktivitas memetik pasta yang berjuntai-juntai. Begitu terpesonanya para pemirsa, banyak yang menghubungi BBC untuk bertanya apa dan bagaimana cara menanam pohon berbuah spageti itu.
Sampai saat ini, kebohongan itu menjadi lelucon April Fool's Day yang paling dikenal orang.
Sejarah tidak jelas
Membuat lelucon, kegiatan usil, iseng, bukan monopoli suatu bangsa. Senang bergurau adalah bagian dari sifat manusia yang melekat secara universal.
Mungkin karena itu, di Eropa sendiri --yang diyakini menjadi asal kebiasaan gurauan ini-- sejarah asal mula April Fool's Day tidak diketahui secara pasti.
Berdasarkan catatan sejarah budaya bangsa Eropa, masing-masing negara memiliki perayaan lelucon tersebut yang serupa tapi sedikit berbeda satu sama lainnya.
The Museum of Hoaxes, museum yang mengumpulkan berita kabar-burung dan simpang-siur yang jelas-jelas kebohongannya atau tidak jelas kebenarannya, memaparkan beberapa perkiraan tentang asal mula lelucon April Fool's Day atau tradisi sejenisnya.
Menurut pakar sejarah, tradisi April Fool's Day baru jelas tercatat sejak abad ke-18 Masehi. Meski demikian, ketika itu kebiasaan tersebut sudah mendarah-daging dalam tradisi masyarakat di seluruh Eropa dan dianggap sebagai kebiasaan yang sangat unik.
Sejarah tertulis paling tua tentang tradisi lelucon itu berasal dari tahun 1500an. Namun, lagi-lagi, keterangannya tidak jelas.
Shakespeare yang dianggap sebagai tokoh sentral sastra di Eropa yang aktif menulis di akhir abad XVI dan awal abad XVII tidak menyebut-nyebut tentang tradisi itu. Sementara Charles Dickens Jr menyebut adanya tradisi konyol tersebut.
Teori yang terkemuka tentang awal April Fool's Day berasal dari Prancis.
Pada tahun 1564 Masehi Prancis mengubah awal kalendernya, dari akhir Maret menjadi 1 Januari. Orang-orang yang masih ngotot memakai kalender lama, menjadi bahan olok-olok temannya. Orang-orang kolot itu diusili, punggung mereka ditempeli kertas berbentuk ikan.
Kebiasaan iseng di awal April itu kemudian dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Poisson d'Avril, merujuk pada gambar poisson (bahasa Prancis artinya ikan) yang ditempelkan ke punggung para korban dan Avril (bulan April).
Namun, teori ini pun diragukan. Pasalnya, kalender di Eropa buatan Julius Ceasar sudah sejak 46 Sebelum Masehi menetapkan bahwa awal tahun adalah 1 Januari.
Selain itu, pada tahun 1500an Masehi kalender di Eropa sedang kacau, seiring dengan menyebarnya ajaran Kristen di seluruh penjuru benua itu. Orang-orang Kristen ingin agar awal tahun dilekatkan dengan tradisi agama mereka yang lebih besar, seperti Natal atau Paskah. Sebagian negara tetap menggunakan 1 Januari sebagai awal tahun, dan menganggap hari itu bertepatan dengan waktu Yesus disunat.
Prancis sendiri menggunakan waktu Paskah sebagai awal tahun hanya untuk keperluan administrasi dan hukum negara. Mereka tetap mengikuti kebiasaan orang Romawi yang merayakan 1 Januari dengan bertukar kado atau hadiah.
Pemindahan awal tahun ke 1 Januari di Prancis, menurut sejarah juga tidak dilakukan secara tiba-tiba, melainkan secara gradual. Dan perayaan tahun baru di negara itu tidak pernah ada kaitan yang jelas dengan 1 April.
Teori April Fool's Day dikaitkan dengan perubahan awal kalender Eropa semakin tidak masuk akal jika dilihat dari sejarah Inggris. Sebab, Inggris mengubah awal kalendernya menjadi 1 Januari pada tahun 1752. Saat itu, April Fool's Day telah menjadi tradisi kuat masyarakat setempat.
Kolektor barang antik tekemuka Inggris John Aubrey gemar mengumpulkan catatan-catatan tentang tradisi dan takhayul dalam masyarakat umum. Pada tahun 1686 dalam karyanya yang berjudul 'Remains of Gentilism and Judaism' ia menulis, “Fooles holy day. We observe it on ye first of April. And so it is kept in Germany everywhere.” Dari sini jelas, April Fool's telah menjadi tradisi di mana-mana.
Perayaan serupa
Kita tinggalkan tentang tanggal dan penyebab awal mula lelucon 1 April muncul. Mari kita melihat tradisi yang berkembang dalam masyarakat periode sebelumnya. Di mana tradisi lelucon serupa juga terlihat.
Orang-orang Romawi mengenal festival Saturnalia. Tradisi ini dilakukan setiap akhir Desember. Pada perayaan tersebut, semua orang bersenang-senang dan saling bertukar hadiah. Para budak bahkan diperbolehkan pura-pura menjadi majikan mereka, mengolok-olok raja dan Lord of Misrule.
Lord of Misrule adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin pesta mabuk-mabukan dan gila-gilaan, biasanya ia adalah petani atau orang rendahan yang “diangkat” menjadi raja sehari.
Saturnalia adalah kebiasaan masyarakat pagan Romawi yang menyembah Dewa Saturnus. Pada Abad ke-4 Masehi, tradisi itu digeser perayaannya menjadi 1 Januari dan banyak tradisi mereka kemudian dikaitkan dengan perayaan agama Kristen (Natal).
Orang-orang Romawi juga mengenal Hilaria, perayaan kebangkitan Attis, putra dari Bunda Agung Cybele.
Orang-orang Eropa Utara merayakan Festival of Lud, yang dipersembahkan untuk Lud, dewa humornya bangsa Celtic.
Di Abad Pertengahan ada perayaan Festus Fatuorum (Feast of Fools). Mirip dengan Saturnalia, tetapi yang diolok-olok adalah ritual gereja. Di samping itu, cara mereka mengolok-olok ajaran gereja sering kali sangat kelewat batas dan keterlaluan. Sehingga, otoritas gereja ketika itu mengecam perayaan ini. Festival bodoh tersebut bertahan dua ratus tahun, dari abad ke-15 sampai abad ke-17.
Mitos dan tradisi pagan
Sejumlah perayaan di Inggris pada Abad Pertengahan memiliki kemiripan dengan April Fool's Day.
Tradisi Hoke-Tide atau Hock-Tide biasa dilakukan sekitar Paskah. Pria atau wanita biasanya mencegat orang asing yang berlawanan jenis, lalu mengikatnya dengan tali dan membebaskannya jika korban sudah memberi uang sumbangan amal.
Ada lagi Shig-Shag atau Shick-Shack Day yang dirayakan pada 20 Mei. Orang-orang menempatkan tangkai pohon apel oak di topi atau kerah mereka, sebagai penghormatan kepada bangsawan kerajaan. Sebab, diyakini Raja Charles II selamat dari kejaran pasukan Cromwell dengan cara bersembunyi di pohon apel oak. Mereka yang tidak mengenakannya akan diolok-olok.
Namun, tradisi itu menurut sejarawan kemungkinan berasal dari budaya pagan dari orang-orang yang menyembah pohon.
Sejumlah pakar sejarah menduga, tradisi pencarian sia-sia dalam April Fool's Day berakar dari mitologi Romawi. Di mana Pluto --dewa orang-orang yang mati-- menculik Proserpina dan membawanya ke dunia bawah. Ibu Prosperina, Ceres, yang mencari-cari putrinya hanya bisa mendengar suara anaknya yang meminta tolong, tanpa berhasil menemukannya.
Ada pula yang mengatakan, aktivitas-aktivitas konyol dan sia-sia dalam perayaan 1 April berangkat dari cerita populer di kalangan Kristen tentang kesalahan Nabi Nuh yang melepaskan seekor burung dara sebelum air banjir surut. Atau cerita tentang perjalanan sia-sia Yesus yang diutus pergi dari Pilate ke Herod dan kembali lagi. Adanya ungkapan “Sending a man from Pilate to Herod” untuk menyatakan perbuatan sia-sia, dianggap sebagai buktinya.
Manfaat
Terlepas dari asal-mula perayaan April Mop, kiranya pendapat Ali bin Rajab, seorang mahasiswa Universitas Raja Abdulaziz di Jeddah patut diapresiasi. Menurutnya, tradisi bohong pada 1 April sebaiknya diubah menjadi kebiasaan untuk jujur lewat kampanye “Hari Kejujuran Dunia”.
“Kita harus memberi pencerahan kepada para pemuda bahwa berbohong bukanlah bagian dari diri kita dan juga agama kita. Kejujuran adalah dasar dari moral Islam kita, sehingga seseorang tidak biasa berbohong,” kata Ali, sebagai mana dikutip Saudi Gazette (02/04/2012).
April Mop menghalalkan orang untuk mengolok-olok dan berbohong kepada orang lain hanya untuk tertawa.
Dusta dalam Islam, menunjukkan rusaknya iman, hati dan kehormatan seseorang.
Perayaan berupa mengolok-olok itu pun berangkat dari kebiasaan orang-orang penyembah berhala, praktek peribadatan yang jelas bertentangan dengan ajaran tauhid Islam.
Ada atau tidaknya perayaan April Mop dengan sejarah pembantaian umat Islam, kebiasaan bodoh setiap awal bulan April tersebut sangat tidak layak untuk dilakukan oleh orang yang mengaku Muslim.*
(http://www.hidayatullah.com, 2012)
EmoticonEmoticon