Sahabat, pernahkah engkau bayangkan kala dalam hidup kita dikucilkan hingga puluhan hari? Kala menyapa tiada yang membalas? Kala meng-klarifikasi tiada yang mendukung? Kala shalat dan berkumpul bersama dalam majelis tiada yang menatap atau sekadar menyapa? Bayangkan sahabat betapa sempitnya dunia tanpa interaksi kan?
Begitulah Ka’ab bin Malik kala iqob (hukuman) menderanya kala tak ikut bersama pasukan muslimin dalam peperangan, iqob yang turun langsung dari Rabb semesta alam melalui Rasul-Nya, kalau sudah begini, jangankan manusia lainnya, Rasul pun tiada hak untuk melepas deraan sosial yang menyesakkan dada. Hingga ketabahan berujung keceriaan, kala Rabb mengampuni Ka’ab, kala baju tak punya ia terpaksa meminjam demi bertemu Rasul dan para sahabat yang ia rindukan. Namun sahabatku yang baik, kadang dari segala kebaikan muncul sebuah kesan yang unik, mari kita simak seperti apa Abbas As-Sisi menceritakan tentang seorang sahabat yang membuat Ka’ab tiada pernah melupakannya,
Di tengah jalan banyak orang yang menyambut saya dengan mengucapkan selamat atas penerimaan taubat kami, sehingga sampailah saya di masjid tempat Rasulullah sedang duduk dikerumuni oleh para sahabat. Pada saat itu seorang sahabat yang bernama Thalhah bin Ubaidillah RA bangkit dari duduknya lalu menyambut saya dan mengucapkan selamat. Demi Allah swt., tiada seorang pun dari kaum Muhajirin yang bangkit dari tempat duduknya selain Thalhah, sehingga saya tidak dapat melupakan sikap Thalhah itu.”Begitulah, dengan sikap itu Thalhah RA menjadi orang yang menempati sudut hati Ka’ab bin Malik RA.
Sudahkah kita berbuat baik untuk sesama hingga menciptakan kesan yang mendalam karena ALLAH? Jangan-jangan kita mulai tak santun dan tak peka lagi dengan kesulitan sesama?
Dalam merubah tatanan yang bermuara pada cinta dan ridha Ilahi, ternyata bukan dimulai dari hal yang super besar, namun bagaimana tatanan sosial yang tenteram dan saling mengisi.
Wallahua’lam.
—
K-Serial Muamalah
EmoticonEmoticon