Kamis, 24 Mei 2012

KIKISNYA MORAL BANGSA

Tags

Oleh: Khairunnisa

Jenderal Soedirman yang berhasil menaklukan pasukan Inggris, saat itu usianya masih 19 tahun. Pada usia yang masih relatif  muda juga, Bung Tomo mampu menjadi  pembangkit sekaligus pemimpin para pemuda Surabaya, ketika terjadinya peristiwa 10 Nopember yang sekarang dikenal sebagai hari pahlawan. “Seandainya Aku Seorang Belanda” berupa artikel karya Ki Hajar Dewantara yang berupa kritikan pedas yang ditujukan kepada Kolonial Belanda dimana beliau saat itu terbilang masih muda. Tentunya masih banyak tokoh-tokoh di negeri ini yang berperan penting dalam membangun bangsa melalui pemikiran-pemikiran serta karya-karya yang hebat. Lalu bagaimana peran pemuda saat ini dalam membangun bangsa? Bukankah tokoh-tokoh terdahulu yang kita kenal itu menyalurkan pemikiran serta cita-citanya tersebut saat mereka berusia muda?

Tentunya itu sangat miris bagi kita selaku pemuda. Saat ini tidak terlihat adanya kontribusi secara nyata dari para pemuda untuk membangun bangsanya. Justru sekarang ini para pemuda sedang mengalami penurunan kualitas moral atau yang kita kenal dengan istilah degradasi moral. Salah satu pemicu utama adanya degradasi moral adalah perkembangan globalisasi tanpa dilandasi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Globalisasi saat ini secara tak sadar perlahan-lahan telah mengikis moral bangsa terutama pemuda. Globalisasi memang berkembang dengan cepat, apalagi di zaman sekarang ini yang serba canggih. Hal itu memang berakibat positif namun jangan salah dampak negatif pun bisa mengikuti dari belakang.

Sebagai pemuda, terkadang ikut prihatin dengan kondisi moral bangsa saat ini. Kebanyakan pemuda sekarang terlibat tawuran, mabuk-mabukan, kasus narkoba, sampai kasus seks bebas. Kultur seperti inilah yang menjadi faktor utama munculnya degradasi moral di kalangan pemuda. Jika keadaan ini dibiarkan berlarut-larut akan membawa perkembangan buruk bagi generasi muda bangsa Indonesia.  Apakah kita mau membiarkan semuanya terjadi sampai semuanya merusak kultur yang telah dibangun bersama? Andaikan para pejabat negara tidak disibukan dengan kasus kuropsi yang melanda negeri ini, mungkin mereka bisa meluangkan waktunya sedikit untuk mengamati moral anak bangsanya yang semakin rapuh. Disinilah peran kita selaku pemuda sebagai agent of change, ialah sebagai agen perubahan menuju perbaikan yang tidak hanya mengjiplak hasil karya pendahulu tapi harus berinovasi untuk melakukan perbaikan. Agar senantiasa pemuda tidak hanya meneruskan yang sudah ada tetapi bergerak dinamis untuk arah perbaikan bangsa.


Tentang Penulis

Nama: Khairunnisa
Jurusan: Pendidikan IPS B/2011
Fakultas: Ilmu Sosial-FIS
Asal: Majalengka
Alamat di Jogja: Samirono CT VI/16, Sleman
CP: 085224500598
Email: ringo.hara@yahoo.com


EmoticonEmoticon

Laman