Kamis, 24 Mei 2012

Pemuda Taqwa, Cerdas Berkarakter, dan Penuh Cinta: Onderdil Tangguh Harapan Bangsa Perangi Degradasi Moral untuk Menggapai Indonesia Bahagia

Tags

Oleh: Rizki Ageng Mardikawati


PENDAHULUAN
Saat ini Indonesia sedang digoncang. Akhlak dan karakter pemudanya yang makin merosot dari hari ke hari. Seks bebas, narkoba, perilaku buruk, perkataan kotor, rasa hormat yang luntur, dan lain sebagainya. Berbagai kemaksiatan dan keburukan dilakukan dan dianggap sebagai suatu hal yang biasa. Padahal, ketika suatu keburukan telah dianggap menjadi sesuatu yang biasa, tentu ada hal yang salah. Ada yang harus dibenarkan dan diluruskan. Pemuda, adalah harapan bangsa. Ia adalah yang menggerakkan onderdil jantung kehidupan bangsa. Apalagi jika ia adalah pemuda Islam, yang tak hanya berkontribusi untuk diri dan negeri. Namun ia memiliki motivasi yang tiada henti: Ridho Illahi. Pemuda-pemuda seperti ini sangatlah penting untuk mengentaskan degradasi moral masa kini.

Kondisi masa kini: Degradasi moral dan akhlak pemuda.
Saat ini, setiap hari kita disuguhi oleh berbagai macam hal yang pelan-pelan mulai mengganggu pikiran. Globalisasi yang mulai terpublikasi memang membawa bangsa ini menuju perubahan. Perubahan-perubahan yang ditengarai dengan munculnya berbagai teknologi baru yang canggih seringkali membawa menuju perbaikan dan kemajuan. Berbagai macam alat komunikasi dan menjadikan dunia ini dapat dijangkau oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Namun tak jarang, globalisasi dari berbagai sisi justru membawa bangsa ini jauh dari peradaban. Tertinggal dalam segi moral.

Pemuda adalah objek utama dari permasalahan ini. Bagaimanapun juga, pemuda adalah masa-masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Dalam masa ini, para pemuda masih mencari jati diri, mau jadi apa mereka nanti. Sebagian telah terarahkan, dan sebagian besarnya lagi belum tersentu sama sekali. Akhirnya, pemuda-pemuda yang tak tersentuh oleh nilai-nilai luhur masyarakat itu terhanyut dalam arus globalisasi dan eforia muda-mudi yang semakin menjadi-jadi.

Degradasi moral di kalangan pemuda saat ini, seakan-akan menjadi suatu hal yang biasa. Seks bebas, narkoba, video porno, perjudian, tawuran, pakaian yang tidak sopan, hingga kehamilan di luar nikah yang berujung pada aborsi menjadi santapan yang disuguhkan oleh media setiap harinya. Bukan hal yang aneh lagi melihat para pemuda melakukannya. Pemuda keluar-masuk penjara karena tindakan kriminal, dan lain sebagainya. Padahal, pada masa-masa perjuangan dahulu, hal tersebut menjadi sesuatu yang tabu dan sangat memalukan. Ditengok dari segi apapun. Dari sudut manapun. Ada beberapa aspek degradasi moral yang melanda suatu negara. Dan Indonesia kini mengalaminya.
Menurut Thomas Lickona (Sutawi, 2010), ada 10 aspek degradasi moral yang melanda suatu negara yang merupakan tanda-tanda kehancuran suatu bangsa. Kesepuluh tanda tersebut adalah:
1.    meningkatnya kekerasan pada remaja
2.    penggunaan kata-kata yang memburuk
3.    pengaruh peer group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan
4.    meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas
5.    kaburnya batasan moral baik-buruk,
6.    menurunnya etos kerja
7.    rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru
8.    rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara
9.    membudayanya ketidakjujuran
10.    adanya saling curiga dan kebencian di antara sesama. (http://akhmad sudrajat.wordpress.com/2011/07/31/degradasi-moral-dan-prinsip-pendidikan-karakter/)

Jika ditelaah dan diamati lebih lanjut, tak hanya poin-poin diatas yang menunjukkan adanya degradasi moral di kalangan remaja dan pemuda. Kata-kata buruk menjadi hal yang biasa. Video porno tidak lagi menjadi sesuatu yang haram untuk dilihat, rasa hormat luntur dan tidak jujur adalah hal yang tak lagi diperdebatkan. Sementara itu, masih banyak persoalan yang lainnya yang juga menuntut kita untuk membuka mata: Mau dikemanakan nasib bangsa ini kelak? Jika pemuda-pemudanya seperti saat ini, apa yang akan terjadi sepuluh hingga dua puluh tahun ke depan? Pemuda adalah nafas bangsa. Jika pemudanya saja terpuruk dan terjerumus dalam lembah kesesatan, apa jadinya negeri ini?

Pemuda adalah Cinta, Sosok Harapan Bangsa
Seperti kita semua
Setiap pejuang adalah anak zaman
Tetapi mereka menguak celah dinding sejarah
Tepat disaat mentari meninggi
Lalu peradaban menjadi lebih cerah.
(Salim A. Fillah)

Setiap zaman mempunyai tantangan. Tantangan itu berubah dari masa ke masa. Tantangan itu tak sama, karena medan yang dihadapi juga berbeda. Pada zaman dahulu, pemuda dipaksa untuk mengangkat senjata. Memerangi musuh yang tampak jelas di depan mata. Belanda datang! Dan mereka bersigap mengambil bambu runcing: siap menjaga keutuhan bangsa. Merdeka atau mati. Pemuda-pemuda zaman itu tahu, bahwa keberadaanmereka sangat dibutuhkan. Bahwa mereka adalah representasi dari kaum cerdas-berkualitas yang mempunyai intelegensi dan keahlian diplomasi. Mereka sadar bahwa negara bergantung pada mereka. Mereka tahu bahwa rakyat mendambakan aksi mereka. Maka, mereka tak berpangku tangan. Mereka bergerak, lalu membuat suatu perubahan.

Bukan tanpa ruh mereka bergerak. Pemuda-pemuda zaman itu adalah pemuda-pemuda Islam. Sebut saja Imam Bonjol,  Bung Tomo, Moh. Natsir, Moh. Hatta, Moh Yamin, Pattimura, dan lain sebagainya. Mereka berjuang tak hanya sebatas melakukan perubahan saja, namun ada sesuatu yang menggerakkan mereka. Ada motivasi tiada henti yang membuat mereka percaya, yang menbuat mereka bergerak. Islam. Ya. Pemuda-pemuda yang bertaqwa dan memiliki kepercayaan yang kuat pada Rabb penggenggam semesta. Mereka yakin bahwa perjuangan mereka bukanlah sesuatu yang sia-sia. Mereka berjihad. Mereka yakin bahwa mereka berada dalam koridorNya, dan perjuangan merupakan suatu keniscayaan.
Lalu apa pentingnya gelar Pahlawan Nasional bagi Bung Tomo, Pak Natsir dan KH Abdul Halim? Buat mereka bertiga tentu sangat tidak penting. Karena mereka adalah pahlawan sejati, yang berjuang ikhlas hanya berharap pahala dari Allah SWT (pahala-wan). Karena faktor keikhlasan itulah setelah kemerdekaan diraih; para kyai, ulama dan santri itu kembali melanjutkan amal mereka di sawah, ladang, pesantren dan lain-lain. Sementara pemerintahan akhirnya diisi oleh mereka yang tidak ikut berjuang atau ikut berjuang tapi tidak cinta Islam. Para pejuang kemerdekaan berjuang atas motivasi mempertahankan aqidah dan memperjuangkan agama Allah di bumi ini. Maka ketika adanya penjajahan yang otomatis akan merusak akidah, umat Islam bangkit melawan. Jelas benar bahwa pejuang kemerdekaan seluruhnya adalah kaum muslimin tidak yang lain. Hanya umat Islamlah yang memerdekakan negeri ini dari penjajahan. Karena buat kaum muslimin saat itu perjuangan kemerdekaan adalah jihad fi sabilillah. Mereka sangat menyadari bahwa akan tetap hidup di sisi Allah sekalipun syahid di medan perang. (http://blog.uin-malang.ac.id/dargombes/indonesia /kemerdekaan-ri-anugerah-allah-melalui-jihad-pahlawan-dan-pejuang-islam/ index.html)
Pemuda zaman itu begitu tahu posisi mereka. Mereka adalah pemuda Islam, dan mereka tahu apa yang harus mereka lakukan. Lalu, bagaimana dengan peran pemuda pada masa kini?  Sebenarnya, tiap masa ada tantangannya tersendiri. Tantangan yang dihadapi oleh pemuda masa kini tentu saja tak sama dengan persoalan yang dihadapai oleh para pemuda di Era penjajahan. Bukan lagi senjata yang mereka angkat, namun pemikiran. Diidentifikasi bahwa globalisasi dewasa ini megarah pada Ghozwul Fikr. Perang pemikiran. Siapa saja yang tak memiliki filter kuat dan kepercayaan pada Allah, tentu akan tergulir masuk ke dalam perang pemikiran itu, dan akhirnya tak berkutik.

Pemuda adalah cinta. Pemuda adalah yang diharapkan dan digadang-gadang oleh bangsa. Jika pemudanya baik, maka seluruh negerinya juga akan baik. Begitu juga  sebaliknya, apabila pemudanya berkarakter buruk, maka buruklah seluruh negerinya. Orang-orang yang membenci Islam pernah mengatakan bahwa, jika ingin menghancurkan suatu negara, hancurkan saja pemudanya, maka akan hancur negeri itu seketika.

Karenanya, pemuda Islam harus bangkit! Berbekal dengan taqwa dan pendidikan yang didapatnya, kini saatnya pemuda Islam mulai bergerak. Bukan sekedar bergerak, karena ada misi dan motivasi yang tergerak dalam hati mereka. Bahwa mereka tak hanya berjuang untuk diri dan agamanya. Bahwa mereka berjuang atas nama Islam dan negara Indonesia. Mereka mereka memiliki obsesi dan ambisi.

Pemuda Taqwa, Cerdas Berkarakter, dan Penuh Cinta: Onderdil Tangguh Harapan Bangsa Perangi Degradasi Moral untuk Menggapai Indonesia Bahagia

 Bung Karno dalam pidatonya pernah mengatakan, “Berikan aku seribu orangtua, maka akan kupindahkan gunung semeru, lalu berikanlah aku sepuluh pemuda, maka akan ku guncang dunia!”
Dahsyat, bukan? Pemuda adalah onderdil bangsa. Dengan membentuk pemudanya, maka bangsa ini akan bangun dari keterpurukan. Dengan adanya pembinaan yang intensif dan pendidikan dari berbagai aspek, pemuda akan menjadi sosok yang kuat dan tangguh yang siap menghadapi tantangan zaman. Tentu bukan seorang pemuda saja yang bertanggungjawab akan negara ini, namun semua pemudanya. Sebagian besar pemudanya, atau setengahnya, atau seluruhnya. Tanpa persatuan tak akan didapatkan kejayaan.
“Hai orang-orang yang beriman, bersiap-siagalah kamu dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama!” (Q.S  An Nisaa: 71)
Jika setiap pemuda yang taqwa, cerdas dan berkarakter Islam mampu mengajak 10 pemuda lainnya untuk kembali ke dalam jalan Islam dan kebenaran, tentu negeri ini akan Berjaya. Jika 10 pemuda yang diajak itu masing-masing mengajak 10 pemuda lainnya, jangan tanyakan hasilnya. DAHSYAT!!!

PENUTUP

Akhirnya, pemuda yang menentukan. Mau di bawa kemana negeri ini, pemuda yang bertanggung jawab. Karenanya, ayo bangkit pemuda Islam. Sadarilah siapa diri kita dan peran apa yang mampu kita lakukan. Bergerak, dan membuat perubahan. Kejayaan ada di tangan kita. Maka, bangkitlah pemuda! Dengan adanya pembinaan dan bimbingan yang intensif, adalah suatu hal yang sangat didambakan: pemuda Islam Berjaya dan menjadikan Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya untuk kembali berjaya.

DAFTAR PUSTAKA
  • Solikhin Abu ‘Izzuddin.2010. New Quantum Tarbiyah. Yogyakarta: Pro-U Media
  • Salim A.Fillah.2011. Jalan Cinta Para Pejuang. Yogyakarta:Pro-U Media
  • Erny Kurnia. 2010. Degradasi Moral remaja Masa Kini. Diakses dari alamat http:// sosbud.kompasiana.com/2010/06/30/degradasi-moral-remaja-masa-kini/ pada tanggal 2 Mei 2012 pukul 00.55 WIB
  • Akhmad Sudrajat. 2011. Degradasi Moral dan Prinsip Pendidikan Karakter. Diakses dari alamat http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/07/31/degradasi-moral-dan-prinsip-pendidikan -karakter/ pada tanggal 2 Mei 2012 pukul 01.17 WIB
  • Wildan Hasan. 2010. Kemeredekaan RI Anugerah Allah Melalui Jihad Pahlawan dan Pejuang Islam. Diakses dari alamat website http://blog.uin-malang.ac.id/dargombes /indonesia/kemerdekaan-ri-anugerah-allah-melalui-jihad-pahlawan-dan-pejuang-islam/index.html  pada tanggal 2 Mei 2012 pukul 06.10 WIB



EmoticonEmoticon

Laman