Jumat, 25 Mei 2012

ASHABUL KAHFI: PEMUDA HARAPAN DI SETIAP ZAMAN

Tags

Oleh : Priyo Sudibyo [1]


Pemuda adalah masa depan suatu bangsa. Hal adalah suatu hal yang mutlak karena mereka akan memimpin bangsa tersebut ketika para pemimpin saat ini sudah tak lagi berkuasa. Roda kepemimpinan akan terus berputar, sehingga perlu ada estafet kepemimpinan yang sehat demi terwujudnya bangsa yang baik. Ada sebuah ungkapan yang sangat mengejutkan “jika ingin menghancurkan suatu bangsa, maka cukup engkau pengaruhi/rusak moral pemuda dari bangsa tersebut. jika mereka telah dapat teracuni maka kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu masanya”.

Lantas bagaimana dengan keadaan para pemuda Indonesia saat ini? Penulis tak bisa memastikan kondisi para pemuda Indonesia saat ini. Namun, mereka dapat diibaratkan bagai nelayan yang tengah berjuangan di tengah-tengah badai besar. Banyak sudah dari mereka yang telah menyerah atau tenggelam di tengah badai tersebut. Akan tetapi masih tertinggal beberapa perahu yang terus berjuang, menaklukkan badai dengan sekuat tenaga, karena mereka sadar bahwa mereka telah dicemaskan dan dinanti-natikan. Nelayan yang tersisa adalah harapan, karena jika bukan mereka yang berjuang lalu siapa lagi di saat nelayan yang lain telah menyerah. Ir. Soekarno berpesan, “berikan aku sepuluh pemuda maka akan aku goncangkan dunia”. Tidak butuh semua pemuda menjadi baik, namun harus ada perwakilan yang benar benar baik untuk menjadi pemimpin bangsa ini nantinya.

Ungkapan di atas menjadi salah satu catatan penting bagi seorang pemuda. Pemuda tak hanya menjadi ujung tombak pada abad ini, namun pemuda sudah menjadi harapan sejak zaman dahulu. Hal tersebut sudah dibuktikan dengan pemuda ashabul kahfi. Para pemuda yang dipertemukan oleh Allah antara satu dengan yang lain karena menjaga agama tauhid. Agama yang dibawa Isa AS,  yang saat itu sudah mulai ditinggalkan. Di saat semua sudah tak menganggap eksistensi sebuah agama, pemuda pemuda tersebut masih memegang erat panduan-panduan ilahi supaya tak terjerat dalam lembah-lembah kenistaan.

EKSISTENSI PEMUDA ISLAM MEWARNAI KEBUDAYAAN ISLAM

Melihat keadaan moral para pemuda saat ini tentu tak sedikit yang ngelus dodo [2], walaupun kita tidak bisa menjastifikasi bahwa semua pemuda seperti itu. Hal itu terjadi bukan karena mereka berada dalam ketertinggalan baik secara ekonomi dan teknologi, justru sebaliknya.  Budaya barat  secara disadari atau tidak saat ini sudah menjadi tren di kalangan muda. Sebagian besar dari mereka lebih bangga dengan budaya-budaya yang serba barat dari pada budaya Islam yang telah lama kita miliki, baik dalam berbusana maupun aktivitas aktivitas lainnya.

Dalam menghadapi situasi sulit ini, ada beberapa upaya yang dapat kita lakukan sebagai genersi muslim unggulan. Bukan dengan kembali pada zaman rosul karena belum adanya kontaminasi dengan budaya budaya barat namun lebih dalam memberi warna budaya saat ini dengan warna yang indah. Warna-warni yang islami yang sudah selayaknya kita kenalkan pada keluarga, teman-teman sehingga apabila meraka menyadari betapa indah warna-warna itu meraka akan mau dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita dapat mulai menebarkan virus positif ini dari hal hal yang terkecil, seperti halnya berpakaian yang sopan dan menutup aurat, mengucapkan salam, dan beberapa hal kecil lainnya. Kita tidak perlu mengislamkan negara ini, namun bagaimana membuat orang-orang yang ada di dalamnya menjadi islam baik dari tindak & tanduknya, bukan hanya dari segi agamanya saja yang islam kerana mayoritas penduduk bangsa ini adalah umat muslim.

Kedua, menciptakan rasa bangga dengan Islam itu sendiri. Tidak sedikit beberapa remaja yang minder dengan Islam yang harus menutup aurat, mengaji, menjaga hubungan dengan lawan jenis. mereka berargument seolah-olah Islam adalah perangkat-perangkat pengekang kebebasan berekpresi pemuda masa kini. Padahal sebenarnya tidak, adanya itu semua tidak lain adalah untuk menjaga dan memuliakan manusia itu sendiri. Apabila para pemuda sudah benar benar memahami nilai-nilai islam, rasa kebanggaan terhadap Islam akan tumbuh sehingga akan dapat mengakar dalam diri. Dari permasalahan ini, dapat kita simpulkan bahwa tugas kita juga memahamkan mereka yang salah paham dengan Ismal itu sendiri.

Selanjutnya, jika kita mampu mengenalkan nilai-nilai Islam dalam keseharian para remaja dan memahamkan kesalah pahaman terhadap Islam, barulah kita mengenalakn Islam lebih jauh lagi. Mengenalkan aqidah, syariat dan lain-lain. Karena nilai-nilai Islam itu baik, namun tergantung siapa yang membawa agama tersebut. Apakah ia (yang membawa Islam) baik atau tidak. Mayoritas Islam dinilai dari siapa yang menyampaikan agama Islam itu sendiri, maka perlu adanya penyampaian yang baik dari orang Islam itu sediri agar bsa diterima dengan baik pula.

Kebudayaan Islam jika dipahami dengan baik akan memberi dampak yang baik pula. Namun juga harus dibedakan kebudayaan islam dengan kebudayaan arab. Tidak sedikit yang mengartikan bahwa budaya arab adalah budaya Islam dengan dalih bahwa agama tersebut diturunkan di tanah arab, maka segala hal yang kearab-araban adalah Islam. Perlu adanya pemahaman yang komplek tentang hal ini, baik yang mengenal dan yang belum mengenal Islam dengan baik sehingga tak ada salah paham dangan Islam itu sendiri.

MENJADI PEMUDA(I) ASHABUL KAHFI MASA KINI

Salah satu contoh pemuda ideal adalah pemuda ashbul kahfi yang kisahnya terabadikan dalam al-Qur’an. Ashabul kahfi  adalah para pemuda (yang menetap dalam) gua. Ketika kita ingin meneladani ashabul kahfi apakah kita harus mencari gua dan menetap di dalamnya seperti yang dilakukan oleh ashabul kahfi? Tentu tidak. Dalam hal ini gua dapat kita kiaskan pada prinsip untuk  selalu memegang teguh ajaran agama Islam (masuk ke dalam gua). Karena jika sekali saja melepas prinsip tersebut (kelaur dari dalam gua) maka kedholiman selalu mnegintai kita, baik dholim yang datang dari orang lain, maupun diri kita sendiri. Maka tak salah jika hidup ini diumpamakan berjalan dalam kegelapan, dengan jurang yang tak kita ketahui berada diantara kita. Syariat Islam diumpamakan sebagai bara api yang akan memandu setiap individu yang memegangnya. Sangat panas memang, namun itulah satu satunya cara agar mampu jalan dengan selamat di tengah kegelapandan sampai pada tujuan yang dimaksud.

Jika kita menelaah beberapa ayat dalam surat al kahfi, ada beberapa kriteria yang telah termaktub dalam surat ini, yaitu;

1. Berserah diri pada Allah, dalam ayat 10 dari surat alkahfi menyatakan.

Ketika para pemuda mencari jalan keluar menghindari raja yang dholim mereka menyerahkan semua perkara pada Allah. Bukti dari penyerahan diri itu dilanjutkan dengan sebuah do’a “"Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)". Menjadi sebuah kepatutan bagi seorang muslim untuk menyerahkan semua perkara pada Allah. Setiap maslah tentulah ada jalan keluarnya. Bukan dengan jalan pintas bunuh diri, atau jalan keluar sementara dengan mengkonsumsi obat-obat terlarang atau minuman keras karena itu bukanlah suatu solusi, namun awal dari permasalahan yang baru.

Perlu diketahui bagi seluruh bani adam. Kita (umat manusia) tak sendiri menjalaini kehidupan yang fana ini, meski saat kita tak lagi punya orang tua, teman atau materi yang menemani kita. Allah selalu ada bersama kita. Ingatlah! bahwa ketika kau tak punya sesuatupun kecuali Allah, maka sebenarnya ia (Allah) lebih dari cukup . [3]

2. Pemuda yang beriman, “Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk” (alkahfi: 13).

Iman menjadi slaah satu ciri ashabul kahfi. Iman diumpamakan sebagai matiara meraka yang harus selalu dijaga dari semua yang mengintai. Baik yang datang dari luar maupun dari diri kita sendiri, Sehingga perlu adanya tajdidul iman (pembaharuan iman) di setiap saat dengan berbuat taat dan menjauhi apa yang tidak dibenarkan dalam agama Islam.

3.Pemuda yang terikat hatinya untuk bertauhid.

Menurut tafsir Ibnu katsir, para ashabul kahfi adalah putra dari pembesar pembesar kerajaan romawi dan pemimpinnya. Meraka melarikan diri dari raja Dekianus yang dholim. Raja tersebut menyeru pada rakyatnya untuk menyembah berhala. Meraka tak mau mengikuti raja yang dholim, sehingga mereka melarikan diri dari kaum yang sesat itu. Awal mula mereka bertemu  adalah ketika salah seorang dari mereka duduk di bawah pohon. Kemudian, satu demi satu datang dan bergabung dengannya, lalu datanglah pemuda lain dan bergabung dengan mereka begitulah seterusnya tanpa mengenal satu sama lain sebelumnya.

Jika kita amati dari kisah tersebut, ternyata konsep “at-thoiyibu li-toiyibat” (laki –laki yang baik unutk wanita yang baik pula) tak hanya berlaku dalam penentuan pasangan yang ditetapkan allah. Hal tersebut juga berlaku dalam mua’amalah sehari-hari, seperti yang kita kita ketahui bahwa orang orang yang baik akan berkumpul (berteman) dengan orang orang yang baik pula, begitu juga sebaliknya. Akan sangat jarang kita temui orang yang baik berkumpul dnegan orang –orang yang dengan latar belakang tidak baik kecuali untuk berdakwah pada mereka, dan orang yang tidak baik bergaul dnegan orang baik kecuali untuk menjadai baik (bertaubat) dan mengikuti kebenaran.

4.Pemuda yang mendapat petunjuk dan karunia Allah.
Berbicara hidayah, sama halnya berbicara dengan kehendak Allah. Tidak ada satupun manusia di bumi ini yang mendapat hidayah dengan usahanya sendiri, karena hidayah adalah mutlak kuasa Allah. Sebagai seorang hamba, seluruh umat manusia hanya bisa berupaya dan berikhtiar mendapat hidayah dan selalu di bawah naungannya.

Menjalani syariat bukanlah suatu pilihan, akan tetapi itu adalah kewajiban bagi seluruh umat Islam untuk mencapai keselamatan dunia akhirat. Pemuda adalah seseorang yang diharapkan untuk masa depan,  sehingga sebagai generasi muda islam patutlah menjadi contoh dan memberi pengaruh positif bagi pemuda–pemudi lainnya demi terwujudnya negeri yang diimpi-impikan oleh semua kalangan.

Waallahu A’lam bi-shawab


Catatan Kaki
  1. Penulis adalah sekretaris lembaga dakwah “Al Faraby”, fakultas Ilmu Agama islam, Universitas Islam Indoensia, Yogyakarta.
  2. Ngelus dodo (memegang dada)= kecewa (jawa).
  3. Salah satu percakapan dalam film Islami“di bawah naungan ka’bah”


CURICULUM VITAE


1.    Nama: Priyo Sudibyo
2.    Tempat Lahir: Sidoarjo
3.    Tanggal Lahir: February, 3rd 1991
4.    Alamat Asal: Bangunsari, Tambak Kalisogo, RT/RW 09/05, Jabon, Sidoarjo, East Java
5.    Alamat di Jogja: PonPes UII, Dabag, Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta
6.    No Telp:  +6287838362315
7.    Email: priyosudibyo91@gmail.com


EmoticonEmoticon

Laman