Jumat, 25 Mei 2012

Renovasi Moral Menuju Investasi Bumi

Tags

Oleh : N.T


Manusia dengan akal pikirannya ternyata mampu mengguncang stabilitas kehidupan mereka sendiri. Melalui inovasi dan teknologi yang diciptakan, manusia menjelma ke dalam sosok yang tamak. Tentu denotasi negatif ini, hanya berlaku pada sebagian besar manusia. Hanya saja yang sebagian besar itu telah menutupi sisi positif manusia yang lain. Mengapa demikian? Pada mulanya, manusia menciptakan macam-macam inovasi dan teknologi untuk mempermudah pekerjaan. Namun, seiring meningkatnya rasa tidak puas manusia, inovasi-inovasi yang lahir berkembang pesat atas dasar ketamakkan. Manusia menginginkan sesuatu yang lebih banyak dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, manusia terus berlomba menemukan cara terbaik untuk kemajuan segala bidang kehidupannya. Alih-alih menemukan cara terbaik di satu bidang, manusia malah membuat dampak buruk di bidang yang lain.

AC (Air Conditioner) misalnya, diciptakan bermula atas desakan hawa panas yang membuat manusia tidak nyaman berada dalam ruangan. Namun, desakan-desakan tersebut menggoda manusia lain_yang sebenarnya tidak terlalu membutuhkan_ untuk konsumtif. Contoh lainnya, inovasi pestisida diciptakan untuk membasmi musuh alami tanaman. Manusia rela menyemprotkan pestisida yang sesungguhnya merusak stabilitas hayati demi keuntungan yang instan. Selain itu, motor diciptakan untuk mempermudah perjalanan yang jauh. Namun, manusia menjadi pragmatis dan berlaku manja pada perjalanan-perjalanan dekat. Jadi, penemuan manusia berada di antara lingkaran faktor ekonomi industri, hasrat konsumtif, dan etika manusia itu sendiri.

Ketiga faktor tersebut, jika berlebihan akan memberikan dampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia. Bayangkan jika industri teknologi dan inovasi memberikan propaganda lebih besar demi keuntungan maksimum. Pihak industri akan mengupayakan masyarakat luas untuk membeli produknya dengan iming-iming mendapat kehidupan yang nyaman dan praktis. Secara sadar atau tidak, masyarakat didorong menjadi makhluk konsumtif yang menguntungkan dirinya sendiri. Sikap ingin untung sendiri itu dalam takaran berlebihan akan berubah menjadi ketamakkan. Mengingat pepatah bahwa segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik pula akibatnya. Bentuk ketamakkan manusia inilah yang akan menyebabkan penderitaan semua makhluk hidup, tak terkecuali manusia itu sendiri! Hal inilah yang menjadi salah satu bentuk degradasi moral manusia terhadap bumi.

Seharusnya bumi kini masih arif bagi semua makhluk hidup. Seharusnya bumi masih stabil iklim cuacanya hingga kini. Seharusnya bumi makin nyaman ditinggali dengan memanfaatkan akal pikiran manusia. Namun, kebanyakan manusia tidak pandai berpikir. Ketamakkan manusia telah mendominasi. Masih ada pembantaian hewan-hewan yang dilindungi demi mendapatkan keuntungan dari gading, tanduk, minyak, atau khasiat tertentu darinya tanpa memikirkan keseimbangan alam. Manusia juga menebangi hutan demi perluasan lahan pertanian yang pada akhirnya tidak diikuti reboisasi yang seimbang. Padahal keberadaan hutan begitu penting dalam menjaga stabilitas alam. Masih ada propaganda konsumtif penggunaan motor dari para pebisnis. Masih ada penebangan hutan demi pembuatan kertas secara tidak arif. Masih ada manusia, mungkin termasuk kita sendiri yang menghambur-hamburkan energi. Jadilah bumi kini tidak ubahnya tempat pemuas ketamakkan manusia.

Thomas L. Friedman menyatakan bahwa demikian panas, rata, dan penuh sesak kehidupan di bumi saat ini. [1] Betapa sulit membayangkan kita_manusia_telah menjadi penyebab kejadian di dunia alami berlangsung seribu kali lebih cepat daripada keadaan normal. Kelipatan yang sangat pesat menuju penuaan dini pada bumi. Bumi kini menjadi tempat polusi, perburuan tak terkendali, dan penghancur habitat-habitat oleh perkembangan ekonomi yang kelewat pesat dan dengan kecepatan mengerikan!

Lantas, mengapa bumi jadi begini? Keseimbangan bumi terganggu disebabkan ketidakseimbangan akal dan nurani manusia. Akal dicitrakan atas kecerdasan, keuletan, dan kreativitas manusia. Sedangkan, nurani dicitrakan atas kepribadian, emosi, dan moral manusia. Penyebab paling krusial adalah terletak pada nurani manusia yang menjelma menjadi setan. Seperti sabda Rasulullah bahwa dalam diri manusia ada segumpal daging yang jika itu baik maka baiklah seluruh tubuh dan bila itu jelek maka jelek pula seluruh tubuh. Ingatlah bahwa itu hati! Hati adalah pusat nurani manusia yang harus disembuhkan jika makin banyak kerusakan di muka bumi ini.

Moral, Pemuda, dan Bumi

Tujuan besar umat muslim adalah menegakkan syariah Islamiyah di muka bumi ini. Tak terkecuali atas perbaikan-perbaikan sistem pengelolaan bumi. Dimana Islam mengajarkan manusia untuk berkasih sayang pada makhluk hidup lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pendidikan moral sebagai tindakan preventif atas perusakan bumi. Pemuda Islam dapat mengambil peran penting dalam menyukseskan pendidikan moral sebagai bentuk investasi untuk bumi.

Pemuda Islam kali ini menjadi pusat penggerak kemajuan moral dan kemakmuran bumi. Pemuda Islam berkewajiban berlomba-lomba untuk mengisi dirinya dengan ilmu pengetahuan yang reflektif pada kebenaran Allah. Pemuda Islam dapat menjadi cerdas dengan jalan kenabian, seperti Dwi Budiyanto menyebutnya Prophetic Learning. Dengan kata lain, pemuda Islam harus menjadi muslim pembelajar yang memiliki dua kesadaran sekaligus, yakni pertama, kesadaran akan kediriannya sebagai hamba Allah, dan kedua, kesadaran akan kediriannya sebagai khalifah di muka bumi dengan peran dan fungsi sebagai pemakmur dan bukan perusak.

Dalam diri muslim pembelajar harus menyatu antara edukasi, konsolidasi, dan kontribusi. [2]  Sebagaimana hasil penelitian para ahli pendidikan karakter bahwa tiada jalan paling utama dalam membentuk karakter selain tauladan atau pemberi contoh. Pembentukkan karakter baik, dibutuhkan waktu pembentukan yang tidak sebentar. Sebab, karakter adalah suatu ciri khusus yang melekat pada seseorang terutama wataknya, sehingga ia berbeda dengan orang lain. Oleh karena watak seseorang merupakan pembawaan sejak lahir dan memiliki kecenderungan yang sama_antara baik dan buruk, maka perlu bimbingan ke arah yang baik.

Pemuda Islam juga harus pandai berkonsolidasi dalam satu tim atau jamaah. Konsolidasi akan menyatukan SDM berkualitas (telah teredukasi) pada satu visi yang sama. Pemuda Islam pun hendaknya bermanfaat bagi banyak orang dan lingkungan dengan kontribusi yang seimbang. Ia tidak akan menjadi sosok yang pandai mengkritik tanpa memberikan solusi. Ia akan menjadi orang paling diharapkan di muka bumi ini.

 Melalui pemuda Islam, renovasi moral akan menyelamatkan bumi. Pemuda Islam akan menyeru melalui mulutnya, menjadi tauladan melalui prilakunya, dan berkarakter visioner melalui investasi untuk bumi. Melakukan investasi untuk bumi merupakan wujud penerapan syariah Islam, bukan?!

Investasi untuk bumi tidak memberikan kerugian dan bahkan menguntungkan generasi selanjutnya. Sederhananya ialah mengubah sedikit pola pikir dan kebiasaan praktis nan instan, ke arah yang melestarikan kehidupan bumi. Bentuknya adalah menginvestasikan pikiran dan tenaga pada kegiatan melindungi bumi dari polusi, efek rumah kaca, ketamakkan manusia, cengkraman raksasa ekonomi industri dan sebagainya mulai dari diri sendiri, yakni diri pemuda Islam!

Pemuda Islam sebaiknya tertarik pada isu lingkungan dan turut mempelajarinya. Kemudian, pengetahuan yang didapat harus diwujudkan ke dalam tindakan. Misalnya, memakai dua sisi kertas secara optimal kemudian mendaur ulang, menggunakan sapu tangan daripada tisu, menggunakan tas belanja dari kain, memilah sampah berdasarkan jenis organik dan anorganik, mencabut alat elektronik yang tidak terpakai, menggunakan sepeda atau berjalan kaki untuk perjalanan dekat, dan kegiatan 3R (Reduce, Reuse, and Recycle) lainnya. Tindakan-tindakan tersebut berguna untuk membiasakan diri pemuda itu sendiri.

Setelah pembiasaan itu menjadi karakter yang melekat, maka pemuda wajib menyebarluaskan dan mempengaruhi orang lain untuk kembali arif pada alam. Pemuda Islam dapat membentuk konsolidasi melalui komunitas pecinta lingkungan, komunitas pengguna tas kain, komunitas dakwah peduli bumi, dan sebagainya. Melalui komunitas ini, pemuda dapat melaksanakan diskusi dalam forum kecil maupun besar, melakukan penyuluhan dari pintu ke pintu, membuat publikasi massa melalui media offline dan online, atau memberdayakan masyarakat untuk menambah perekonomian mereka dengan membuat industri tas kain yang ramah lingkungan. Itulah sedikit bentuk kontribusi nyata dari pemuda.

Efek dari penyebarluasan itu bagai efek domino yang positif. Efek domino akan terjadi jika pertama, pemuda memiliki keyakinan bahwa tindakan investasi bumi adalah investasi pahala baginya. Sebutlah amal jariyah yang mengaliri pahala dari orang-orang yang berubah karena kerja kerasnya. Kedua, pemuda Islam senantiasa bersabar dalam menyeru dan bersyukur atas pencapaian misi pelestarian bumi. Apalagi, mengingat semangat dan daya juang pemuda adalah puncak dari fase usia. Maka tak ada kata menyerah dalam kamus kehidupan pemuda. Ia meyakini bahwa kegagalan maupun kesuksesan adalah proses belajar. Syaroful fata fi ilmihi wa adabihi (keunggulan pemuda terletak pada ilmu dan adabnya).

Setiap bidang keilmuauan maupun keahlian masing-masing pemuda dapat menjadi lahan investasi untuk bumi. Misalnya, pemuda yang menggeluti bidang kedokteran hewan dapat berperan menjaga perpusatakaan hidup di alam dengan moralitas dan kecerdasannya. Bayangkan jika keanekaragaman hayati di bumi ini terganggu keseimbangannya. Bisa dipastikan anak cucu kita kelak tidak mengenal secara langsung spesies-spesies hayati. Sebab, perpustakaan hidup itu telah kita bakar secara teratur! Selain itu, pemuda yang menggeluti bidang teknologi informasi dapat mensosialisasikan informasi go green kepada masyarakat luas. Ingatkah betapa masyarakat digital mampu melakukan aksi sosial yang massif pada kasus cintai produk dalam negeri ataupun koin-koin kemanusiaan?!

Selain itu, pemuda-pemuda yang berkecimpung langsung pada bidang pendidikan dapat membelajarkan dan menjadi tauladan bagi generasi mungil kita. Mengingat pendidikan secara dini mampu mengarahkan karakter dan moral dengan efisien. Serta peran-peran krusial pemuda calon pengambil kebijakan publik terhadap renovasi moral dan investasi bumi. Semua peran pemuda di masing-masing bidang dapat direfleksikan pada tujuan awal Allah menciptakan manusia di muka bumi ini: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku (Az-Zariyat [51]:56).

Setiap perbuatan manusia kelak akan dimintai pertanggung-jawabannya pada pengadilan Allah. Mungkin kita tidak sadar atau bahkan sadar telah menzalimi bumi. [3] Namun, pada dasarnya manusia hanyalah menzalimi dirinya sendiri. Itulah mengapa manusia dikhawatirkan oleh malaikat atas kerusakan-kerusakan yang bakal tercipta di bumi. Namun, Allah menepis kekhawatiran itu dengan memberikan kesempatan pada segolongan manusia untuk menjadi khalifah , yakni pemakmur, bukan perusak! Itulah yang menjadi pembeda bagi hambanya sebagai tiket menuju Jannah-Nya. Oleh karena itu, pemuda Islam dengan melakukan renovasi moral akan menjadi awal yang baik menuju investasi bumi!

Catatan Kaki
  1. Friedman, Thomas L. 2009. Hot. Flat, and Crowded. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Budiyanto, Dwi. 2009. Prophetic Learning Menjadi Cerdas Dengan Jalan Kenabian. Yogyakarta: Pro-U Media.
  2. Lihat Al-Baqarah (2):11-12
  3. Lihat Al-Baqarah (2):30



Biodata Singkat Penulis

 
N.T alias Novi Trilisiana adalah nama pemberian orang tua untuk saya. Saya lahir di Bandar Lampung pada 14 November 1991. Kini saya tengah menjalani semester 6 perkuliahan di Kurikulum & Teknologi Pendidikan FIP UNY. Kesibukan saya setahun ini ialah sebagai pegiat forum RRC (Reality Research Club) di FIP dan penulis Club Rabu di FLP Yogyakarta. Saya bisa dikontak melalui HP: 085647832131 dan e-mail: trilisiana@yahoo.com atau FB: Novi Trilisiana.


EmoticonEmoticon

Laman