Kamis, 24 Mei 2012

PEMUDA KAHFI, PEMBANGUNAN MORAL DAN NASIB BANGSA

Tags

Oleh : R.Wusananta Rahardja, S.Pd.  *)
Wahai pemuda, tidakkah engkau dengar bisik Muhammad,
bukankah engkau sebaik-baiknya ummat?
(Muhammmad Iqbal)
Eksistensi pemuda dalam suatu negara sangatlah vital. Hal ini mengingat mereka berada pada posisi strategis dan usia produktif.  Sesaat lagi mereka akan menerima tongkat estafet dari para pendahulunya. Jika kualitas pemudanya baik maka masa depan negara itu akan baik pula, namun jika pemudanya jelek bisa  dipastikan  negara tersebut akan semakin terpuruk dan tinggal menunggu masa kehancurannya.

Fenomena yang terjadi hingga hari ini sungguh memiriskan. Begitu banyak pemuda yang terseret arus globalisasi dan mordenisasi hingga mengantarkan mereka pada kondisi yang jauh dari ideal. Hal ini disebabkan  mereka hanya mengambil ‘kulit luar’nya saja tanpa mampu menangkap esensi dan sisi positif kemajuan jaman. Mereka sudah terbius oleh virus ‘jahiliyah modern’ (pinjam istilah Sayid Qutub) hingga tak lagi memiliki akal sehat dan hati yang jernih. Dekadensi moral dengan berbagai wajahnya bisa kita saksikan dalam ragam tayangan media massa baik cetak maupun elektronik. Pelecehan seksual, tawuran pelajar, bunuh diri, narkoba, aborsi dan lain-lainnya adalah bukti bahwa kemerosotan moral tengah melanda negeri tercinta ini. Ironis! Di negara yang jumlah penduduk muslimnya  terbesar di dunia mengapa hal ini terus terjadi.  hingga hari ini. Siapa yang bertanggungjawab  atas semuanya? Dan bagaimana pemuda Islam mensikapi hal ini?


Bercermin pada ‘Pemuda Kahfi’    

Pemuda Kahfi adalah sosok pemuda ideal yang digambarkan dalam Al Qur’an dalam Surat Al Kahfi ayat 13: “…Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami menambahkan petunjuk kepada mereka…..”  Kisah Pemuda Kahfi pantas  menjadi teladan bagi pemuda Islam di era kapanpun. Kandungan makna yang terangkai hingga ayat 26 tersebut adalah Pemuda Kahfi mempunyai cirri-ciri:  taat pada Allah, teguh dengan keimanan dan prinsip hidupnya, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, berani menghadapi berbagai tantangan, cobaan dan resiko, selalu bersemangat dalam menjalani hidup, tidak mudah larut dalam hingar bingarnya jaman, rela berkorban serta selalu bekerjasama dalam menjalani hidup.

Berkaca pada profil pemuda ideal tersebut, selayaknya pemuda muslim yang hidup di jaman ini  mempunyai visi dan semangat yang sama, agar tetap terjaga dalam keimanan dan mendapat petunjuk Allah SWT, Namun demikian tentu tidak semudah membalik telapak tangan untuk menghadapi tantangan di jaman yang berbeda dan makin kompleks ini.

Membangun Moral Bangsa

Moral bagi suatu bangsa laksana ruh. Jika suatu bangsa sudah tak bermoral berarti sama saja seperti orang yang tak memiliki ruh. Dengan demikian pembangunan moral amat penting dan layak untuk selalu diperbincangkan kapan dan di manapun.

Sebagian orang berpendapat jika pembangunan moral bangsa adalah menjadi tanggungjawab lembaga pendidikan, sementara sebagian lagi mengatakan bahwa orangtuanyalah yang utama harus bertanggungjawab terhadap hal itu. Dan mungkin ada pula yang berpendapat bahwa itu adalah tanggungjawab  pemerintah, pemuka agama, dll. Menurut hemat penulis, sekarang sudah tidak saatnya lagi untuk memperdebatkan hal tersebut, jika ujung-ujungnya hanya untuk saling melempar tanggungjawab. Mengingat masih banyak hal lain yang lebih urgen untuk diperbincangkan, Semestinya pembangunan moral bangsa ini dipikul bersama, di pundak semua warga negara, utamanya mereka yang perduli masa depan nasib bangsa ini. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan yang membuat payung hukum, lembaga pendidikan formal sebagai pelaksana, keluarga sebagai awal individu tumbuh dan berkembang, masyarakat serta unsur-unsur lainnya yang mempunyai komitmen memajukan moralitas bangsa, untuk saling bersinergi, bahu-membahu menuju titik yang sama, bangsa yang bermoral.

Dalam Undang Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. menyebutkan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”

Secara eksplisit tergambar bahwa tujuan Pendidikan Nasional  selaras dengan upaya membangun moralitas bangsa. Walaupun dalam realita di lapangan masih saja  ditemui hal-hal yang menyimpang sehingga berimbas pada terhambatnya sampai ke tujuan mulia. Berbagai praktek kecurangan saat UAN yang dilakukan oleh oknum sekolah, guru dan atau siswa, lemahnya pendampingan dan pembinaan ibadah dan akhlak di sekolah dan di rumah, ‘era keterbukaan’ yang dimaknai sebagai ‘era permisif’ oleh sekian banyak pelajar dan pemuda di negeri ini ,dll. Sehingga hal ini menambah PR panjang bagi pembenahan moral bangsa khususnya dalam dunia pendidikan.

Membangun moralitas bangsa memang tidak mudah, karena banyak tantangan dan cobaan. Namun upaya yang serius dari segenap pihak harus terus dilakukan secara sistematis, terpadu,  terprogram dan berkesinambungan. Diantaranya adalah: perlunya memperbanyak produk hukum pemerintah yang berpihak pada upaya perbaikan moralitas bangsa. Upaya preventif terhadap dampak negatif kemajuan teknologi, mordernisasi dan globalisasi (misalnya UU Anti pornografi, Peraturan Daerah tentang pelarangan judi dan minuman keras, pelarangan situs porno, dsb.) juga harus terus dilakukan.. Disamping itu , perlu diupayakan penanaman nilai-nilai Islam dan penerapannya  sedini mungkin, Selanjutnya pada usia remaja, saat mereka sedang mencari jati dirinya, perlu  diciptakan iklim kondusif dan upaya kongkrit agar potensinya berkembang, prestasinya melejit serta tetap dalam pangkuan Islam. Tidak kalah pentingnya adalah upaya pemerintah lewat jalur pendidikan formal dengan pemberlakuan  ‘Kurikulum Pendidikan Berkarakter’ sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Serta wacana  penambahan mata pelajaran/ mata kuliah ‘Pendidikan Anti Korupsi’ dan lain sebagainya.

Selain itu, perlu adanya upaya pembentengan  lewat jalur pendidikan keluarga. Para orang tua semestinya menamkan pentingnya moral dengan jalan pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan keseharian, Di samping itu orangtua semestinya menjadi panutan dan teladan yang baik bagi anak-anaknya. Menjadi sahabat setia dan teman paling aman dan nyaman untuk ‘curhat’ . Dengan kepercayaan dan kebanggaan yang tumbuh dari sang anak pada akhirnya akan memudahkan orangtua dalam menanamkan moral pada buah hatinya. Disamping itu orangtua yang bijak senantiasa membekali diri dengan ilmu dan mencari sumber referensi yang luas demi peningkatan kualitas pedidikan moral anak. Ia juga menjalin komunikasi ekektif, tidak hanya dengan sang anak tapi juga dengan pihak-pihak terkait seperti kepala sekolah, guru, ustadz yang sering membimbing, teman-teman dekatnya, dst.

Pemuda dan nasib bangsa

Hadirnya pemuda Islam yang tegar dan kuat imannya sebagaimana Ashabul Kahfi hingga hari ini masih dinanti-nanti negeri ini. Mereka adalah ‘orang-orang asing’ di tengah carut-marutnya dunia, yang datang untuk membawa perubahan. Membangun negeri menjadi lebih baik, lebih bermartabat dan bermoral. Merubah dari ‘alam kegelapan’ (jahiliyah) menuju ‘alam terang benerang’ (cahaya Islam), dari kebodohan menuju luasnya ilmu, dari keterpurukan menjadi bangkit dan kokoh. Eksistensi pemuda muslim dengan kiprah seperti inilah yang diharapkan akan dapat merubah nasib bangsa menuju baldatun toyyibatun warobbun ghofur.

Ir. Soekarno, presiden pertama Indonesia pernah menyampaikan sebaris kalimat motivatif yang melegendaris hingga saat ini. Pesan untuk para pemuda Indonesia, sebagai tanda bahwa beliau menaruh penghargaan yang tinggi dan harapan yang besar pada diri  seorang pemuda. “Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kugoncangkan dunia!”

Namun demikian, seorang pemuda Islam mestinya mempunyai motivasi lain yang lebih mulia. Karena Islam datang untuk memuliakan pemeluknya, apabila mereka benar-benar berpegang teguh pada tali-Nya. Hingga Rasulullah saw pernah menyampaikan kabar gembira bagi para pemuda yang tumbuh dalam pengabdian pada Rabb-Nya bagi mereka, pantas mendapat naungan di hari akhir. Bahagialah wahai pemuda Kahfi! engkaulah sang penyelamat negeri!  di tanganmulah nasib bangsa ini !
   


BIODATA  SINGKAT  PENULIS :



Nama:  R.Wusananta Rahardja, S.Pd.
Pekerjaan:  Guru SDIT Baitussalam Prambanan
Alamat:  Perumahan Baitussalam,
Pulerejo, Bokoharjo, Prambanan, Sleman.
No.HP:  081 914 946 256


EmoticonEmoticon

Laman