Rabu, 23 Mei 2012

“MENELITI” MEMATRI KARAKTER ISLAMI

Tags

Oleh: Anisyah

Mahasiswa Pend. Biologi FMIPA UNY

Berkarya menjadi hal yang semestinya identik dengan jiwa seorang pemuda. Lebih-lebih ketika posisi kita sebagai seorang mahasiswa. Ya..amat di sayangkan dan menjadi pertanyaan besar ketika seorang manusia bertitle Mahasiswa tidak mampu berkarya. Begitu banyak wadah serta jalan untuk berekspresi dengan berbagai kompetensi yang kita punya sebagai seorang pemuda.

Bersungguh-sungguh belajar (QS 3/7). Seorang muslim sangat menyadari akan hakikat semua aktifitas hidupnya adalah dalam rangka pengabdiannya kepada Allah SWT, sehingga dirinya haruslah mengoptimalkan semua potensi yang dimilikinya untuk sebesar-besarnya digunakan meningkatkan taraf hidup kaum muslimin.

 Penelitian, Pekan Ilmiah, Pagelaran seni, dan festifal jurnalistik menjadi segelintir contoh yang mewadahi potensi itu sehingga mestinya tak lagi menjadi alasan seorang pemuda sulit berkarya. Sudah ada tempatnya...sudah ada sarananya...lah....kenapa masih sulit berkarya?

Sebagai seorang muslim yang tentunya harus memiliki semangat berkarya yang lebih tinggi dari umat lainnya. Bagaimana tidak? Kita sebagai seorang muslim adalah generasi-genarsi penerus para Ulama-ulama yang tak lelah dan tak henti berkarya. Semangat ibadah berbanding lurus dengan semangat berkarya. Hal inilah yang menjadikan karya seorang muslim berbeda dari yang lainnya.

Meneliti menjadi hal yang tanpa sadar sebenarnya telah membangun karakter soseorang melalu proses pembelajaran di dalamnya. Mengapa meneliti? Ya.....pernahkah terfikir bahwa dalam meneliti sesorang dibentuk berbagai karakter-karakter baik dalam dirinya. Yang pada akhirnya melekat pada dirinya tidak hanya sebatas saat seorang peneliti itu meneliti saja melainkan terinternalisasi dalam diri ilmuan tersebut dalam menjalani kesehariannya.

Meneliti itu mematri.....

“Jujur”

Menuntut seseorang bersifat jujur, Ya....apapun hasil dari penelitiannya seorang ilmuan tidak boleh memanipulasi. Harus apa adanya! Sesuai fakta yang ada, Karena kebenaran dari apa yang ia teliti nantinya akan dipertanggung jawabkan dan dimanfaatkan tidak hanya untuk dirinya melainkan untuk orang lain. Maka sikap menaati fakta inilah yang tanpa sadar membentuk karakter jujur dalam diri seorang peneliti.

“Sabar”

Pernah mendengar seberapa banyak Einstain gagal dalam penelitiannya? Ya saya yakin kita semua telah mengetahuai hal itu. 1000 kali gagal.....ya...dan itualah seorang peneliti, tak pernah tak sabar dan pantang menyerah dalam mencari jalan dan hal baru dalam penelitiannya. Bayangkan saja kalau sorang peneliti atau sebut saja si “Einstain” ini tidak sabar dalam meneliti. Mungkin dunia ini masih berpenerangan lampu-lampu minyak. Maka meneliti adalah sarana tarbiyah terbaik untuk membentuk karakter sabar dalam diri seseorang. Kalau seorang Einstein yang bukan seorang muslim saja mampu memiliki sikap sabar karena rajin meneliti maka apalagi kita sebagai seorang generasi muslim???Semestinya harus lebih....

“Sistematis”

Nah....hal ini mungkin yang kadang masih perlu dilatih oleh  kebanyakan dari kita sebagai seorang muslim. Namun sadarkah meneliti menjadikan pola  berfikir dan melakukan berbagai proses  pembelajaran dengan cara yang sistematis. Karena tanpa berfikir dan bertinkak secara sitematis, penelitian bisa kacau dan tidak akan mencapai hasil yang diharapkan. Begitu pula dalam islam. Dalam hal ibadah saja kita dituntut sistematis, tertip, urut. Bayangkan saja kalau seseorang shalat, sujud dulu baru rukhu maka tidak sempurna rukun shalatnya. Oleh karena itu jelas sudah bahwa meneliti membentuk pola pikir dan perilaku yang sistematis dan sinergis dengan islam.

“Rasa ingin tahu yang tinggi”

Rasa ingin tahu adalah suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya kurang atau tidak kita ketahui. Rasa ingin tahu dapat berkembang  saat melihat diri sendiri dan lingkungan sekitar kita. Untuk dapat merangsang keingintahuan kita, kita harus tertarik terhadap sesuatu terlebih dahulu serta berpengetahuan cukup tentang hal itu. Selain itu  dapat juga diasah melalui sikap peduli terhadap lingkungan sekitar kita dengan melihat dan mengamati. Betapa islam mengajarkan kita untuk tidak pernah merasa puas dan cukup akan satu pengetahuan saja. Belajar-dan belajar seperti generasi para Ulama adalah cirikhas umat muslim semestinya.

“ Berani”

Seorang ilmuwan harus berani melakukan tindakan dan berani mengambil resiko dari kegiatan penelitian yang dilakukan. Bayangkan keberhasilan yang akan kita raih jika penelitian yang kita lakukan berhasil dan bermanfaat bagi orang banyak, itu akan membuat kita berani untuk melakukan tindakan dalam penelitian. Hal ini jugalah memebentuk seseorang berani mengatakan kebenaran. Maka menelitilah....

“Mendekatkan diri pada Tuhan”

Tahukan kita bahwa dengan meneliti banyak ilmuan-ilmuan hebat yang masuk islam karena terbuktinya kebenaran penciptaan sang pencipta?ya...itu lah keunggulan meneliti, semakin seseorang tekun meneliti, maka akan semakin banyak kebenaran yang ia temukan akan kebenaran kesempurnaan penciptaan Tuhannya.

Maka tidak berelebihan rasanya kalau saya mengatakan meneliti menjadi hal wajib bagi seorang pemuda muslim untuk membentuk karakter keislamannya. Dan dakwah dengan meneliti adalah hal yang paling ilmiah diterima tanpa rasa antipati terlebih dulu bagi kalangan akademisi. Yang terkadang masih sulit menerima dakwah secara jahar. Maka pemuda punya peran ekstra di sana. Menjadi PR besar bagi kita generasi muslim untuk membudayakan budaya meneliti dikalangan kita. Agar tanpa sadar karakteristik islam tersibghah pada kaum akademisi-akademisi tersebut.

Jadi.....tidak ada alasan untuk tidak meneliti...
Karena meneliti adalah sarana mematri karakter islami...


EmoticonEmoticon

Laman